2024-03-28T14:14:04Z
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/oai
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/2
2023-05-03T03:23:20Z
phr:ART
KARAKTERISTIK KASIH KRISTIANI MENURUT 1 KORINTUS 13
Bilo, Dyulius Thomas
karakteristik
kasih
kristiani
Korintus
Allah adalah kasih. Allah mewujudkan kasih-Nya akan dunia melalui pengutusan anak-Nya yang tunggal Yesus Kristus. Dalam inkarnasi-Nya Yesus mewujudkan kasih-Nya akan orang-orang berdosa melalui pengorban-Nya di atas kayu Salib. Orang-orang Kristen pada umumnya hendaknya menunjukkan kasihnya kepada Allah dan sesamanya dengan meneladani kasih Allah. Demikian pula harapan kepada orang-orang percaya di Korintus hendaknya mampu mewujudkan kasih Allah dalam kehidupan mereka dengan mengasihi sesamanya. Namun melalui nasihat Paulus diketahui bahwa mereka lebih cenderung menonjolkan soal karunia-karunia rohani dibanding menjalankan kasih kristiani. Dalam 1 Korintus 13 Paulus menegaskan apakah karakteristik kasih kristiani yang mesti dilakukan oleh orang-orang percaya di Korintus. Tujuan dari tulisan ini adalah menjelaskan apakah karakteristik kasih kristiani menurut 1 Korintus 13.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-07-14
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/2
10.47457/phr.v1i1.2
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 1 No. 1 (2018): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 1-17
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v1i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/2/76
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/3
2023-05-03T03:23:20Z
phr:ART
THE GLORIOUS EFFECT OF GOD’S CREATION THROUGH BADUY PEOPLE
Salurante, Tony
psalms
Study Interkultural
general revelation
special revelation
In this research I try to show that God’s truth is able to teach unbelievers through what is called general grace. Reading Psalm 19 further shows that God is omnipotent and creator who has love. After showing these methods, this article implies and try to connects to Indonesian Context. One example of how the isolated tribes in Indonesia, Baduy, analyzed the writings of King David in this Psalm. On the one hand, their knowledge is so natural and primitive, but on the other hand, their stewardships of environment can demonstrate the practical mission of the church today and teach believers how response in the midst of an increasingly damaged ecology as a Church.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-07-14
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/3
10.47457/phr.v1i1.3
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 1 No. 1 (2018): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 37-47
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v1i1
eng
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/3/3
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/4
2023-05-03T03:23:20Z
phr:ART
Gembala Sidang sebagai Pengajar dalam Timotius dan Titus
Bambangan, Malik Darius
Gembala Sidang
Pengajar
pastoralia
Timotius
Titus
Peranan gembala sidang dalam jemaat sangat menentukan pertumbuhan iman jemaat tersebut. Oleh sebab itu sangat diperlukan kinerja yang dapat memberi manfaat kepada anggota jemaatnya. Dalam hal ini gembala sidang memiliki peran penting untuk memberikan pertumbuhan iman kepada setiap anggota jemaatnya. Gembala sidang berperan penting untuk memberikan pastoralia kepada jemaat, namun juga bertindak sebagai pengajar bagi anggota jemaatnya. Tujuan peneletian ini adalah untuk menemukan peran gembala sidang yang juga sebagai pengajar bagi jemaat menurut kitab Timotius dan Titus. Metode yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data-data literatur melalui studi dari sumber-sumber yang berhubungan dengan maksud penelitian ini. Hasil dari penelitian ini adalah gembala sidang memiliki peran ganda yakni; sebagai gembala sidang dan pengajar bagi jemaat menurut kitab Timotius dan Titus. Kesimpulan dari penelitian ini adalah gembala sidang selain melaksanakan pastoralia bagi jemaat, juga berperan sebagai pengajar dalam memberikan pertumbuhan iman bagi anggota jemaatnya.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-07-14
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/4
10.47457/phr.v1i1.4
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 1 No. 1 (2018): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 18-36
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v1i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/4/74
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/5
2023-05-03T03:23:20Z
phr:ART
ROH KUDUS DALAM TEOLOGI PERJANJIAN BARU I:: Roh Kudus, Agen Misi Allah Yang Kedua Dalam Injil Sinoptik Dan Kisah Para Rasul
Wibowo, Moses
Teologi Perjanjian Baru
Roh Kudus
agen Misi Allah kedua
Keselamatan dan Komunitas baru
Teologi Perjanjian baru adalah bidang yang luas. Namun demikian fokus dari teologi PB adalah Allah dan karya-Nya dalam rangka misi penyelamatkan manusia berdosa dengan membentuk komunitas baru. Karya keselamtan ini datang dari Allah, dikerjakan oleh dan dalam Yesus Kristus dan direalisasikan bagi orang percaya oleh Roh kudus dan karya-Nya. Artikel ini akan mengulas secara khusus tentang Roh kudus dan karya-Nya sebagai agen misi Allah kedua secara berkala dan berkesinambungan. Dalam mengulas, akan menggunakan pendekatan historis-teologis dengan menjadikan Alkitab dan khususnya PB sebagai dokumen kanonik yang Allah berikan kepada gereja sebagai sang pemelihara. Pengungkapan dan pengulasan pribadi Roh kudus dan karya-Nya sebagai agen misi Allah kedua dalam rangka menuntaskan misi penyelamatan akan dimulai dari dokumen Injil Sinoptik dan Kisah Para Rasul dengan menjadikan karya Marshall: New Testament Theology sebagai sebuah patron.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-07-14
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/5
10.47457/phr.v1i1.5
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 1 No. 1 (2018): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 48-58
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v1i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/5/75
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/6
2023-05-03T03:23:20Z
phr:ART
PENDIDIKAN ROHANI YANG EFEKTIF BAGI ANAK SEKOLAH DASAR
Zamasi, Sozanolo
pendidikan
rohani
anak
sekolah dasar
Anak adalah titipan Tuhan dan bagian dari sebuah keluarga, sehingga anak perlu diperhatikan, dibina dan dididik bukan saja dalam kebutuhan jasmani tetapi lebih didalam kebutuhan secara rohani. Pendidikan rohani sangat penting karena dapat membentuk pola pikir anak. Firman Tuhan menjelaskan bahwa, "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya maka masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari dari jalan itu." (Amsal 22:6) Apabila seorang anak dididik dengan sungguh-sungguh tentang Firman Tuhan, maka dia akan mengalami pertumbuhan rohani yang baik dan sampai kapanpun anak itu tidak akan meninggalkan ajaran Tuhan.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-07-14
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/6
10.47457/phr.v1i1.6
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 1 No. 1 (2018): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 59-82
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v1i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/6/77
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/7
2023-05-03T03:23:20Z
phr:ART
DESKRIPSI TENTANG KHOTBAH YANG BERKUASA SECARA ALKITABIAH
Sibarani, Mortan
khotbah
Khotbah di dalam ibadah Kristen adalah menjadi suatu yang terpenting dan terutama dari semua rangkaian ibadah. Baik di gereja maupun di persekutuan umat Kristen. Khotbah merupakan pusat dalam ibadah Kristen. Berkhotbah adalah sebuah tugas rohani yang penting dan mulia. Khotbah adalah suatu proses yang membangun pengkhotbah dan jemaat, tidak ada penjelasan yang seolah bisa menangkap kedinamisan ini. Untuk itu\seorang pengkhotbah adalah seorang yang dipanggil Tuhan dan dipercayai umat Tuhan untuk menjelaskan firman-Nya.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-07-14
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/7
10.47457/phr.v1i1.7
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 1 No. 1 (2018): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 83-96
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v1i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/7/78
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/8
2023-05-03T03:23:20Z
phr:ART
TEORI TENTANG KEDAULTAN ALLAH DALAM MISI
Illu, Jonidius
Kedaulatan Allah
misi
Manusia adalah pribadi yang mulia dan berbeda dengan ciptaan lain oleh karena diciptakan menurut gambar dan rupa Allah dan, diberi hikmat oleh Allah tidak seperti ciptaan lain dan diberi mandat langsung dari Allah, baik mandat ilahi dan mandat budaya. Manusia hadir di bumi dengan tujuan agar segenap hidupnya mempermuliakan Allah dalam berbagai aspek, Allah memberikan tanggungjawab, namun manusia telah gagal dalam tahap ini oleh karena manusia tidak bertanggungjawab ketika diberi perintah, yaitu semua buah pohon boleh kamu makan tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat jangan kamu memakannya nanti kamu mati (Kej. 3), akibatnya manusia menjadi rusak akibat dosa (Roma 3:23) dan efeknya semua manusia menjadi rusak secara total dan tidak ada wewenang yang mutlak untuk memperbaiki diri seperti keadaan semula ketika manusia diciptakan. Hubungan yang harmonis karena Allah yang beranugrah bagi manusia dalam menggenapkan covenan-Nya bagi manusia. Orang percaya yang sudah menikmati covenan tersebut perlu bersikap respon yang baik dalam hal tersebut.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-07-14
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/8
10.47457/phr.v1i1.8
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 1 No. 1 (2018): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 96-109
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v1i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/8/79
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/9
2023-05-03T03:23:20Z
phr:ART
SIMBOL-SIMBOL DALAM DANIEL:: Suatu Upaya Penafsiran Sederhana
Hutahaean, Hasahatan
simbol
Daniel
penafsiran
Salah satu kesulitan dalam memahami kitab Daniel adalah karena banyaknya pemakaian symbol. Tulisan ini mengusulkan salah satu upaya keluar dari kekang warisan kesulitan tesrsebut.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-07-14
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/9
10.47457/phr.v1i1.9
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 1 No. 1 (2018): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 110-120
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v1i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/9/80
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/16
2023-05-03T03:23:35Z
phr:ART
TINJAUAN FILOSOFIS TERHADAP PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Bilo, Dyulius Thomas
Filosofis
Pengembangan
Kurikulum
Pendidikan
Kristen
Tulisan ini dipandu rumusan masalah yaitu: (1) bagaimana memahami pengertian filsafat bagi pengembangan kurikulum pendidikan Kristen, (2) bagaimana memahami pengertian kurikulum pendidikan Kristen untuk kajian filosofis, (3) bagaimana memahami manfaat filsafat bagi pengembangan kurikulum pendidikan Kristen, (4) bagaimana memahami pentingnya filsafat bagi pengembangan kurikulum pendidikan Kristen, (5) apakah tinjauan filosofis kedudukan Alkitab dalam pengembangan Kurikulum Pendidikan Kristen, (6) apakah tinjauan filosofis Alkitab Penentu isi pengembangan Kurikulum Pendidikan Kristen, (7) apakah tinjauan filosofis Alkitab penentu arah dan tujuan pengembangan Kurikulum Pendidikan Kristen. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menjelaskan bagaimana memahami pengertian filsafat bagi pengembangan kurikulum pendidikan Kristen, (2) bagaimana memahami pengertian kurikulum pendidikan Kristen untuk kajian filosofis, (3) menjelaskan bagaimana memahami manfaat filsafat bagi pengembangan kurikulum pendidikan Kristen, (4) menjelaskan bagaimana memahami pentingnya filsafat bagi pengembangan kurikulum pendidikan Kristen, (5) menjelaskan apakah tinjauan filosofis kedudukan Alkitab dalam pengembangan Kurikulum Pendidikan Kristen, (6) menjelaskan apakah tinjauan filosofis Alkitab Penentu isi pengembangan Kurikulum Pendidikan Kristen, (7) menjelaskan apakah tinjauan filosofis Alkitab penentu arah dan tujuan pengembangan Kurikulum Pendidikan Kristen. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskripsi literatur kepustakaan. Hipotesis penelitian ini adalah patut diduga pentingnya fondasi filosofis dalam pengembangan kurikulum pendidikan Kristen. Hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah pertama hasilnya adalah telah dijelaskan pengertian filsafat bagi pengembangan kurikulum pendidikan Kristen. Rumusan masalah kedua hasilnya bahwa telah dijelaskan pengertian kurikulum pendidikan Kristen untuk kajian filosofis. Rumusan masalah ketiga hasilnya adalah telah dijelaskan manfaat filsafat bagi pengembangan kurikulum pendidikan Kristen. Rumusan masalah keempat hasilnya adala telah dijelaskan pentingnya filsafat bagi pengembangan kurikulum pendidikan Kristen. Rumusan masalah kelima hasilnya adalah telah dijelaskan tinjauan filosofis kedudukan Alkitab dalam pengembangan Kurikulum Pendidikan Kristen. Rumusan masalah keenam hasilnya adalah telah dijelaskan tinjauan filosofis Alkitab Penentu isi pengembangan Kurikulum Pendidikan Kristen dan rumusan masalah ketujuh hasilnya adalah telah dijelaskan tinjauan filosofis Alkitab penentu arah dan tujuan pengembangan Kurikulum Pendidikan Kristen. Berdasarkan hipotesis yang diajukan ternyata ditemukan ada kepentingan fondasi filosofis dalam pengembangan kurikulum pendidikan Kristen. Dari hasil penelitian ini disarankan dan direkomendasi bahwa setiap pelaku pendidikan Kristen perlu memahami fondasi filosofis dalam pengembangan kurikulum pendidikan Kristen, karena hal itu berpengaruh secara signifikan bagi pemikiran dan praktik pendidikan. Oleh sebab itu para pelaku pendidikan Kristen perlu mendalami pemikiran-pemikiran filosofis kristiani secara alkitabiah guna mengembangkan dan menerapkan kurikulum pendidikan Kristen dalam kehidupan dan pengajarannya.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-07-15
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/16
10.47457/phr.v1i2.16
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 1 No. 2 (2018): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 1-16
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v1i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/16/81
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/17
2023-05-03T03:23:35Z
phr:ART
TINJAUAN TEOLOGIS-ETIS TENTANG BISNIS MEMBUNGAKAN UANG
Bambangan, Malik
Teologis
Bisnis
rentenir
uang
Kebutuhan hidup manusia dalam segala aspek semakin hari semakin meningkat seiring dengan naiknya harga sembako yang semakin tinggi. Hal ini menuntut berbagai daya dan upaya yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut agar tetap bertahan hidup. Namun karena himpitan ekonomi ini terlalu menekan hidup rakyat, maka banyak rakyat yang hidup miskin, melarat dan menderita. Banyaknya tuntutan hidup dalam kondisi ekonomi yang semakin carut-marut ini, memaksa pemerintah untuk segera turun tangan menyelesaikannya. Sebagai upaya pemerintah telah mengadakan KUD, UKM, KUR, BPR dan BKK. Program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan seperti ini sedikit memberi solusi, namun sayangnya karena hal itu hanya berlaku bagi rakyat yang ekonominya menengah ke atas, untuk meningkatkan bisnis mereka. Sementara itu, untuk kelas ekonomi menengah ke bawah, semakin tertindas dalam kemiskinannya dan tidak diperhatikan. Hal ini seakan-akan menjadi pembiaran oleh pihak pemerintah yang membiarkan rakyat kecil, miskin hidup dalam kemelaratan. Sebagai dampak dari pembiaran ini maka muncullah kelompok yang ingin membantu sesamanya terbebas dari jerat kemiskinan itu. Kelompok ini memberikan pinjaman uang kepada siapa saja yang membutuhkan pinjaman disertai dengan bunganya. Kelompok ini sepertinya memberikan solusi yang cepat namun tidak tepat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Karena pemberian pinjaman uang yang disertai dengan bunga serta waktu yang relatif singkat dalam pengembaliannya, hanya menguntungkan pihak pemberi pinjaman uang, sementara yang meminjam kembali terjebak dalam kubangan hutang bunga uang yang di pinjam untuk dibayar. Itulah sebabnya kelompok pelepas uang atau pemberi pinjaman uang ini disebut RENTENIR.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-07-15
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/17
10.47457/phr.v1i2.17
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 1 No. 2 (2018): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 17-33
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v1i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/17/82
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/18
2023-05-03T03:23:35Z
phr:ART
ROH KUDUS DALAM TEOLOGI PERJANJIAN BARU 2:: ROH KUDUS, AGEN MISI ALLAH YANG KE DUA DALAM DALAM SURAT- SURAT PAULUS
Wibowo, Moses
Teologi Paulus
Roh kudus
agen misi Allah
transfomasi
rekonsiliasi
ciptaan baru
Teologi Paulus mengambil peran yang signifikan dalam Teologi Perjanjian Baru. Teologi Paulus secara restropektif fokus pada karya Allah dalam dan melalui Yesus Kristus, terutama pasca kenaikan-Nya ke sorga. Dalam teologi Paulus karya Yesus Kristus diaktivasikan oleh Roh Kudus kepada gereja yaitu orang percaya. Essay ini memfokuskan pada bagaimana kiprah Roh Kudus dalam teologi Paulus. Untuk memahami kiprah Roh Kudus ini maka segala hal yang berkaitan dengan karya Roh Kudus dalam Paulin Corpus akan dicermati dan dipahami. Riset ini akan dilaksanakan dalam bingkai sejarah keselamatan yang merupakan karaya Allah di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam prespektif teologi Paulus yang dipersentasikan oleh Marshall dalam bukunya New Testament Theology. Teologi Paulus mempersentasikan bahwa Roh Kudus adalah Agen Allah yang berkiprah untuk mengaktivasikan karya Yesus Kristus. Roh Kudus menjadi agen transformasi dan rekonsiliasi dalam prespektif karya penyelamatan untuk mengujudkan komunitas baru di bumi yang di sebut ciptaan baru yaitu gereja. Gereja sebagai ciptaan baru berperan sebagai objek karya Roh Kudus dan juga subjek yang berpartisipasi di dalam karya Roh Kudus di bumi ini.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-07-15
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/18
10.47457/phr.v1i2.18
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 1 No. 2 (2018): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 34-45
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v1i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/18/83
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/19
2023-05-03T03:23:35Z
phr:ART
PANDANGAN ALKITAB DALAM PERJANJIAN BARU TERHADAP PRAKTIK MINYAK URAPAN PADA GEREJA MASA KINI
Mau, Marthem
Alkitab Perjanjian Baru
minyak
gereja
Riset ini mengupas tentang pandangan Alkitab Perjanjian Baru terhadap praktik minyak urapan pada gereja masa kini. Pada hakikatnya kelebihan mengonsumsi minyak atau makanan yang berminyak akan menimbulkan berisiko kolesterol tinggi. Namun, pemaparan pandangan Alkitab Perjanjian Baru terhadap praktik minyak urapan pada gereja masa kini yang diteliti, khususnya minyak tidak mengandung kolesterol, melainkan mendatangkan obat yang menyembuhkan tubuh, jiwa, dan roh.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-07-15
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/19
10.47457/phr.v1i2.19
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 1 No. 2 (2018): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 46-64
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v1i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/19/84
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/20
2023-05-03T03:23:35Z
phr:ART
MANFAAT KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR
Sibarani, Mortan
Kompetensi
guru
prestasi
Kompetensi yang seharusnya dimiliki seorang guru yakni kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial maupun kompetensi kerohanian (spritual). Berkaitan dengan faktor guru yang begitu menentukan di dalam kegiatan belajar mengajar, dalam bagian ini dibahas manfaat Kompetensi Guru bagi Kemajuan Prestasi Belajar Murid. Hal ini berarti kemampuan atau kecakapan, berkaitan dengan pemilikan, pengetahuan atau kecakapan maupun ketrampilan sebagai guru.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-07-15
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/20
10.47457/phr.v1i2.20
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 1 No. 2 (2018): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 65-78
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v1i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/20/86
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/21
2023-05-03T03:23:35Z
phr:ART
PENGARUH ANXIETY TERHADAP INTIMACY DENGAN PASANGAN
Illu, Jonidius
anxiety
intimacy
pasangan
Dalam suatu keluarga dibutuhkan intimacy guna membangun hubungan yang sehat. Hubungan yang sehat dalam berintimacy adalah suatu hubungan yang masing-masing pasangan mengalami perubahan hidup dan saling membantu demi perbaikan secara bersama-sama, sehingga tercapainya keluarga yang bahagia. Penulis membahas pengaruh anxiety terhadap intimacy karena ibu x menunjukkan gejala-gejala anxiety, misalnya tidak dapat tidur dengan baik, terus-menerus mengontrol suami melalui telepon karena ada kecurigaan bahwa suaminya selingkuh dan salah dalam pemakaian uang. Dari cerita ibu x bahwa akibatnya mereka kurang komuniksi dan tidak dapat menerima kekurangan yang satu dengan yang lain. Hal ini mengakibatkan ibu x sering mengalami sakit, kedua anaknya tidak terawat dengan baik bahkan hubungan kedua pasangan terhadap keluarga kedua belah pihak tidak harmonis.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-07-15
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/21
10.47457/phr.v1i2.21
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 1 No. 2 (2018): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 79-88
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v1i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/21/87
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/25
2023-05-03T03:23:51Z
phr:ART
IMPLEMENTASI SISTEMATIKA FILSAFAT BAGI PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN KRISTEN
Bilo, Dyulius Thomas
sistematika
filsafat
pengembangan
kurikulum
pendidikan
Kristen
Tulisan ini terdiri dari beberapa rumusan masalah yaitu: (1) bagaimana tinjauan metafisika bagi pengembangan kurikulum pendidikan Kristen, (2) bagaimana tinjauan epistemologi bagi pengembangan kurikulum pendidikan Kristen, (3) bagaimana tinjauan aksiologi bagi pengembangan kurikulum pendidikan Kristen. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menjelaskan bagaimana tinjauan metafisika bagi pengembangan kurikulum pendidikan Kristen, (2) menjelaskan bagaimana tinjauan epistemologi bagi pengembangan kurikulum pendidikan Kristen, (3) menjelaskan bagaimana tinjauan aksiologi bagi pengembangan kurikulum pendidikan Kristen. Hipotesis penelitian ini adalah patut diduga sistematika filsafat dapat diimplementasikan dalam pengembangan kurikulum pendidikan Kristen. Hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah pertama hasilnya adalah telah dijelaskan tinjauan metafisika bagi pengembangan kurikulum pendidikan Kristen. Rumusan masalah kedua hasilnya bahwa telah dijelaskan tinjauan epistemologi bagi pengembangan kurikulum pendidikan Kristen. Rumusan masalah ketiga hasilnya adalah telah dijelaskan tinjauan aksiologi bagi pengembangan kurikulum pendidikan Kristen. Berdasarkan hipotesis yang diajukan ternyata ditemukan bahwa sistematika filsafat dapat diimplementasikan dalam pengembangan kurikulum pendidikan Kristen. Dari hasil penelitian ini disarankan dan direkomendasi bahwa setiap pelaku pendidikan Kristen perlu mengimplementasikan sistematika filsafat dalam pengembangan kurikulum pendidikan Kristen sehingga metafisika, epistemologi dan aksiologi pendidikan Kristen dapat diwujudkan dalam pengajaran dan kehidupan para pendidik Kristen sehari-hari.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-07-26
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/25
10.47457/phr.v2i1.25
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 2 No. 1 (2019): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 1-21
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v2i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/25/69
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/30
2023-05-03T03:23:51Z
phr:ART
IMPLEMENTASI MENJADI GARAM BAGI DUNIA MENURUT MATIUS 5:13
Bambangan, Malik
garam
dunia
kebaikan
Matius
Kehidupan zaman yang selalu berubah-ubah menjadikan manusia seringkali lupa apa yang akan mereka lakukan untuk Tuhan dan sesama. Bahkan bagi diri sendiri seringkali tidak dimengerti mengapa melakukan hal tersebut. Pada akhirnya hasil pekerjaan mereka terkadang tidak tepat sasaran, karena bekerja tidak memiliki target. Hidup manusia zaman inipun seringkali dihampiri oleh suatu sifat buruk yang acapkali melakukan kejahatan. Kejahatan yang berdampak buruk tidak saja bagi orang lain, melainkan bagi diri sipelaku kejahatan itu sendiri. Fenomena seperti ini menjadi tantangan tersendiri bagi iman Kristen dan kekristenan itu sendiri seperti apa dan bagaimana menghadapi hal yang demikian. Kembali kepada panggilan para murid Kristus untuk menjadi garam bagi dunia ini adalah merupakan panggilan yang masih relevan bagi gereja Tuhan masa kini untuk berbuat sesuatu yang baik. Implementasi atau pelaksanaan tugas dan fungsi menjadi garam bagi dunia ini adalah hal yang mutlak untuk dilakukan orang percaya sebagai bukti iman kepada Kristus. Menjadi garam bagi dunia pada zaman ini, adalah suatu langkah positif agar dapat memberikan rasa kebaikan bagi dunia ini. Mengapa demikian karena dunia ini sudah penuh dengan kejahatan yang merusak moral dan akhlak manusia.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-07-26
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/30
10.47457/phr.v2i1.30
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 2 No. 1 (2019): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 22-30
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v2i1
eng
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/30/23
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/31
2023-05-03T03:23:51Z
phr:ART
STUDI SURVEI ALKITAB PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU SEBAGAI DASAR PENGAJARAN IMAN KRISTEN
Mau, Marthem
Alkitab
Perjanjian Lama
Perjanjian Baru
pengajaran Kristen
Alkitab adalah suatu studi yang menarasikan tentang perintah, ketetapan, dan larangan-larangan-Nya dalam kitab-kitab-Nya atau Firman-Nya yang diilhamkan melalui Roh Kudus, sehingga dapat dituliskan oleh para penulis, baik para nabi, raja, imam, hakim, penatua, dan rasul pada masa yang telah silam. Alkitab menjadi satu-satunya sumber yang sangat penting untuk dijadikan sebagai dasar mutlak dalam mengajarkan pengajaran Kristus kepada umat-Nya. Alkitab terbagi menjadi dua bagian besar yakni Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Karena itu, melalui studi survei dapat ditemukan para penulis kitab-kitab-Nya, tahun dan tempat penulisan kitab-Nya, dan jumlah secara keseluruhan 1.189 pasal, 31.171 ayat, dan 691.718 kata. Dengan demikian, melalui hasil survei ini sangat memudahkan para pembaca Alkitab untuk tepat dan cepat dalam menyelesaikan membaca Alkitab. Karena itu, beberapa indikator yang harus diperhatikan oleh orang Kristen bila memiliki animo yang tinggi untuk menyelesaikan membaca Alkitab adalah sebagai berikut: pertama, Apabila kerinduan untuk membaca Alkitab diselesaikan dalam kurun waktu satu tahun, maka harus membaca 3 atau 4 pasal per hari; 85 atau 86 ayat per hari; atau 1.895/1.896 kata per hari. Kedua, Apabila kerinduan untuk membaca Alkitab diselesaikan dalam kurun waktu 6 bulan, maka harus membaca 7 pasal per hari; 171 ayat per hari; atau 3.780 kata per hari. Ketiga, Apabila kerinduan untuk membaca Alkitab diselesaikan dalam kurun waktu 3 bulan, maka harus membaca 12 atau 13 pasal per hari; 339 ayat per hari; atau 7.519 kata per hari. Dengan membaca grapho atau graphe Kristen secara saksama, maka pengetahuan tentang Kebenaran Tuhan bahkan pertumbuhan rohani akan semakin meningkat. Karena pengajaran Kristen yang sejatinya didapatkan dari Firman Tuhan melalui mendengar, membaca, mencamkan, dan mengimplementasikan esensi dari Firman Tuhan itu sejatinya.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-07-26
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/31
10.47457/phr.v2i1.31
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 2 No. 1 (2019): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 31-55
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v2i1
eng
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/31/24
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/32
2023-05-03T03:23:51Z
phr:ART
KINERJA PENDIDIK YANG MAXIMAL MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK
Sibarani, Mortan
kinerja pendidik
prestasi belajar
Kinerja pendidik formal belum maximal di negara Indonesia. Masih menghadapi pekerjaan yang berat dan belum bisa dituntaskan oleh lembaga pendidikan yang menghasilkan guru.. Para guru lulusan Lembaga PendidikanTinggi Kependidikkan (LPTK). sudah banyak melakukan inovasi dalam meningkakan mutu guru, namun tidak dapat dihindari lulusan-lulusan lembaga yang menghasilkan guru, belum secara signifikan meningkatkan kwalitas pendidikan, bahkan kurang mampu bersaing dengan lulusan negara lain.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-07-26
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/32
10.47457/phr.v2i1.32
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 2 No. 1 (2019): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 93-100
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v2i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/32/85
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/33
2023-05-03T03:23:51Z
phr:ART
PENGARUH RASIONALISASI TERHADAP RELASI INTERPERSONAL
Illu, Jonidius
rasionalisasi
relasi
interpersonal
Kejatuhan manusia dalam dosa mengakibatkan rusaknya gambar dan rupa Allah dalam diri manusia kehidupannya telah dikotori oleh dosa sehingga akibatnya manusia memiliki natur dosa dan bertindak berdasarkan kehendak yang sudah tercemar yang memberi dampak yang negatif.[1] Salah satunya adalah manusia tidak mau disalahkan dan cendrung memakai defense mechanism (pertahanan diri) untuk mempertahankan eksistensinya.
Sistem pertahanan diri adalah suatu sikap pertahanan diri yang terjadi karena ia id terlalu tinggi dan superoge tinggi, maka yang terjadi adalah orang tersebut memiliki sistem pertahanan diri. Manufer pertahanan diri biasanya sudah mulai nampak sejak usia dini atau masa kanak-kanak. Ketika mengalami ancaman, konflik dan frustrasi yang merupakan bagian dari pertumbuhan, secara otomatis pertahanan dirinya muncul sebenarnya jika pertahanan diri dapat dioleh dengan baik maka dapat menolong untuk keluar dari rasa sakit akibat kegelisahan, konflik, hanya saja kebanyakan dari kita tidak dapat bertahan dengan baik karena tidak berusaha dengan maksimal.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-07-26
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/33
10.47457/phr.v2i1.33
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 2 No. 1 (2019): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 74-82
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v2i1
eng
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/33/27
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/34
2023-05-03T03:23:51Z
phr:ART
SPIRITUALITAS KRISTEN KAUM INJILI BERBASIS ALKITAB
Harimurti, FX Jeffry
spiritualitas
injili
Alkitab
Dimensi adikodrati yang dimaksud Sidjabat ini adalah aspek spiritual atau sesuai dengan definisi Paulus adalah tubuh rohaniah, sedang dimensi kodrati yang dimaksud Sidjabat adalah aspek lahiriah atau tubuh alamiah. Pernyataan Sidjabat mengenai dua aspek manusia ini, bukan dimengerti khusus bagi orang Kristen saja, tetapi dimengerti bahwa semua manusia baik Kristen ataupun tidak Kristen memiliki aspek spiritual dan aspek lahiriah. Oleh karena itu untuk membangun manusia tidak bisa hanya membangun salah satu aspek saja, melainkan keduanya.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-07-26
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/34
10.47457/phr.v2i1.34
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 2 No. 1 (2019): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 83-92
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v2i1
eng
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/34/28
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/36
2023-05-03T03:24:06Z
phr:ART
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENINGKATKAN RELASI YANG BAIK ANTARA ANAK DAN ORANGTUA
Bilo, Dyulius Thomas
Harefa, Menarik Asal Niat
Guru PAK
Anak
orangtua
relasi
Relasi orangtua dan anak sangat penting untuk berbagai pertumbuhan dari perkembangan anak. Namun tidak semua keluarga terutama keluarga Kristen terutama orangtua dan anak memiliki relasi yang baik. Di sini peran Guru PAK sangat diharapkan membangun dan meningkatkan relasi yang baik antar anak dan orangtua. Namun dalam kenyataannya belum semua Guru PAK dapat melaksanakan tugasnya dalam menolong keluarga atau orangtua Kristen yang mengalami permasalahan khususnya menyangkut relasi orantua dengan anak. Penelitian ini menggunakan metode penelusuran literatur (kepustakaan) untuk mendapatkan sumber-sumber yang baik dalam membahas tentang pentingnya relasi yang baik antara anak dan orangtua, macam-macam relasi antara anak dan orangtua, faktor-faktor yang mempengaruhi relasi yang baik antara anak dan orangtua, Guru PAK dalam keluarga Kristen, upaya Guru PAK dalam meningkatkan hubungan yang baik antara anak dan orangtua, dan dampak relasi yang baik dalam keluarga. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa betapa pentingnya relasi yang baik antara anak dan orangtua, terdapat macam-macam relasi antara anak dan orangtua, banyak faktor yang memengaruhi relasi anak dengan orangtuanya, Guru PAK mendapat bagian penting dalam membangun relasi yang baik antara anak dengan orantuanya, Guru PAK dapat melakukan berbagai upaya dalam membangun relasi anak dengan orangtuanya, dan terdapat dampak atau hasil dari relasi yang baik antara anak dengan orangtuanya. Dari hipotesis dari penelitian ini ditemukan bahwa jika Guru PAK melaksanakan tugas dengan baik, maka hubungan anak dengan orangtua akan baik dan pulih dan bahkan akan menyelamatkan keluarga dari kehancuran.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-08-05
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/36
10.47457/phr.v2i2.36
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 2 No. 2 (2019): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 101-123
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v2i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/36/29
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/37
2023-05-03T03:24:06Z
phr:ART
IMPLEMENTASI MENJADI JEMAAT YANG MISIONER
Bambangan, Malik
pelayanan
misi
gereja
Kristus
Misi dalam konteks Asia adalah suatu pelayanan yang berbeda dengan pola misi yang dikembangkan di wilayah barat secara khusus bagian Eropa. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan budaya, bahasa serta religiusitas masyarakat setempat. Khusus bagian Asia dalam melaksanakan misi memiliki tantangan tersendiri dengan budaya masyarakat yang masih memiliki kepercayaan khusus kepada agama asal masing-masing. Hal ini menjadi mengakibatkan perkembangan gereja menjadi terhambat secara kuantitas ditambah lagi dengan penolakan keras dari beberapa daerah bagi pelayanan misi. Gereja terpanggil untuk mengambil sikap berdasarkan firmn Tuhan sebagai murid Kristus agar melaksanakan amanat Tuhan Yesus. Menjadi jemaat yang misioner itulah yang menjadi panggilan bagi anggota jemaat, sehingga pemberitaan Injil dapat disampaikan kesetiap suku dan daerah menurut budaya dan bahasa lokal mereka tanpa menemui kendala apapun. Tujuan penelitian ini adalah untuk memotivasi jemaat Tuhan agar berperan serta dalam pelayanan misi agung Tuhan Yesus. Metode yang digunakan adalah dengan menkaji setiap literatur yang berkaitan dengan sumber-sumber yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Dan sebagai hasil dari penelitian ini bahwa jemaat memiliki potensi untuk mengambil bagian dalam pelayanan misi dengan menjadi jemaat yang misioner. Sebagai kesimpulan dari Jemaat jemaat yang misioner adalah jemaat sebagai murid Kristus bertanggung jawab untuk ikut dalam melaksanakan misi Kritus di muka bumi.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-08-05
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/37
10.47457/phr.v2i2.37
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 2 No. 2 (2019): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 124-139
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v2i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/37/30
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/38
2023-05-03T03:24:06Z
phr:ART
ROH KUDUS DALAM TEOLOGI PERJANJIAN BARU 3:: ROH KUDUS, AGEN MISI ALLAH YANG KEDUA DALAM TULISAN YOHANES & SURAT-SURAT UMUM
Wibowo, Moses
Roh Kudus
agen misi Allah
konselor
transformasi
kekudusan
keselamatan
ciptaan baru
Kekristenan memiliki teologi yang kaya. Hal ini dikarenakan secara restrospektif kitab Suci umat kristen ditulis, diterima oleh pribadi yang berbeda (individual dan komunal) dan dalam kondisi yang multi konteks. Namun demikian semua karya yang ada dapat disatukan dalam satu tema besar yaitu karya penyelamatan Allah bagi manusia dan dunia. Untuk melaksanakan visi ini adalah bermisi dengan mengunkan dua agen misi utma: Yesus Kristus dan Roh Kudus. Roh Kudus sebagai agen kedua diprestasikan secara kaya oleh penulis kitab, khususnya Perjanjian Baru. Kekayaan ini juga bisa dapat menghasilkan pemahaman yang berbeda bagi para penafsir. Hasil dari pemahaman yang berberda akhirnya mengasilakan ajaran dan bahkan sikap yang berbeda pula di dalam perilaku kehidupan ini. Esai ini merupakan lanjutan dari reset pertama dan kedua dalam memahami kiprah Roh Kudus dalam teologi Perjanjian Baru. Kali ini merupakan bagian terakhir yang akan fokus pada karya Yohanes dan surat-surat umum. Yohanes dalam karyanya mempersentasikan Roh Kudus sebagai Allah yang berperan sebagai konselor yang melanjutkan karya Yesus. Roh kudus mengudusan meneguhkan dan sang pemberi hidup. Dalam surat-surat umum Roh Kudus berperan sebagai agen transformasi yang merealisasikan karya keselamatan dalam Yesus dalam rangka pengudusan umat melalui hadirnya kitab Suci sebagai Firman Allah yang harus ditaati sehingga keselamatan dapat dinikmati secara penuh.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-08-05
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/38
10.47457/phr.v2i2.38
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 2 No. 2 (2019): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 140-148
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v2i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/38/31
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/43
2023-05-03T03:24:06Z
phr:ART
DOA BAPA KAMI SEBAGAI LANDASAN TINGKAH LAKU ORANG PERCAYA KEPADA YESUS
Suratman, Efesus
Our Father
prayer
believers
conduct
foundation
Jesus
Biblikal
Bapa Kami
doa
orang percaya
tingkah laku
landasan
Yesus
Humans are free creatures, because humans have a will in their lives, in the ability to implement their thoughts, humans can do what they want, with the advantages that humans have that exceed other God's creatures, humans can be called the pinnacle of all creation systems. However, humans must have a foundation or basis in living life. The Lord's Prayer is a prayer that has deep meaning. There are many studies on the prayer of Our Father from previous researchers, therefore this research focuses on the prayer of our father as the basis for the behavior of believers in Jesus. The method used, namely data collection, is qualitative research, where deep emphasis is placed on the prayer of Our Father from the point of view as the basis for the behavior of believers in Jesus by conducting document studies or library research in obtaining the information or data needed in this study. The results of this research can be said that the prayer of Our Father becomes the foundation of human behavior.
Manusia adalah makhluk bebas, karena manusia memiliki kehendak dalam hidupnya, dalam kemampuan mengimplementasikan pikirannya maka manusia dapat melakukan apa yang manusia tersebut kehendaki, dengan kelebihan yang manusia miliki yang melebihi makhluk ciptaan Tuhan lain maka manusia dapat disebut puncak segala susunan penciptaan. Namun manusia harus memiliki landasan atau dasar dalam menjali kehidupan. Doa Bapa kami merupakan suatu doa yang memiliki makna yang mendalam. Pembahasan mengenai doa Bapa kami dari peneliti terdahulu ada banyak penelitian, oleh karena itu penelitian ini berfokus kepada doa bapa kami sebagai landasan tingkah laku orang percaya kepada Yesus. Metode yang digunakan yaitu pengumupulan data adalah penelitian kualitatif, dimana penekanan yang mendalam terhadap doa Bapa Kami dari sudut sebagai landasan tingkah laku orang percaya kepada Yesus dengan melakukan studi dokumen atau library research dalam mendapatkan informasi atau data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini dapat dikatakan bahwa yang doa Bapa Kami menjadi landasan tingkah laku kehidupan manusia.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-08-05
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/43
10.47457/phr.v2i2.43
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 2 No. 2 (2019): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 149-157
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v2i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/43/32
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/44
2023-05-03T03:24:06Z
phr:ART
STRATEGI GURU DALAM MENUMBUHKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK
Nome, Nehemia
peranan
pendidikan
agama Kristen
kompetensi
Pendidikan
Guru memiliki peran penting dalam memberikan pembelajaran bagi setiap orang yang mereka ajar. Oleh sebab itu peran seorang guru sangat diperlukan dalam pembentukan seorang murid yang diajarnya. Demikian juga sebagai guru Agama Kristen sangat berperan penting untuk memperlengkapi setiap nara didiknya selama dalam proses pembelajaran. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peranan seorang guru Pendidikan Agama Kristen dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan adalah dengan studi pustaka yang berfokus pada pendapat para ahli tentang peranan seorang guru Agama Kristen dalam proses pembelajaran. Sebagai hasil didapatkan bahwa guru memiliki peran sebagai motivator, sebagai tenaga profesional, sebagai pembimbing, sebagai pengelola pembelajaran, sebagai administrasi, sebagai pengajar kebenaran iman. Sebagai kesimpulan adalah guru PAK juga perlu memperhatikan aspek keprofesionalannya. Dia harus memiliki beberapa kompetensi yang ada. Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi spiritual, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Apabila guru PAK memiliki potensi-potensi tersebut maka jelas akan memampukan guru untuk mengabdi lebih efektif lagi dalam proses pembelajaran.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-08-05
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/44
10.47457/phr.v2i2.44
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 2 No. 2 (2019): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 158-176
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v2i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/44/33
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/45
2023-05-03T03:24:06Z
phr:ART
A NEW SHAPE OF CHRISTIAN EDUCATION IN INDONESIAN CONTEX:: Suatu Upaya Mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang Unggul di SETIA Jakarta
Novalia, Lisna
Keunggulan
sumber
daya
manusia
SETIA
Keunggulan suatu lembaga dalam melaksanakan tridharma perguruan tinggi tentu tidak lepas dari suatu uapaya peningkatan sumber daya manusia (SDM). Hal ini dapat terlihat dari proses maupun hasil kinerja sertiap insan dalam lembaga tersebut. Kesadaran dalam meningkatkan mutu suatu pekerjaan merupakan suatu fondasi untuk maju kearah yang lebih baik bahkan sampai pada tahap unggul. Dengan demikian peningkatan SDM sangat menentukan akan hal ini. Oleh sebab itu melalui artikel ini bertujuan untuk menggambarkan suatu konsep persiapan Sekolah Tinggi Teologi Injiili Arastamar (SETIA) Jakarta dalam menyonsong era digitalisasi dan masuk era industri 5.0. Era industri 5.0 ini merupakan masa yang disebut kecerdasan buatan manusia yang dapat membantu manusia dalam melakukan tugasnya. Metode penelitian dilakukan secara manual dalam mencari data baik melalui buku-buku maupun internet dan media sosial lainnya yang berkaitan dengan topik pembahasan penelitian ini. Sebagai hasil dan kesimpulan bahwa kebutuhan akan SDM yang unggul sangat dibutuhkan di Lembaga SETIA Jakarta dimasa kini maupun yang akan datang.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-08-05
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/vnd.openxmlformats-officedocument.wordprocessingml.document
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/45
10.47457/phr.v2i2.45
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 2 No. 2 (2019): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 177-187
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v2i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/45/34
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/46
2023-05-03T03:24:21Z
phr:ART
KORELASI LANDASAN TEOLOGIS DAN FILOSOFIS DALAM PENGEMBANGAN PRINSIP DAN PRAKSIS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Bilo, Dyulius Thomas
Teologi
filsafat
iman
Alkitab
pendidikan
agama
Kristen
Pendidikan Agama Kristen diletakkan atas bebarapa landasan utama dua diantaranya adalah landasan teologis dan landasan filosofis. Kedua Fondasi Ini sangat berkorelasi merumuskan dan mengembangkan prinsip dan praksis Pendidikan Agama Kristen. Sangat penting meletakkan dasar teologi dan filsafat kristiani dalam mengikis pandangan sekuler dan liberalisme dalam dunia pendidikan yang sangat kuat pengaruhnya bagi prinsip iman dan praksis PAK seperti penekanan pada otonomisasi rasio, pengalaman dan kemampuan manusia dibanding dengan otoritas Allah dan firman-Nya. Artikel ini menekankan pentingnya memahami korelasi landasan teologis dan filosofis dalam perumusan dan pengembangan prinsip dan praksis PAK. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta dengan mengunakan metode penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan data atau teori dari berbagai sumber, dianalisis dan dieksplorasi serta diberikan kesimpulan dengan penulis sebagai instrumen utamanya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2020. Temuan penelitian ini adalah mengenal korelasi Filsafat dan Teologi dalam PAK, mengetahui Landasan Filosofis PAK. Mengenal metafisika, epistemologi, dan aksiologi dalam Pendidikan Kristen, mengetahui integrasi iman dan ilmu dalam prinsip dan praksis PAK.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-08-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/46
10.47457/phr.v3i1.46
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 3 No. 1 (2020): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 1-23
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v3i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/46/35
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/47
2023-05-03T03:24:21Z
phr:ART
PERAN GEREJA DALAM PELAYANAN PASTORAL TERHADAP PASANGAN HAMIL SEBELUM MENIKAH
Illu, Jonidius
Konseling
Pastoral
Pernikahan
Pasangan
Pranikah
Pastoral
One focus of church service is to prepare Christian families who live righteously through premarital counseling.Marriage is prepared for a lifetime.One of the efforts of the church in realizing church members who live holy lives is by giving teachings about love and choosing a partner according to the Bible so that church members do not commit adultery and sexual intercours outside of marriage which results in pregnancy outside of marriage. This study aims to understand marriage and build a Christian family that is in accordance with the Bible and provide understanding that having sexual relation not within the container of Christian marriage is adultery so that both men and women need to confess their sins before God. It was concluded that the Church is responsible for providing pastoral care to couples who become pregnant out of wedlock.The church in carrying out the principle of love still observes the rules so that the maturity of the church members become realized.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-08-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/47
10.47457/phr.v3i1.47
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 3 No. 1 (2020): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 101-111
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v3i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/47/42
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/48
2023-05-03T03:24:21Z
phr:ART
INTEGRASI KARAKTER HAMBA TUHAN KEDALAM PELAYANAN DALAM BINGKAI TEOLOGI MATHEUS MANGENTANG
Bambangan, Malik
Tuhan
karakter
hamba
pelayanan
SETIA
GKSI
Matheus Mangentang
Psikologi
The determinant of success in one's service is sustained by good and true character. Various attempts were made by educational institutions to implement character building in the learning process. But how can success in service if they do not have good character like Christ's character? The purpose of this study is to reduce the teaching of the theology of Matheus Mangentang about the character of God's servants in ministry at Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (hereinafter abbreviated SETIA) Jakarta and Gereja Kristen Setia Indonesia (hereinafter abbreviated as GKSI). The method used is an interview with Matheus Mangentang as the primary source of data and collecting data on centralization relating to the discussion of this topic. As a result, the character of God's servants in the theology of Matheus Mangentang is still relevant and can be integrated in the service of God's servants in SETIA and GKSI. The conclusion of this study is that the character of God's servants in the framework of the theology of Matheus Mangentang is very much needed in carrying out special services in SETIA and GKSI.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-08-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/48
10.47457/phr.v3i1.48
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 3 No. 1 (2020): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 47-61
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v3i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/48/36
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/49
2023-05-03T03:24:06Z
phr:ART
IBLIS DAN ROH-ROH JAHATNYA TAAT KEPADA YESUS: (Studi Eksegesis mengenai Hal Bertahan dalam Pencobaan Iblis dan Kerasukan Roh Jahat)
Venema, Henk
Yesus
iblis
roh jahat
pencobaan
Studi Biblikal
Studi eksegesis ini khususnya membahas tentang konfrontasi Anak Allah, Yesus Kristus, dengan Iblis dan para pengikutnya, baik roh-roh jahat maupun manusia yang memujanya, selama tiga tahun Ia melaksanakan misi-Nya di bumi. Karena alasan-alasan praktis, yang difokuskan ialah data yang terdapat dalam Injil Markus. Tetapi selalu juga akan diberi rujukan ke Injil-injil dan kitab lainnya (khususnya kitab Wahyu). Untuk pembicaraan pokok-pokok ajaran Kitab Suci mengenai keberadaan, nama-nama, sifat, dan kuasa ‘dunia spiritual’, lihat DRR, Bab 3, Bagian C. Secara ringkas: dengan ‘dunia spiritual’ (atau ‘dunia yang tidak kelihatan’, ‘dunia supranatural’, ‘dunia roh’) yang dimaksudkan ialah para malaikat yang diciptakan Allah sebelum Ia menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya (lih. Ayb. 38:7). Mereka “roh-roh yang melayani” Allah (Ibr. 1:14). Tetapi pada saat tertentu terjadilah sekelompok di antara mereka berkudeta melawan Penciptanya (Yud. 6).
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-08-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/49
10.47457/phr.v3i1.49
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 2 No. 2 (2019): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 188-206
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v2i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/49/37
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/50
2023-05-03T03:24:21Z
phr:ART
KEHANDALAN ALKITAB MENJADI FONDASI BAGI PENGAJARAN TENTANG YESUS KRISTUS
Moimau, Aprianus Ledrik
kehandalan
Alkitab
Yesus Kristus
Alkitab
The Bible which is the source of Christian teaching has been doubted by saying that the Bible has been falsified and cannot be used as a basis in building Christian teachings, especially regarding the person of Jesus Christ. The gospels which are the primary source of Jesus Christ have been falsified and as such cannot be the basis for finding the real Jesus. Bible truth and reliability, especially the Gospels are questioned. If the Bible is relied upon in building knowledge and faith in Jesus Christ, what are the criteria in determining the reliability of the Bible? The purpose of this study is to find out whether the Bible has reliability that can be used as a standard in building Christian doctrines, especially regarding the person of Jesus Christ. In this study, a study was conducted on aspects of biblical bibliography, internal evidence tests and tests. external. Based on research conducted on the Bible, historical search, Bible data and from external evidence carried out by taking a test of historical truth, the Bible has a deepness in building Christian doctrines, specifically the Gospels have a depth in finding and believing in Jesus Christ stated in the Bible. The reliability of the Bible is proven and thus the person of Jesus Christ exposed by the Bible is true.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-08-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/50
10.47457/phr.v3i1.50
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 3 No. 1 (2020): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 84-100
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v3i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/50/39
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/51
2023-05-03T03:24:21Z
phr:ART
MAKNA UNGKAPAN EGO EMI DALAM YOHANES 11:25 DAN 14:6
Hia, Yeremia
Sarumaha, Turutiamin
Yesus
ego eimi
keselamatan
hidup kekal
Injil Yohanes
Injil Yohanes menuliskan secara lengkap tentang ungkapan Yesus dan mujizat yang dilakukan Yesus selama berada dalam dunia. Ungkapan ini menunjukkan akan kemahakuasaan Yesus dari sisi keilahian-Nya yang diawali dengan pernyataan Ego Emi. Hal ini menjadi jaminan kepastian keselamatan orang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat. Itulah sebabnya melalui tulisan ini akan membahas tentang makna ungkapan Yesus yakni Ego Emi (Akulah) dalam Yohanes 11:25 dan 14:6. Untuk sampai pada makna ungkapan Ego Emi tersebut, maka peneliti menggunakan metode penafsiran induktif dengan pendekatan eksposisi teks Yohanes 11:25 dan 14:6. Sebagai hasil dalam penelitian ini bahwa makna ungkapan ego emi dalam Yohanes 11:25 adalah suatu ungkapan akan jaminan kekekalan hidup bagi orang yang percaya kepada Yesus dan dalam Yohanes 14:6 adalah suatu jaminan keselamatan yang diberikan kepada orang yang percaya kepada Yesus. Sebagai kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa hanya Yesus yang dapat memberikan jaminan hidup kekal serta damai sejahtera yang abadi.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-08-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/51
10.47457/phr.v3i1.51
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 3 No. 1 (2020): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 77-83
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v3i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/51/38
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/52
2023-05-03T03:23:51Z
phr:ART
KEHIDUPAN UMAT TUHAN YANG KUDUS DAN MENARIK SEBAGAI ASPEK MISI
Rumahorbo, Herlince
kudus
menarik
garam
terang dunia
kehadiran gereja
berdampak
Pastoral
Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan akan pentingnya kehidupan yang kudus dan menarik guna pelaksanaan misi Allah. Kudus dan menarik hanya dapat diperoleh dengan penyerahan diri penuh kepada Tuhan Sang Pemberi hidup. Tujuan melayani adalah memperkenalkan Yesus kepada setiap orang yang belum mengenal Tuhan. Dan orang yang memperkenalkan Yesus kepada orang lain bukan tugas yang mudah dan bukan tugas hamba-hamba Tuhan saja melainkan tugas dan kewajiban orang percaya. Namun, ada syarat yang harus dipenuhi oleh umat Tuhan yakni memiliki kehidupan yang kudus dan menarik. Karena tanpa memiliki kedua sifat ini, pelayanan tidak akan berdampak bagi orang lain. Tujuan tulisan ini menekankan: 1) Hidup kudus dan menarik adalah kewajiban umat Tuhan. 2) Kudus dan menarik berarti tidak sama dengan cara dunia berpikir, bertindak, berkata dan mengambil sebuah keputusan. Umat Tuhan perlu merenungkan dengan baik bahwa ia adalah wakil Allah di dunia. Sebagaimana Allah adalah kudus, demikian juga pengikutnya adalah kudus. Sebagaimana kehidupan Yesus menarik, demikian juga pelayanan umat Tuhan. Dan untuk memiliki kehidupan yang kudus dan menarik diperlukan hikmat Tuhan dalam mengelola kehidupan dengan benar.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2021-02-26
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/52
10.47457/phr.v3i1.52
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 2 No. 1 (2019): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 56-73
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v2i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/52/https%3A%2F%2Fdoi.org%2F10.47457%2Fphr.v3i1.52
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/53
2023-05-03T03:24:21Z
phr:ART
INTEGRASI KONTEKS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN KEDALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Novalia, Lisna
keluarga
gereja
sekolah
guru
belajar
pendidikan
Kristen
Pendidikan
Any education will always pay attention to the context. Likewise the Christian Religious Education cannot be separated from its context. The context which is always related to the principles and practices of Christian Religious Education is the family, church and school context. These three contexts have their own characteristics but they all lead to how Christian Religious Education can be carried out well and provide positive and good influence and results. This research emphasizes that Christian Religious Education practitioners always pay attention to the context in which Christian Religious Education is carried out. The method used in this research is library research with the intention of collecting various information or data from various sources, the data is processed and analyzed and conclusions are given. The findings of this study that the Christian Religious Education implemented cannot be separated from the context of the family, church and school.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-08-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/53
10.47457/phr.v3i1.53
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 3 No. 1 (2020): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 112-124
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v3i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/53/41
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/68
2023-05-03T03:21:56Z
phr:ART
KETELADANAN TANGGUNG JAWAB YESUS SEBAGAI GEMBALA MENJADI DASAR PELAYANAN HAMBA TUHAN MASA KINI
Rumahorbo, Herlince
Gembala
mengembalakan
umat-Nya
Pastoral
Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan akan pentingnya sebuah keteladanan dalam melayani Tuhan. Keteladanan adalah dasar dari seseorang yang terlibat dalam pelayanan. Baik di keluarga, gereja, sekolah, masyarakat dan negara. Yesus telah meninggalkan sebuah keteladanan ketaataan, kesetiaan, ketulusan, rela berkorban, peduli dan kebajikan lainnya. Ia menuntut umat-Nya khusus hamba-Nya mengikuti teladan-Nya dalam mengembalakan umat-Nya. Pekerjaan yang tidak mengenal batas dan waktu adalah menggembalakan domba. Selain waktu yang dikorbankan, juga tenaga dan dana. Keseriusan dan kesungguhan serta tanggungjawab sebagai gembala, tidak banyak orang yang bersedia atau rela melakukannya. Namun, meskipun demikian Tuhanlah yang memilih, menetapkan dan mengutus seorang gembala untuk memberi makan, merawat, melindungi dari bahaya, dan memelihara dombanya. Tulisan ini bertujuan: 1) memberi pemahaman dan penekanan bahwa seorang gembala perlu menjadi teladan dalam menggembalakan domba Tuhan. 2) Menggembalakan dengan tulus dan kasih. Seorang gembala harus mempertanggungjawabkan semua penyelesaian tugasnya kepada Tuhan Pemberi hidup
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-12-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/68
10.47457/phr.v3i2.68
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 3 No. 2 (2020): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 130-146
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v3i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/68/63
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/70
2023-05-03T03:21:56Z
phr:ART
IMPLEMENTASI KOMUNIKASI PAULUS DALAM MENYELESAIKAN MASALAH BERDASARKAN SURAT FILEMON
Belo, Yosia
Philemon
Onesimus
Communication
Pastoral
Komunikasi
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi komunikasi yang digunakan oleh Paulus ketika menyelesaikan masalah antara Filemon dan Onesimus. Hal ini dilakukan untuk dapat diimplementasikan dalam setiap pelayanan hamba Tuhan atau pun juga guru Pendidikan Agama Kristen. Untuk dapat memperoleh sebuah pemahaman yang baik dan alkitabiah maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam hal ini, secara spesifik adalah kajian pustaka dengan menganalisis data-data kualitatif dari beberapa buku tafsiran, pengantar Surat Filemon hingga artikel-artikel terbaru yang telah meneliti hal-hal seputar hubungan Filemon dan Onesimus. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka ditemukan ada tiga jenis komunikasi yang digunakan oleh Paulus, yakni: komunikasi kepada Tuhan, komunikasi kepada Filemon, dan komuniksi kepada Onesimus.
This research was conducted to determine the communication strategy used by Paulus when solving problems between Philemon and Onesimus. This is done to be implemented in every ministry of God's servant or Christian Religious Education teacher. To be able to get a good and biblical understanding, the researcher uses a qualitative approach. In this case, specifically the literature review by analyzing qualitative data from several commentaries, introductions to Philemon's letter to the latest articles that have examined matters surrounding the relationship between Philemon and Onesimus. Based on the results of this study, it was found that there were three types of communication used by Paul, namely: communication to God, communication to Philemon, and communication to Onesimus.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-12-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/70
10.47457/phr.v3i2.70
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 3 No. 2 (2020): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 147-157
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v3i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/70/65
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/71
2023-05-03T03:21:56Z
phr:ART
The SIGNIFICANCE OF THE PENTECOST NARRATIVE TO GLOBAL MULTIRACIAL UNITY
English
Kristanto, David
New Testament Theology
Theology of Acts
Pentecost
Multiracial Unity
Church Unity
Theology
New Testament Theology
Theology of Acts
Pentecost
Multiracial Unity
Church Unity
Exegesis of Acts 2:5-13
In the present time, the world is in need of global multiracial unity more than ever. Two issues that draw the world's attention in the recent two years (2019-2020) are racism and the pandemic of Covid-19. I consider the problem of both issues as centering on the human body (its appearance in the case of racism and its health condition in the case of Covid-19); and I propose global multiracial unity as a solution to both. With such a unity, racism should be fought by people from all around the world as the world would also unite as one entity to fight the pandemic. As Christians, reflecting upon the Pentecost narrative in Acts 2 would be fruitful to develop global multiracial unity. Salvation is for all nations, and all peoples from all races are called to be one people under God.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-12-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/71
10.47457/phr.v3i2.71
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 3 No. 2 (2020): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 118-129
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v3i2
eng
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/71/64
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/76
2023-05-03T03:21:56Z
phr:ART
TANTANGAN MENGAJAR PADA MASA PANDEMI COVID-19
Manggoa, Ridolf S.Th
Mengajar
Covid-19
Tantangan
Pendidikan Agama Kristen
Abstract: This research was conducted to see and discover the teaching challenges associated with each teacher or lecturer when teaching in an atmosphere of the Covid-19 pandemic. This is important to research because there have been significant changes in teaching and learning activities when the massive spread of Covid-19 occurred. By using qualitative research based on literature review, some of the most striking challenges were obtained, namely: challenges from technology and instructional media, challenges of teacher unpreparedness, challenges of unsupportive facilities and infrastructure, methodological challenges, and human resource challenges. This research provides several solutions to minimize the impact caused by the above challenges, such as: teachers and lecturers must improve their competence in operating learning media and technology, teachers and lecturers must use the right method, and campuses or schools are required to support the teaching process. by providing facilities and infrastructure.
Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menemukan tantangan mengajar yang dihadapi oleh setiap guru atau dosen ketika mengajar dalam suasana pandemi covid-19. Hal ini penting untuk diteliti karena telah terjadi perubahan signifikan dalam kegiatan belajar-mengajar ketika penyebaran covid-19 terjadi secara massif. Dengan menggunakan penelitian kualitatif yang didasarkan pada kajian pustaka, maka diperoleh beberapa tantangan yang paling mencolok, yakni: tantangan dari teknologi dan media pembelajaran, tantangan ketidaksiapan guru, tantangan sarana dan prasarana yang kurang mendukung, tantangan metodologi, dan tantangan sumber daya manusia. Pada penelitian ini memberikan beberapa solusi untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh tantangan-tantangan di atas, seperti: guru dan dosen harus meningkatkan kompetensi mengoperasikan media pembelajaran dan teknologi, guru dan dosen harus menggunakan metode yang tepat, dan kampus atau sekolah wajib mendukung proses kegiatan mengajar dengan menyediakan sarana dan prasarana.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-12-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/76
10.47457/phr.v3i2.76
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 3 No. 2 (2020): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 170-183
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v3i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/76/67
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/82
2023-05-03T03:21:56Z
phr:ART
PENGUSIRAN SETAN:: SINKRONISASI IMAN, KEKUDUSAN HIDUP, DOA DAN PENGETAHUAN ALKITAB
Illu, Jonidius
Excorcism
Faith
Live Holy
Pray
Bible Knowledge
Pengusiran Setan
Iman
Hidup kudus
berdoa
pengetahuan Alkitab
Okultisme
There is an assumption among Christians that the only ones who can do the exorcism of Satan are given special gifts from God. In addition, it has been found that some are carrying out exorcisms in ways that are contrary to the Bible. This article is written for the purpose of making Christians know that in the Bible it is explained that the status of Christians who have been saved in Jesus Christ is given the right or authority to do an exorcism of Satan. This type of research method used is qualitative research, by finding sources of reading literature also obtained data sources through observations in the field. There is also a result of them, namely the dependence of Christians on servants of God or Christians in terms of carrying out the exorcism of Satan and besides, it is found in practice that the exorcism of Satan is carried out in a way that is contrary to the Bible. The conclusion is that all Christians are given the same power or authority in carrying out the exorcism of Satan, but it cannot be done because they lack faith, do not maintain a holy life, do not pray and do not have the correct knowledge of the Bible.
Ada anggapan di kalangan orang Kristen bahwa yang dapat melakukan pengusiran Setan itu hanyalah orang yang diberikan Tuhan karunia khusus. Selain itu, ditemukan bahwa ada yang melakukan pengusiran Setan dengan cara yang bertentangan dengan Alkitab. Artikel ini ditulis bertujuan agar orang Kristen mengetahui bahwa di dalam Alkitab dijelaskan tentang status orang Kristen yang sudah diselamatkan di dalam Yesus Kristus diberikan hak atau otoritas untuk melakukan pengusiran Setan. Jenis metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, dengan menemukan sumber bacaan secara literatur juga didapatkan sumber data melalui pengamatan di lapangan. Ada pun hasil temuannya yaitu adanya ketergantungan orang Kristen terhadap hamba Tuhan atau orang Kristen tentu dalam hal melakukan pengusiran Setan dan selain itu, ditemukan dalam praktiknya bahwa pengusiran Setan dilakukan dengan cara yang bertentangan dengan Alkitab. Kesimpulannya yaitu semua orang Kristen diberikan kuasa atau otoritas yang sama dalam melakukan pengusiran Setan, namun tidak bisa dilakukan karena kurang iman, tidak menjaga kekudusan hidup, tidak berdoa dan tidak memiliki pengetahuan Alkitab yang benar.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2020-12-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/82
10.47457/phr.v3i2.82
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 3 No. 2 (2020): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 158-169
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v3i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/82/66
Copyright (c) 2020 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/115
2023-05-03T03:21:56Z
phr:ART
MISI HOLISTIK:: KU UTUS ENGKAU KE DUNIA UNTUK MEMBERITAKAN KERAJAAN ALLAH BERDASARKAN URAIAN TEKS LUKAS 9:1-6
Putra, Adi
Salurante, Tony
Misi Holistik
Injil Lukas
Missio Dei
Kerajaan Allah
Misiologi
Misiologi
Biblika
Abstract: This research was conducted to provide a new understanding to the church about holistic mission, especially based on the description in the text of Luke 9: 1-6. By using qualitative methods, the researcher then found several principles about the holistic mission as the conclusion of this study. First, a holistic mission is a mission that is carried out through a mission and is a continuation of God's mission to Jesus. Second, a holistic mission is a mission carried out by the apostles and furthermore by the Church as a mandate from Jesus to provide significant social change or impact in the midst of society. Third, a holistic mission is a mission that focuses on a clear mission object and requires transformation or change. Fourth, a holistic mission is a mission that preaches the Kingdom of God. Fifth, "I send you into the world to preach the kingdom of God" is an expression of the great mission of the Son of God.
Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk memberikan pemahaman yang baru kepada gereja tentang misi yang holistik, khususnya berdasarkan uraian dalam teks Lukas 9:1-6. Dengan menggunakan metode kualitatif, peneliti kemudian menemukan beberapa prinsip tentang misi holistik sebagai kesimpulan dari penelitian ini. Pertama, misi yang holistik adalah misi yang dilakukan melalui sebuah pengutusan dan merupakan kelanjutan dari misi Allah kepada Yesus. Kedua, misi yang holistik adalah misi yang dilaksanakan oleh para rasul dan selanjutnya oleh Gereja sebagai amanat dari Yesus untuk memberikan perubahan atau dampak sosial yang signifikan di tengah-tengah masyarakat. Ketiga, misi yang holistik adalah misi yang fokus kepada sebuah objek misi yang jelas dan membutuhkan transformasi atau perubahan. Keempat, misi yang holistik adalah misi yang memberitakan tentang Kerajaan Allah. Kelima, “Ku utus Engkau ke dunia untuk memberitakan Kerajaan Allah” merupakan sebuah ungkapan misi yang begitu Agung dari Sang Anak Allah.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2021-02-25
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/115
10.47457/phr.v3i2.115
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 3 No. 2 (2020): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 191-203
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v3i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/115/68
Copyright (c) 2021 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/117
2023-05-03T03:21:56Z
phr:ART
PARADIGMA BARU MEMAHAMI TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTEN KORELASI TEKS KOLOSE 3:2 DENGAN ERA DISRUPSI
Paparang, Stenly R.
paradigm
Theology and Christian education
correlation
disruption era
paradigma
teologi dan pendidikan Kristen
korelasi
era disrupsi
Biblika
The fact that the era of disruption creates many changes and shifts in various fields, urges certain parties in the educational environment to quickly adapt and even create breakthroughs in maintaining the substance of Christian theology and education through online application-based media. Changes in the learning process from face-to-face to online result in a variety of benefits as well as prudence. On the one hand online learning is not limited to space and time, and on the other hand forces certain parties to meet the demands of such learning. In the church environment also experienced the same thing. The process of personalization became online. Thus, the paradigm shift in Christian theology and education is an inescapable fact. Efforts to think of spiritual matters become a continuing responsibility, no matter what the situation. Disruption era shows the rise of online-based social media. Nevertheless, believers are encouraged to use it as a place to preach the gospel of Jesus Christ as a confirmation of the attitude of believers who think about the above. This article uses a library study method with an exegetic-correlational approach that explains the meaning of text in the frame of correlation with disruption era.
Fakta bahwa era disrupsi menciptakan banyak perubahan dan pergeseran di berbagai bidang, mendesak pihak-pihak tertentu dalam lingkungan pendidikan untuk segera beradaptasi bahkan menciptakan terobosan dalam mempertahankan substansi teologi dan pendidikan Kristen melalui media-media berbasis aplikasi online. Perubahan proses pembelajaran dari tatap muka menjadi online menghasilkan berbagai manfaat sekaligus sikap kehati-hatian. Di satu sisi pembelajaran online tidak dibatasi pada ruang dan waktu, dan di sisi lain memaksa pihak-pihak tertentu untuk memenuhi tuntutan pembelajaran tersebut. Di lingkungan gereja juga mengalami hal yang sama. Proses peribadahan menjadi online. Dengan demikian, pergeseran paradigma teologi dan pendidikan Kristen adalah fakta yang tidak terhindarkan. Upaya memikirkan perkara rohani menjadi tanggung jawab yang berkelanjutkan, apa pun situasinya. Era disrupsi mempertunjukkan maraknya media sosial berbasis online. Meskipun demikian, orang percaya didorong untuk menggunakannya sebagai wadah memberitakan Injil Yesus Kristus sebagai konfirmasi sikap hidup orang percaya yang memikirkan perkara yang di atas. Tulisan ini menggunakan metode studi pustaka dengan pendekatan eksegetis-korelasional yang menjelaskan makna teks dalam bingkai korelasi dengan era disrupsi.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2021-03-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/117
10.47457/phr.v3i2.117
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 3 No. 2 (2020): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 218-231
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v3i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/117/73
Copyright (c) 2021 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/118
2023-05-03T03:21:56Z
phr:ART
MISI GEREJA:: MENJANGKAU YANG TIDAK TERJANGKAU DI ERA DAN PASCA PANDEMI COVID-19
Lilo, Deflit Dujerslaim
covid-19
church mission
discipleship
ministry
article
covid-19
misi gereja
pemuridan
pelayanan
Artikel
The spread of the Corona virus has an impact on the implementation of the church's mission. The church, which has been carrying out various religious activities physically, is forced to use various digital media so that Christians can still get services. Even so, the virtual church services have not yet reached out to community groups such as Generation Z and those who do not have the capacity to access them. The purpose of this research is to find solutions that churches can do to reach communities that have not been reached by digital church services. Based on the study using the descriptive-analysis method, the authors conclude that church stewardship in social media should not only focus on the aspect of worship but also on discipleship which will mature the faith of believers and in the end, both young and old church members can be involved to help the church develop the ministry during the period of physical distancing even after this period.
Penyebaran virus Corona berdampak pada pelaksanaan misi gereja. Gereja yang selama ini melakukan berbagai aktivitas keagamaan secara fisik terpaksa harus menggunakan berbagai media digital agar orang Kristen tetap dapat mendapatkan pelayanan. Meskipun begitu, pelayanan-pelayanan gereja yang bersifat virtual tersebut belumlah maksimal menjangkau kelompok-kelompok masyarakat seperti Generasi Z dan mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk mengaksesnya. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan solusi yang dapat gereja lakukan untuk menjangkau komunitas yang belum terjangkau oleh pelayanan gereja secara digital. Berdasarkan kajian dengan menggunakan metode deskriptif-analisis, penulis berkesimpulan bahwa penatalayanan gereja di sosial media janganlah hanya berfokus pada aspek ibadah tetapi juga pada pemuridan yang akan mendewasakan iman orang percaya dan pada akhirnya anggota jemaat baik yang tua maupun muda dapat dilibatkan untuk membantu gereja dalam mengembangkan pelayanan di masa pemberlakuan jarak fisik bahkan setelahnya.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2021-03-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/118
10.47457/phr.v3i2.118
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 3 No. 2 (2020): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 204-216
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v3i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/118/72
Copyright (c) 2021 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/120
2023-05-03T03:23:03Z
phr:ART
KAJIAN BIBLIKA PRINSIP HIDUP BERPADANAN DENGAN INJIL KRISTUS BERDASARKAN FILIPI 1: 27-30
Waharman, Waharman
Supriadi, Made Nopen
Talan, Yesri
Relevansi
Prinsip
Berpadanan
Injil Kristus
Exegesis
Principles
Comparisons
Gospel of Christ
Biblikal Teologi
Prinsip kehidupan orang percaya adalah berpusat kepada Kristus, namun dalam realita kehidupan masih banyak ditemukan kegagalan manusia untuk hidup berpusat kepada Yesus Kristus. Problematika tersebut terjadi karena banyaknya perselisihan dalam konteks kehidupan orang percaya yang menyebabkan permasalahan dalam menjaga kesatuan, adanya tekanan dan intimisasi terhadap orang percaya sehingga memberikan dampak untuk hidup berpusat kepada Yesus Kristus. Melalui metode analisis deskriptif terhadap Surat Paulus kepada jemaat Filipi, penulis melakukan kajian eksegesis terhadap teks Filipi 1:27-30 yang menekankan prinsip hidup berpadanan dengan Injil Kristus, yang memberikan aplikasi agar orang percaya hidup dalam kesatuan, tidak gentar oleh lawan dan siap menderita untuk Kristus. Dengan demikian melalui penelitian ini memberikan solusi kepada orang percaya agar tetap mengupayakan kesatuan dan tetap kuat dalam penderitaan.
The principle of a believer's life is Christ-centered, but in the reality of life, there are still many human failures to live in the center of Jesus Christ. This problem occurs because of the many disputes in the context of the life of the believer which causes problems in maintaining unity, the existence of pressure and intimidation against the believer so that it has an impact on living a life centered on Jesus Christ. Through the descriptive analysis method of Paul's Letter to the Philippians, the author conducted an exegetical study of the Bible text of Philippians 1:27-30 which emphasizes the principle of living according to the Gospel of Christ, which provides applications so that believers live in unity, are not afraid of opponents and are ready to suffer. for Christ. So with this research to provide solutions to believers in order to continue to strive for unity and remain strong in suffering.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2021-06-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/120
10.47457/phr.v4i1.120
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 4 No. 1 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 30-39
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v4i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/120/104
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/120/105
Copyright (c) 2021 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/122
2023-05-03T03:24:21Z
phr:ART
TOWARDS A BIBLICAL THEOLOGY OF RELIGION FOR THIS TIME: CRUX AND POSSIBILITIES
Griffioen, Dirk
missiology
biblical theology
pluralism
theology of religion
exclusivism
inclusivism
Religion
In this article I point out that a reformed or practical biblical theology of religion still needs to adapt to our contemporary era. In order to achieve that this research makes use of the efforts made by other people. I am going to focus on the central problem - the questions which I think pertain to religious theology. In the past much attention has been given among us to theological questions but not much has been done to build a system. Hendrik Kraemer was the first missionary to develop a more or less comprehensive theology of religion. One of the results of this research shows that Religion and religions, Christianity and non-Christianity, are phenomena and / or institutions that must be described, compared, and assessed.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2021-02-26
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/122
10.47457/phr.v3i1.122
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 3 No. 1 (2020): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 24-46
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v3i1
eng
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/122/70
Copyright (c) 2021 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/124
2023-05-03T03:24:21Z
phr:ART
PENGIMPUTASIAN KEBENARAN KRISTUS: AJARAN ALKITAB ATAU PENALARAN DOGMATIS
Mak, Dick
Pauline Theology
Justification
New Perspective of Paul
Faith in Christ
Biblikal
Discussions about the meaning of imputation play an important role in the spirtuality of believers. This research attempts to show the meaning of justification in the Christians life of believers as imputation of Christ's truth. The Lord Jesus did not sin at all in his life. So, the truth refers to right behavior or life, not to status. This research examines how the development of thought in the modern age has made significant contributions to Christianity. This view stems from a new approach to Paul's theology, called The New Perspective on Paul. This research shows how faith is a means of imputing that truth. In Romans 4 the truths which are accounted for to the believer are not explained further. But in Philippians 3: 9 and 2 Corinthians 5:21 we find the terms "righteousness of God" and "righteousness which comes from God". These two passages lend support to the dogmatic term iustitia aliena, 'foreign' truth, which does not originate with the believer himself.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2021-02-26
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/124
10.47457/phr.v3i1.124
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 3 No. 1 (2020): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 62-76
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v3i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/124/71
Copyright (c) 2021 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/125
2023-05-03T03:23:03Z
phr:ART
PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM KELUARGA DAN RUTINITAS KEGIATAN IBADAH DI SEKOLAH TERHADAP PEMBENTUKAN MORAL SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 PANCUR BATU
Sihotang, Pitri Sartika
Sihotang, Hermanto
Tarigan, Risa Ariska
PAK Keluarga
ibadah siswa
moral
Education
Christian religious education in families
worship activities in schools
moral
Pendidikan
Penelitian ini mencari pengaruh dari pendidikan agama Kristen di Keluarga dan kegiatan ibadah di sekolah terhadap pembentukan moral bagi siswa. Peneliti memperhatikan bahwa kegiatan pengajaran PAK di Keluarga satu harta tersendiri dalam bidang PAK. Kegiatan yang memiliki dampak luar biasa bagi generasi masa depan. Di samping itu kegiatan ibadah rutin di sekolah juga perlu mendapat perhatian dari semua pihak, yakni orang tua, guru dan masyarakat. Tentu tidak lupa bagi siswa itu sendiri. Sedangkan moral yang sering dipersamakan dengan pembentukan kognisi, afeksi dan perilaku etis seseorang tidak dapat diperoleh begitu saja. Hal ini harus dibentuk dalam lintasan waktu yang membutuhkan energy, waktu, pikiran, tenaga, uang dan konsentrasi demi meraih bentuk moral yang ideal khususnya dalam persfektif Kristen. Metode yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan post ex facto. Dari data yang masuk diperoleh kecenderungan variable yang tinggi yakni PAK Keluarga (X1) sebesar 91%, rutinitas ibadah siswa (X1) sebesar 94% dan 97% untuk pembentukan moralitas siswa (Y). Dengan demikian hipotesa yang diajukan telah terjawab melalui penelitian. Karena itu kegiatan pendidikan agama di keluarga dan ibadah di sekolah perlu dilakukan secara rutin untuk memperoleh moralitas yang baik bagi siswa. Semua pihak hendaknya memperhatikan upaya ini dengan lebih sungguh-sungguh dari persfektif pembentukan moral kristiani.
This study investigates the influence of Christian religious education in families and worship activities in schools on moral formation for students. Researchers have noticed that PAK teaching activities in families are a separate asset in the field of PAK. An activity that has a tremendous impact on future generations. Besides, routine worship activities in schools also need attention from all parties, namely parents, teachers, and the community. Of course not forgetting for the students themselves. Meanwhile, moral which is often equated with the formation of one's cognition, affection, and ethical behavior cannot be taken for granted. This must be formed in a time trajectory that requires energy, time thought, energy, money, and concentration to achieve an ideal moral form, especially from a Christian perspective. The method used is field research with post ex facto. From the data entered, it was found that the variable tendency was high, namely PAK Keluarga (X1) by 91%, student worship routines (X1) by 94%, and 97% for the formation of student morality (Y). Thus the proposed hypothesis has been answered through research. Therefore, religious education activities in the family and worship in schools need to be carried out regularly to obtain good morality for students. All parties should take this effort more seriously from the perspective of Christian morality formation.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2021-06-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/125
10.47457/phr.v4i1.125
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 4 No. 1 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 53-72
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v4i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/125/102
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/125/103
Copyright (c) 2021 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/127
2023-05-03T03:23:03Z
phr:ART
IMPLEMENTASI POLA PELAYANAN YESUS SEBAGAI PELAYAN MENURUT INJIL MATIUS 4:23
Mau, Marthen Luther
Implementation, Mission of Jesus; The Gospel of Matthew 4:23; servant of God
Dasar-Dasar Kependidikan
Implementasi
Misi Yesus
Injil Matius 4:23
Pelayan Tuhan
Dasar-dasar Kependidikan
In this article, the writer narrates the story of Jesus implementing a mission in Galilee, namely teaching true teaching, preaching the Good News of God's Kingdom, healing the sick, and serving people with physical weaknesses. The mission of Jesus in all regions located in Galilee aims so that long lost mankind can hear the true teachings being taught and the Good News being proclaimed, so that those who believe in and accept Jesus can be healed of every disease and physical weakness they have suffered for a long time. To find out the mission of Jesus according to the text of Matthew 4:23, the method used in this study is a qualitative research method, with an exegetical study approach. The analysis process carried out by the author is exegesis of the biblical text and analyzing reliable secondary sources to produce accountable studies. The results of this study found that the servants of Jesus Christ must teach the correct teaching, preach the Good News of the Kingdom of God / Heaven, heal the sick, and serve people who suffer from physical weaknesses in His will. So through exegetical studies to get the author's intent from the original language text, so that the text can be understood by today's readers so that it can be implemented by the servants of Jesus Christ continuously at all places of service, whether in church, school, or in the community.
Di dalam artikel ini, penulis menarasikan tentang Yesus mengimplementasikan misi di Galilea yakni mengajar pengajaran yang benar, mengkhotbahkan Kabar Baik Kerajaan Allah, menyembuhkan orang-orang sakit, dan melayani orang-orang yang mengalami kelemahan fisik. Misi Yesus di seluruh daerah yang terletak di Galilea bertujuan agar umat manusia yang telah lama terhilang dapat mendengarkan pengajaran benar yang diajarkan dan Kabar Baik yang diproklamirkan, sehingga bagi mereka yang percaya dan menerima Yesus dapat disembuhkan setiap penyakit dan kelemahan fisik yang telah lama mereka derita. Untuk mengetahui misi Yesus menurut teks Matius 4:23, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan kajian eksegesis. Proses analisis yang dilakukan penulis adalah mengeksegesis teks Alkitab dan menganalisis sumber-sumber sekunder yang terpercaya untuk menghasilkan kajian yang dapat dipertanggungjawabkan. Hasil dari kajian ini menemukan bahwa para pelayan Yesus Kristus harus mengajarkan pengajaran yang benar, memberitakan Kabar Baik Kerajaan Allah/Surga, menyembuhkan orang-orang sakit, dan melayani orang-orang yang menderita kelemahan fisik dalam kehendak-Nya. Jadi melalui kajian eksegesis untuk memperoleh maksud penulis dari teks bahasa aslinya, sehingga teks tersebut dapat dimengerti pembaca masa kini supaya dapat diimplementasikan oleh para pelayan Yesus Kristus secara terus-menerus pada semua tempat pelayanan, baik di gereja, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2021-06-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/127
10.47457/phr.v4i1.127
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 4 No. 1 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 73-87
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v4i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/127/108
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/127/109
Copyright (c) 2021 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/131
2023-05-03T03:23:03Z
phr:ART
KAJIAN BIBLIKA 2 KORINTUS 6:4-10: MAKNA PENDERITAAN BAGI HAMBA TUHAN DALAM PELAYANAN
siregar, Benget parningotan
2 CORINTHIANS 6:4-10
SERVEN OF GOD
UNREACH PEOPLE GROUP
2 KORINTUS 6:4-10
HAMBA TUHAN
UNREACH PEOPLE GROUP (UPG))
JURNAL
Seorang pelayan Tuhan yang ideal harus siap memikul salib dan menyangkal segala sesuatu, sama seperti Paulus yang begitu banyak menanggung banyak penderitaan dalam pelayanannya. Namun Saat ini banyak para pelayan takut mengalami penderitaan yang menjadi masalahnya adalah tidak mau menderita, takut, khawatir, itulah yang menyebabkan pelayan Kristus atau hamba Tuhan tidak melakukan pemberitaan injil. Maka dengan itu, penulis termotivasi meneliti 2 Korintus 6:4-10, yang menguraikan penderitaan Paulus untuk menjawab persoalan pelayan Tuhan yang sedang terjadi di lapangan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode deskriptif-Bibliologis. Untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan masalah hamba Tuhan yang takut mengalami penderitaan dalam pelayanannya. Penulis juga menggunakan studi pustaka untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai pekabaran Injil yang dilakukan oleh rasul Paulus, namun peneliti terlebih dahulu mengkaji 2 Korintus 6:4-10. Hasil tafsir 2 Korintus 6:4-10 adalah: seorang pelayan yang mampu menunjukkan dirinya sebagai pelayan yang siap menderita, sebagai pelayan yang baik harus memiliki ketekunan dalam menghadapi penderitaan, sebagai pelayan yang mampu bertahan dan tetap melayani di tengah penderitaan yang terjadi dalam hidupnya.
An ideal minister of God should be prepared to take up the cross and deny everything, just as Paul suffered so much in his ministry. However, nowadays many servants are afraid to experience suffering, the problem is they do not want to suffer, are afraid, worry, that is what causes Christ's servants or God's servants not to preach the gospel. So with that, the author is motivated to examine 2 Corinthians 6: 4-10, which describes Paul's suffering to answer the problem of God's servant that is happening in the field. In this study, the authors used a qualitative and descriptive-Bibliological approach. To get data related to the problem of servants of God who are afraid to experience suffering in their ministry. The author also uses literature study to obtain information about the evangelism carried out by the apostle Paul, but the researcher first examines 2 Corinthians 6: 4-10. The results of the interpretation of 2 Corinthians 6: 4-10 are: a servant who is able to show himself as a servant who is ready to suffer, as a good servant must have perseverance in facing suffering, as a servant who is able to endure and continue to serve in the midst of the suffering that occurs in his life.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2021-06-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/131
10.47457/phr.v4i1.131
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 4 No. 1 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 100-113
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v4i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/131/100
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/131/101
Copyright (c) 2021 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/139
2023-05-03T03:23:03Z
phr:ART
PENDERITAAN DALAM KONTEKS PENGINJILAN
Suwito, Tri Prapto
Hermanto, Yanto Paulus
Tanama, Yulia Jayanti
Keselamatan
Kuasa
Martir
Pengorbanan
Penginjilan
Penyertaan Tuhan
Salvation
Power
Martyr
Sacrifice
Evangelism
God’s Inclusion
praktika
Penginjilan dan penderitaan merupakan dua hal yang sering kali dipertanyakan. Apa kaitan penginjilan dan penderitaa? Mengapa kedua hal tersebut seakan selalu berjalan beriringan? Masalah ini sering menjadi perdebatan. Penulis melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif, dan diharapkan dari berbagai sumber sejarah, buku dan jurnal yang terkait dengan masalah tersebut diperoleh hasil penelitian yang bisa menjawab permasalahan ini dan menjadi dasar bagi orang-orang Kristen untuk merespon dengan benar sesuai kebenaran Firman Tuhan. Penginjilan merupakan keharusan bagi orang percaya, namun disisi lain penderitaan sepertinya diijinkan Tuhan bagi para penginjil untuk dialami. Kedua hal ini harus disikapi dengan benar oleh semua orang percaya, sehingga hidup orang percaya tetap mentaati perintah-Nya namun dalam penyertaan-Nya yang terus menguatkan dan membahagiakan.
Evangelism and suffering are two things that are often questioned. What is the connection between evangelism and suffering? Why do these two things always seem to go hand in hand? This issue is often debated. The author conducts research with a qualitative approach, and it is hoped that from various historical sources, books and journals related to this issue, research results can be obtained that can answer this problem and become the basis for Christians to respond correctly according to the truth of God's Word. Evangelism is a must for believers, but on the other hand suffering seems to be allowed by God for evangelists to experience. Both of these things must be addressed correctly by all believers, so that the lives of believers still obey His commands but in His presence that continues to strengthen and make them happy.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2021-06-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/139
10.47457/phr.v4i1.139
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 4 No. 1 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 88-99
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v4i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/139/106
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/139/107
Copyright (c) 2021 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/140
2023-05-03T03:23:03Z
phr:ART
PENTINGNYA KONTEKSTUALISASI PADA PENDIDIKAN KRISTEN
Nainggolan, Donna Mutiara
Nome, Nehemia
Manggoa, Ridolf S.Th.
Contextual Christian Education, Transformative Education, Biblical Education
Pendidikan Kristen Kontekstual
Pendidikan Transformatif
Pendidikan Alkitabiah
Pendidikan
Penelitian ini meneliti tentang pendidikan Kristen. Secara khusus mencoba meneliti pentingnya pendidikan kristen didesain secara kontekstual. Supaya lebih efektif bagi tercapainya tujuan pendidikan Kristen. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan spesifik kepada kajian pustaka. Melalui pendekatan tersebut, peneliti memperoleh beberapa kesimpulan. Pertama, pendidikan kristen harus didesain secara kontekstual guna memudahkan peserta didik memahami dan mengerti setiap konten yang diajarkan di dalamnya. Kedua, Yesus adalah sang guru yang Agung yang juga mengajar secara kontekstual. Ketiga, pendidikan kristen yang kontekstual dipahami dalam beberapa prinsip penting, yakni: (1) pendidikan Kristen harus diterapkan sesuai dengan gaya dan strategi mengajar mengajar Yesus, (2) pendidikan Kristen harus disesuaikan dengan situasi era industri 4.0, (3) pendidikan Kristen harus dapat diterima oleh setiap lapisan usia, (4) pendidikan Kristen tidak boleh kaku namun harus dinamis, implementatif, dan aplikatif, dan (5) pendidikan Kristen harus memberikan transformasi atau perubahan yang radikal.
This study examines Christian education. In particular, trying to examine the importance of Christian education is designed in a contextual manner. In order to be more effective in achieving the goals of Christian education. This research uses qualitative methods specifically for literature review. Through this approach, the researcher obtained several conclusions. First, Christian education must be designed in a contextual manner to make it easier for students to understand and understand any content taught in it. Second, Jesus is the great teacher who also taught contextually. Third, contextual Christian education is understood in several important principles, namely: (1) Christian education must be applied in accordance with the teaching style and strategy of teaching Jesus, (2) Christian education must be adapted to the situation of the industrial era 4.0, (3) Christian education must be able to accepted by every age layer, (4) Christian education must not be rigid but must be dynamic, implementative, and applicable, and (5) Christian education must provide radical transformation or change.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2021-06-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/140
10.47457/phr.v4i1.140
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 4 No. 1 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 40-52
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v4i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/140/98
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/140/99
Copyright (c) 2021 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/142
2023-05-03T03:23:03Z
phr:ART
MEMBACA KONSEP KASIH DALAM INJIL YOHANES MENGGUNAKAN LENSA HERMENEUTIK MISIONAL
Mangentang, Matheus
Salurante, Tony
Hermeneutics
God’s Love
Missional hermeneutics
Missional church
love
Johannine Theology
God Mission
Missio Dei
Misiologi dan Perjanjian Baru
Hermeneutika
Kasih Allah
Hermeneutika Misional
Gereja Misi
Cinta
Teologi Yohanes
Misi Allah
Missio Dei
Misiologi dan Perjanjian Baru
This research attempt to show values from the concept of love in John's theology, especially in the Gospel, using a missional approach as a hermeneutic. This approach shows that the source of love is in the middle of the world because of God's mission to save humanity. Love is essential that unites the relationship between man and God. In addition, God can be known in the world because demonstrated by Christ in the cross. The church as a community of believers become a source of love because Her lives in the true love and fruitful. Love as one of the main teaching in the Gospel of John becomes a special theme in understanding God's mission from beginning to the end. Mainly in the modern context of religiousity and commitment in relationships between people around the church.
Penelitian berusaha membukti nilai-nilai ajaran tentang kasih dalam teologi Yohanes khususnya dalam kitab Injil dengan menggunakan pendekatan misional sebagai sebuah hermeneutik. Dengan pendekatan ini menunjukkan bahwa sumber kasih ada di tengah dunia karena misi Allah dalam menyelematkan manusia. Kasih menjadi esensi yang menyatukan hubungan manusia dan Allah. Selain itu Allah bisa dikenal di dunia karena kasih yang didemonstrasikan oleh Kristus. Gereja sebagai komunitas orang percaya merupakan sumber-sumber kasih karena ia hidup didalam kasih sejati dan berbuah. Kasih sebagai salah satu pesan utama dalam Injil Yohanes menjadi sebuah tema yang spesial dalam memahami misi Allah dari awal sampai akhir. Utamanya dalam konteks keberagamaan dan komitmen dalam relasi antara sesama di sekitar gereja.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2021-06-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/142
10.47457/phr.v4i1.142
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 4 No. 1 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 1-13
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v4i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/142/96
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/142/97
Copyright (c) 2021 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/146
2023-05-03T03:23:03Z
phr:ART
RESISTENSI TERHADAP NASIONALISME JEPANG:: TANGGAPAN KRISTEN TERHADAP GERAKAN AMANDEMEN DI JEPANG
Harefa, Surya
Japanese Christianity
Amandment
Church and State
Abraham Kuyper
Nationalism
Christian Socio-Political Engagements
Kekristenan di Jepang
Amandemen
Gereja dan Negara
Abraham Kuyper
Nasionalisme
Christian Socio-Political Engagements
This article explores several responses of Japanese Evangelical Christians to Japanese nationalism, which tends to be fascist as appeared in the issue of constitutional revision. While commending their fights with this complicated issue, by using the critical contextualization approach from the discipline of intercultural theology, this article also shows their limitations in producing solutions to the deadlock between the camp fighting for the constitutional revision and those who resist the proposed amendments. The evangelical figure who uses Kuyperian principles such as the Christian worldview, common grace, and sphere sovereignty yields a response that is arguably more comprehensive and has prospects to be accepted by non-Christians, including the revisionist camp. To Japanese evangelicals who tend to withdraw from socio-political engagements, I argue for utilizing the ecclesiological suggestions of Abraham Kuyper. Particularly, his assertion to keep the church free from the state and Kuyper's distinction of the church's aspects between organism and institution, are beneficial to continue and develop participation in responding to the amendments and other inter-connected nationalism issues.
Artikel ini membahas beberapa tanggapan orang-orang Kristen Injili di Jepang terhadap bahaya nasionalisme Jepang yang cenderung bersifat fasis dan terlihat dari gerakan amandemen. Sementara mengapresiasi mereka yang berjuang dalam meresponi masalah yang rumit ini, dengan menggunakan metode pendekatan kontekstualisasi kritis dari disiplin teologi interkultural, artikel ini juga menunjukkan keterbatasan mereka dalam menghasilkan solusi bagi kebuntuan yang terjadi antara kubu yang memperjuangkan revisi konstitusi dan kubu yang menolak amandemen yang diusulkan. Tokoh Injili yang menggunakan prinsip-prinsip Kuyperian seperti wawasan dunia Kristen, anugerah umum, dan kedaulatan ruang lingkup menghasilkan respons yang lebih komprehensif dan berpotensi diterima juga di kalangan orang bukan Kristen, termasuk kubu revisionis. Kepada kaum Injili Jepang yang cenderung menarik diri dari partisipasi dalam masalah sosial politik, penulis mendorong penggunaan saran-saran eklesiologis dari Abraham Kuyper. Khususnya, penekanannya terhadap penjagaan independensi gereja terhadap negara dan pembedaan Kuyper terhadap aspek gereja sebagai organisme dan institutusi, bermanfaat untuk melanjutkan dan mengembangkan partisipasi dalam meresponi masalah amandemen beserta isu-isu terkait nasionalisme yang lainnya.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2021-07-07
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/146
10.47457/phr.v4i1.146
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 4 No. 1 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 14-29
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v4i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/146/94
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/146/95
Copyright (c) 2021 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/178
2023-05-03T03:21:31Z
phr:ART
TEOLOGI BIMBINGAN ORANG TUA KRISTEN DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU UNTUK MEMOTIVASI BELAJAR ANAK
Hutahaean, Hasahatan
Tarigan, Thomas Pandawa Efrata
Siringoringo, Januaster
Barus, Mariani
parenting guidance
motivation to learn
Christian education
interpersonal communication
Bimbingan Orang tua
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kontribusi yang berarti baik secara parsial maupun secara bersama-sama dari kemampuan komunikasi interpersonal guru PAK dan bimbingan orang tua terhadap motivasi belajar PAK siswa. Tempat penelitian dilakukan di sekolah SMP GKPI Padang Bulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi Kristen kelas VII yang berjumlah 61 orang. Hasil penelitian menyimpulkan terdapat kontribusi yang berarti dari variabel X1 (kemampuan komunikasi interpersonal guru PAK) terhadap variabel Y (motivasi belajar PAK siswa). Terdapat kontribusi yang berarti dari variabel X2 (bimbingan orang tua) terhadap variabel Y (motivasi belajar PAK siswa). Nilai rhitung (0,553) > nilai rtabel (0,361). Nilai determinasi R2 dari perhitungan korelasi tersebut adalah 30,58%, dan dinyatakan berarti, dimana thitung > ttabel (3,51 > 1,701). Terdapat kontribusi secara bersama-sama dari variabel X1 (kemampuan komunikasi interpersonal guru PAK) dan variabel X2 (bimbingan orang tua) terhadap variabel Y (motivasi belajar PAK siswa). Dalam praktek sehari-hari penting bagi guru agama Kristen untuk memacu kemampuan komunikasi bagi kepada murid maupun sesama Guru dalam berbagai bentuk pelatihan formal maupun non formal. Demikian juga bagi orang tua untuk tetap memperhatikan bingkai kasih dalam membimbing anak-anak yang diberikan Allah kepadanya.
This study aims to determine the existence of meaningful contributions both partially and collectively from the interpersonal communication skills of Christian Education (CE) teachers and parental guidance to the motivation of students' CE learning. The research was conducted at Junior High School GKPI Padang Bulan. The population in this study is all Grade VII Christian students who number 61 people. The results concluded that there is a significant contribution from variable X1 (interpersonal communication skills of CE teachers) to variable Y (motivation to learn CE students). There is a significant contribution from variable X2 (parental guidance) to variable Y (student CE learning motivation). Rhitung value (0.553) (Rtabel value (0.361). The R2 determination value of the correlation calculation is 30.58%, and is meaningful, where things > ttabel (3.51 (1.701). There are contributions together from variable X1 (interpersonal communication skills of PAK teachers) and variable X2 (parental guidance) to variable Y (student PAK learning motivation). Christian education teachers need to encourage communication skills for students and fellow Teachers in various forms of formal and non-formal training in daily practice. Likewise, parents keep an eye on the frame of love in guiding the children god-given to them
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2021-12-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/178
10.47457/phr.v4i2.178
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 4 No. 2 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 113-131
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v4i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/178/123
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/178/124
Copyright (c) 2021 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/191
2023-05-03T03:21:31Z
phr:ART
BELASKASIHAN MEMBEBASKAN DARI PENGHAKIMAN MENURUT YAKOBUS 2:13 DAN IMPLIKASINYA BAGI KEHIDUPAN ORANG PERCAYA MASA KINI
Zega, Meriana
Indrawan, Yayan
mercy
liberating
winning
judgment
journal articles
belas kasihan
membebaskan
menang
penghakiman
artikel jurnal
Banyak orang percaya yang beranggapan bahwa belas kasihan hanyalah bagi mereka yang membutuhkan atau semua orang percaya. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk memberi penjelasan tentang belas kasihan yang dibutuhkan oleh setiap orang percaya yang membebaskan seseorang dari penghakiman menurut Yakobus 2:13. Metode yang digunakan yaitu pendekatan analisis teks yaitu fokus pada teks itu sendiri dan dikomparasikan dengan teks kitab lainnya. Hasil penelitian menyatakan bahwa berdasarkan Yakobus 2:13, belas kasihan adalah kunci untuk menang atas penghakiman dari Allah, menyalurkan belas kasihan adalah sesuatu yang terus menerus dikerjakan tanpa henti. Sebagai orang yang telah menerima pengampunan dan belas kasihan Tuhan seharusnya dapat mengampuni sesama tanpa batas. Karena ini bukanlah hukum beban melainkan hukum kasih yang harus dihormati dan dilaksanakan oleh setiap orang percaya sebab bukti dari belas kasihan adalah melakukan hukum Allah, yaitu mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri, karena pada waktu penghakiman orang itu akan dikasihi oleh Allah dan bebas dari penghakiman.
Many believers think that mercy is only for those in need or all believers. For this reason, this study aims to provide an explanation of the mercy needed by every believer to free someone from judgment according to James 2:13. The method used is a text analysis approach, which focuses on the text itself and is compared with other book texts. The results of the study stated that based on James 2:13, mercy is the key to victory over judgment from God, channeling mercy is something that is continuously done without stopping. As a person who has received God's forgiveness and mercy, he should be able to forgive others without limits. Because this is not the law of burden but the law of love that every believer must respect and implement because the proof of mercy is to do God's law, which is to love God and love your neighbor as yourself, because at the time of judgment that person will be loved by God and free from judgment.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2021-12-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/191
10.47457/phr.v4i2.191
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 4 No. 2 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 132-143
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v4i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/191/122
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/191/125
Copyright (c) 2021 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/194
2023-05-03T03:21:31Z
phr:ART
ANAK MANUSIA DAN HAMBA YANG MENDERITA: KEMESIASAN YESUS DALAM TEOLOGI BIBLIKA DAN IMPLIKASINYA BAGI ORANG KRISTEN DI INDONESIA PADA MASA KINI
Suleni, Suleni
Kristanto, David
Putralin, Eliantri
Malik, Malik
New Testament
Biblical Theology
Messiah
Jesus Christ
Suffering Servant
Christology
Perjanjian Baru
Teologi Biblika
Mesias
Yesus Kristus
Hamba yang menderita
Kristologi
The concept of the Messiah is a complex and often problematic concept for both Christians and Jews to understand. Christian often accept the concept too simplistically to the point of losing sight of the continuity of the concept with the Messianic prophecies in the Old Testament. In contrast to the Christians, the Jwes reject the concept mainly because their Messianic concept is very strong. Related to glory and power but they do not understand theat the Messiah must die even to the point of being crucified to atone for the sins of His people. Using a biblical theology approach. This article argues that the concept of the Messiah in the Bible must be fully understood in terms of the glory and suffering of the Messiah in the Bible. Bear the sin. Two the important biblical concepts for understanding both are the concept of The Son of Man and the concept of the Suffering Servant. In the deen of Jesus Christ, the glory and power of the Son of Man and the role of the Suffering Servant were simultaneously fulfilled through His humiliation on the cross and His exaltation through His resurrection from the dead. For this purpose this article first discusses concerning the Messiah in the Old Testament, the second: the Messiah and the Son of Man, the third: Son of Man and the Suffering Servan, and then concludes with a conclusion.
Konsep Mesias merupakan konsep yang kompleks dan seringkali problematik untuk dipahami baik di kalangan Kristen maupun oleh orang-orang Yahudi. Orang-orang Kristen seringkali menerima konsep tersebut secara terlalu simplistik sampai-sampai kehilangan pandangan atas kontinuitas dari konsep tersebut dengan nubuat-nubuat Mesianis di dalam Perjanjian Lama. Berbeda dengan orang-orang Kristen, orang-orang Yahudi menolak konsep tersebut utamanya sebab konsep Mesianis mereka sangat berkaitan dengan kemuliaan dan kuasa namun mereka tidak memahami bahwa Mesias harus mati bahkan sampai disalib untuk menebus dosa umat-Nya. Menggunakan pendekatan teologi biblika, artikel ini berargumen bahwa konsep Mesias di dalam Alkitab harus dipahami secara utuh dalam kaitannya dengan kemuliaan dan penderitaan Sang Mesias dalam menanggung dosa. untuk memahami penderitaan dan kemuliaan dalam sebutan konsep Anak Manusia dan konsep Hamba Yang Menderita. Di dalam diri Yesus Kristus, kemuliaan dan kekuasaan sang Anak Manusia dan peran sang Hamba Yang Menderita digenapi secara bersamaan melalui perendahan diri-Nya di kayu salib dan peninggian-Nya melalui kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Untuk tujuan tersebut artikel ini pertama-tama membahas mengenai pengharapan Mesianik di dalam Perjanjian Lama; kedua, Mesias dan Anak Manusia; ketiga, Anak Manusia dan Hamba Yang Menderita; dan kemudian ditutup dengan sebuah kesimpulan.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2021-12-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/194
10.47457/phr.v4i2.194
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 4 No. 2 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 144-154
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v4i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/194/121
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/194/126
Copyright (c) 2021 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/201
2023-05-03T03:21:31Z
phr:ART
PEMAHAMAN HEDONISME KONTEMPORER BERDASARKAN STUDI TEOLOGIS DALAM ROMA 6:2 DAN GALATIA 5:19 SERTA IMPLIKASINYA BAGI ORANG KRISTEN MASA KINI
Wahyuni, Widya
Padabang, Yosep Iswanto
Lifestyle
Hedonism
Believers
Gaya Hidup
Hedonisme
Orang Percaya
Praktika
Searching for happiness in life is something that is always coveted by everyone, but in seeking and finding it someone needs to be guided and encouraged by the right motivation, so that the happiness obtained can be enjoyed properly, not to satisfy the desires of the flesh which ultimately makes the human being. perish with this world. As taught in the Bible that humans should always live to seek and please God, but in reality what is seen today is, there are so many people who live looking for happiness to satisfy their desires not God's desires. Then what about the life of Christians today? The author uses descriptive qualitative methods, while related to theological studies in relation to the hedonistic lifestyle, the authors relate descriptive qualitative research in the context of phenomenology with qualitative methods that are library research. Which is to analyze the content of meaning contained in a narrative or text, in relation to the Scriptures, the author uses narrative analysis. And in the end it can be concluded that believers should always live according to God's will, which is to do things that show love for God. and abstain from Deeds that originate from the desires of the flesh. and always pursue eternal happiness not temporary happiness taught in hedonism.
Mencari kebahagiaan dalam hidup ini adalah sesuatu yang selalu didambakan oleh semua orang namun dalam mencari dan menemukannya seseorang perlu dibimbing dan didorong oleh suatu motivasi yang benar, sehingga kebahagiaan yang diperoleh dapat dinikmati dengan baik, bukan untuk memuaskan keinginan daging semata yang pada akhirnya membuat manusia tersebut binasa dengan dunia ini. Sebagaimana yang diajarkan dalam Alkitab bahwa manusia sebaiknya selalu hidup mencari dan menyenangkan hati Tuhan, namun pada kenyataannya yang terlihat saat ini adalah, ada begitu banyak orang yang hidup mencari kebahagiaan untuk memuaskan keinginannya bukan keinginan Tuhan. Lalu bagaimana dengan kehidupan orang Kristen saat ini? Penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif, sedangkan terkait dengan kajian teologi dalam kaitannya dengan gaya hidup hedonisme, penulis mengaitkan penelitian yang bersifat kualitatif deskriptif dalam konteks fenomenologi dengan metode kualitatif yang bersifat library research. Yang mana untuk menganalisis kandungan makna yang terdapat dalam sebuah narasi atau teks, dalam kaitannya dengan Kitab Suci, penulis menggunakan analisis naratif. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa orang percaya sebaiknya selalu hidup menurut keinginan Tuhan, yaitu melakukan hal-hal yang memperlihatkan kasih kepada Allah. dan menjauhkan diri dari Perbuatan yang bersumber dari keinginan daging. serta selalu mengejar kebahagiaan yang abadi bukan kebahagiaan sementara yang diajarkan dalam paham hedonisme.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2021-12-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/201
10.47457/phr.v4i2.201
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 4 No. 2 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 155-166
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v4i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/201/120
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/201/127
Copyright (c) 2021 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/204
2023-05-03T03:21:31Z
phr:ART
ANALISIS TEOLOGIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA KRISTEN DALAM PENDAMPINGAN PEMBELAJARAN DARING TERHADAP PENGARUH GADGET BAGI PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 7-11 TAHUN
Illu, Jonidius
Bilo, Dyulius Thomas
Kasse, Yublina
theological analysis
parental responsibility
online learning
gadgets
cognitive development
analisis teologis
tanggung jawab orang tua
pembelajaran daring
gadget
perkembangan kognitif
Education
Cognitive development is influenced by the environment including gadgets so that if children use gadgets excessively it can affect cognitive development. That is why the use of gadgets during online learning if used properly and effectively then gadgets is useful in improving children's cognitive and vice versa, if gadgets are used during online learning with a purpose that is not in the portion of online learning it will interfere with cognitive development which can have an impact on children's lives. One of the problems that have an impact on children's cognitive is the online learning factor. Because many children do not use time effectively during online learning. Cognitive development has been influenced by gadgets. This problem is caused by online games that appear during online learning, unattractive presentation of material from a teacher, boredom of children during online learning and the amount of ineffective time during online learning as a result, children spend a lot of time playing gadgets. For almost two years (2019-2021), there are parents who have difficulty controlling the gadgets used by their children, so through this article it is hoped that they can find out whether the influence of gadgets on online learning on the cognitive development of children aged 7-11 years, both positive and negative impacts negative The method in this writing is qualitative, meaning that by using library research, namely collecting data from various sources to obtain information in order to find appropriate information to be usedThe purpose of this paper is to obtain information related to the influence of gadgets on online learning on the cognitive development of children aged 7-11 yearsSo it can be concluded that this research is necessary because of the wrong use of gadgets during online learning. This is where the role of parents in providing assistance so that children use good gadgets so as not to have a bad impact on children's cognitive development.
Perkembangan kognitif dipengaruhi oleh lingkungan termasuk di dalamnya adalah gadget sehingga jika anak penggunaan gadget yang berlebihan bisa memengaruhi perkembangan kognitif. Itu sebabnya penggunaan gadget selama pembelajaran daring jika digunakan dengan benar dan efektif maka gadget berguna dalam meningkatkan kognitif anak juga sebaliknya, jika gadget digunakan selama pembelajaran daring dengan tujuan yang bukan pada porsi pembelajaran daring maka akan mengganggu perkembangan kognitif yang dapat berdampak pada kehidupan anak. Salah satu problem yang berdampak pada kognitif anak adalah faktor pembelajaran daring. Oleh karena banyak anak yang tidak menggunakan waktu yang efektif selama pembelajaran daring. Perkembangan kognitif telah dipengaruhi oleh gadged. Problem ini disebabkan oleh games online yang muncul saat pembelajaran daring, penyajian materi yang tidak menarik dari seorang guru, kejenuhan anak selama pembelajaran daring dan banyaknya waktu yang tidak efektif selama pembelajaran daring akibatnya banyak waktu yang dipakai anak untuk bermain gadget. Hampir selama dua tahun ini (2019-2021), ada orang tua yang mengalami kesulitan mengontrol gadget yang digunakan anak, sehingga melalui tulisan ini diharapkan dapat mengetahui apakah pengaruh gadget pada pembelajaran daring terhadap perkembangan kognitif anak usia 7-11 tahun, baik dampak positif atau dampak negatif. Metode dalam penulisan ini adalah kualitatif artinya dengan menggunakan penelitian kepustakaan yaitu mengumpulkan data dari berbagai sumber untuk mendapatkan informasi guna menemukan informasi yang sesuai untuk dipergunakan. Tujuan dari tulisan ini, diharapkan agar dapat memperoleh informasi terkait pengaruh gadget pada pembelajaran daring terhadap perkebangan kognitif anak usia 7-11 tahun. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian ini perlu karena penggunaan gadget yang salah selama pembelajaran daring. Di sinilah peran orang tua dalam melakukan pendampingan sehingga anak menggunakan gadget yang baik agar tidak berdampak buruk pada perkembangan kognitif anak.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2021-12-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/204
10.47457/phr.v4i2.204
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 4 No. 2 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 167-181
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v4i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/204/119
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/204/128
Copyright (c) 2021 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/206
2023-05-03T03:21:31Z
phr:ART
TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PANDANGAN GEREJA KATOLIK TENTANG KERAJAAN ALLAH DAN IMPLIKASINYA BAGI GEREJA MASA KINI
Putra, Adi
Berek, Filmon
Kerajaan Allah
Gereja
Roma Katolik
Kajian Teologi
This research is about theological study of the views of the Roman Catholic Church on the concept of the Kingdom of God which is equated with the Church. By using qualitative research, especially literature review, several errors were found in this concept. First, it is a mistake to equate the Church with the Kingdom of God as understood by the Roman Catholic group. Second, I strongly agree when I say that the Church is the government of Christ. It should be noted, however, that in the context of God's kingdom (note the OT and NT concepts previously discussed) God's reign includes all of creation and the universe. So that the KR group has narrowed the scope of God's government in the Kingdom of God if it only thinks that the scope of God's government is only within the scope of the church. Third, it concerns the hierarchy of salvation and the Pope as the representative of Christ, where in the context of the kingdom of God on earth, the Pope is the highest representative. Once again this view is too exaggerated and forced. Thus, it can be concluded that it is a big mistake to equate the Kingdom of God with the Church.
Penelitian ini tentang kajian teologis terhadap pandangan Gereja Katolik Roma tentang konsep Kerajaan Allah yang disamakan dengan Gereja. Dengan menggunakan penelitian kualitatif, khususnya kajian literatur, maka ditemukan beberapa kekeliruan terhadap konsep ini. Pertama, sebuah kekeliruan apabila menyamakan Gereja dengan Kerajaan Allah seperti yang dipahami oleh kelompok Katolik Roma. Kedua, sangat setuju apabila mengatakan bahwa Gereja adalah pemerintahan Kristus. Namun perlu dicatat bahwa dalam konteks kerajaan Allah (perhatikan konsep PL dan PB yang sebelumnya telah dibahas) pemerintahan Allah mencakup seluruh ciptaan dan alam semesta. Sehingga kelompok KR telah mempersempit cakupan dari pemerintahan Allah dalam Kerajaan Allah apabila hanya berpendapat bahwa cakupan pemerintahan Allah hanya dalam lingkup gereja saja. Ketiga, menyangkut tentang hirarki keselamatan dan Paus selaku wakil Kristus, di mana dalam konteks kerajaan Allah di bumi, maka Paus adalah wakil tertinggi. Sekali lagi pandangan ini pun terlalu berlebihan dan dipaksakan. Dengan demikian, dapat disimpulkan adalah kekeliruan besar untuk menyamakan Kerajaan Allah dengan Gereja.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2021-12-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/206
10.47457/phr.v4i2.206
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 4 No. 2 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 182-193
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v4i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/206/118
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/206/129
Copyright (c) 2021 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/207
2023-05-03T03:21:31Z
phr:ART
SATU INJIL BAGI SEGALA BUDAYA
Haak, Cornelis J.
guilt culture
shame culture
fear Culture
(re-) contextualization
tri-cultural theological concepts
covenant theology
budaya bersalah
budaya malu
budaya takut
(re-)kontekstualisasi
konsep teologi tri-budaya
teologi perjanjian
Misiologi
This article explains the need the development of Reformed theology so that it can attract the attention of different cultured people with Guilt Culture. It turns out the gospel applies to all cultures, but theology of Reformed raises Luther's question that is looking for an answer about the basis of salvation. Even though it strongly agreed that the Bible was teaching that it was dismissed by justification through faith, but the recognition of 'Sola Fide' did not contain the overall gospel. Therefore, the meaning and impact of the gospel should be presented to a shame culture and a fear culture (Fear Culture) in more suitable to the questions and struggle that contexts. if characteristic every culture is more regularly understood, it can also read the Bible and the teachings of the gospel with 'lens' which are more in line with those cultural needs. With this the good news of the Gospel will get stronger to convince the listeners of the gospel.
Artikel ini menjelaskan perlunya mengembangkan teologi reformed supaya dapat menarik perhatian orang yang berbudaya berbeda dengan budaya bersalah (guilt culture). Ternyata Injil berlaku untuk segala budaya, akan tetapi teologi reformed menimbulkan pertanyaan Luther yang mencari jawab tentang dasar keselamatan. Sekalipun sangat setuju bahwa Alkitab mengajar bahwa diselamatkan oleh pembenaran melalui iman, namun pengakuan ‘Sola Fide’ itu tidak mengandung keseluruhan Injil. Sebab itu arti dan dampak Injil seharusnya dipresentasikan ke budaya malu (shame culture) dan budaya takut (fear culture) secara yang lebih sesuai kepada pertanyaan dan kekhawatiran yang berlaku di dalam budaya itu. Kalau ciri khas setiap budaya dipahami dengan lebih teratur, maka juga dapat membaca Alkitab dan ajaran Injil dengan ‘kacamata’ atau ‘lensa’ yang lebih sesuai dengan kebutuhan budaya itu. Dengan cara ini berita keselamatan Injil Kristus akan bertambah kuat untuk meyakinkan para pendengar pekabaran Injil itu.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2021-12-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/207
10.47457/phr.v4i2.207
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 4 No. 2 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 194-210
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v4i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/207/117
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/207/130
Copyright (c) 2021 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/212
2023-05-03T03:21:16Z
phr:ART
EKSPLORASI 2 TIMOTIUS 3:16 DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PERTUMBUHAN IMAN PESERTA DIDIK DI SMP HARVARD SCHOOL: Indonesia
PENTINGNYA MEMBACA ALKITAB BERDASARKAN 2 TIMOTIUS 3:16 TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PERTUMBUHAN IMAN PESERTA DIDIK DI SMP HARVARD SCHOOL: Indonesia
Ginting, Gundari
Silalahi, Anjelika
Hasugian, Romiana
Sianturi, Rut Soviana
Kasse, Yublina
bible reading
character development
faith growth
Christian Education; Character Christian
Alkitab
pembentukan karakter
pertumbuhan iman
siswa
pemahaman
Alkitab
Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang memiliki tujuan agar menemukan pemahaman tentang pentingnya membaca Alkitab terhadap pembentukan karakter dan pertumbuhan iman Peserta didik. Alkitab adalah Firman Tuhan yang tak pernah salah dan berkuasa yang diilhamkan Allah langsung kepada penulisnya. Pembentukan karakter sangat diperlukan bagi peserta didik agar meneladani Kristus. Orang percaya yang memiliki persekutuan Pribadi dengan Allah mengenal Allah melalui membaca dan merenungkan Firman Tuhan serta melakukannya di dalam kehidupan sehari-hari. Memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan serta mengenal Tuhan dapat membuat iman semakin bertumbuh. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan angket untuk menghimpun data. Hasilnya penelitian menunjukkan adanya pengaruh pemahaman tentang pentingnya membaca Alkitab terhadap pembentukan karakter dan pertumbuhan iman peserta didik diterima. Karena itu, diperlukan adanya sinergi antara guru PAK, gereja, dan orang tua untuk pembentukan karakter dan pertumbuhan iman siswa.
This type of research is a quantitative research that aims to find an understanding of the importance of reading the Bible on the character building and faith growth of students. The Bible is the infallible and powerful Word of God which was inspired by God directly to the author. Character formation is very necessary for students so that students have characters like the character of Christ as believers and personal fellowship with God and have a good introduction to God through reading and meditating on God's Word and doing it in daily life and by having intimate relationships. with God and having a good knowledge of God can make faith grow even more. The data collection technique used in this study was to distribute questionnaires to collect data. The results of the study indicate that there is an influence on understanding the importance of reading the Bible on the character formation and faith growth of students. Therefore, in this case, it is also necessary to have a synergy between PAK teachers, the church, and parents for the formation of character and the growth of students' faith.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2022-06-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/212
10.47457/phr.v5i1.212
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 5 No. 1 (2022): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 1-14
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v5i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/212/141
Copyright (c) 2022 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/222
2023-05-03T03:21:01Z
phr:ART
MAKNA TEOLOGIS MENGUMPULKAN HARTA DI SURGA BERDASARKAN MATIUS 6:20
Gulo, Fenius
heaven
Matthew 6:20
store up
treasures
world
Biblical Thelogy
dunia
harta
Matius 6:20
mengumpulkan
surga
Teologi Biblikal
Pada zaman sekarang ini, masih banyak orang yang hanya berfokus pada harta dunia dan mengabaikan harta di surga. Hal ini terjadi oleh karena kurangnya pemahaman terkait makna teologis dari “mengumpulkan harta di surga” sebagaimana perintah Tuhan Yesus di Injil Matius 6:20. Oleh sebab itu yang menjadi fokus perhatian pada penelitian ini adalah untuk mencari makna teologis dari frasa “mengumpulkan harta di surga” berdasarkan Matius 6:20. Setelah melakukan penyelidikan berdasarkan metode penelitian kualitatif yang mempertimbangkan berbagai literatur berhubungan dengan topik penelitian, berkesimpulan bahwa harta di surga adalah hidup kekal yang didapat di dalam kebenaran Kristus. Jadi mengumpulkan harta di surga adalah beriman kepada Yesus agar memperoleh hidup kekal serta mengutamakan kerajaan Allah serta kebenaran-Nya dan taat kepada Firman Tuhan. Berharap dengan penjelasan ini, umat Allah memiliki pengertian yang benar dengan “mengumpulkan harta di surga” serta mengaplikasikannya dalam kehidupan praktis.
If people do not carefully read Matthew 6:20, the essay about Jesus' expression in the phrase "gathering up treasures in heaven," many will assume that what is meant is accumulating the world's wealth in the form of material such as food, clothing, gold, silver and various other things related to material things. However, after conducting an investigation based on the biblical study approach, He gave an essay that accumulating treasure in heaven is an act or act of pleasing God by living rightly and doing His will according to God's Word. It is not wrong to look for worldly treasures in fulfilling all the necessities of life, as long as it is in a good way and according to God's will. Therefore, it must be realized that all worldly treasures in the material form will disappear, while treasures in heaven are eternal and provide eternal happiness to their owners.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2022-12-14
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/222
10.47457/phr.v5i2.222
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 5 No. 2 (2022): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 139-151
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v5i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/222/161
Copyright (c) 2022 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/229
2023-05-03T03:21:16Z
phr:ART
TUHAN SEBAGAI PENCIPTA: KONSEP PENCIPTAAN JAGAT RAYA BERDASARKAN KITAB KEJADIAN PASAL 1-2
GOD AS CREATOR: KONSEP PENCIPTAAN ALAM SEMESTA BERDASARKAN KITAB KEJADIAN PASAL 1-2
Halawa, Ririn Valentina
Allah
alam semesta
ex nihilo
pemeliharaan
penciptaan
Alkitab
God, the universe, providence, creation
God
God said that the creation of the universe must be complete, as stated in Genesis 1-2. This article is the result of thought and analysis of the creation of the universe. Atheists who do not know God believe that the universe's existence had no beginning. However, Christians believe that the universe exists because of the Creator. The article's purpose is to explain the concept of the creation of the universe based on the Book of Genesis and answer questions about the Creator of the earth. The universe exists because there is a Creator. In this case, Allah states that the world was created in six days. The reality of God's activity and the Word of God cannot be denied as the glory of God who created the universe, namely the heavens and the earth, ex nihilo. Creationism is the foundation of Christianity, as evidenced by the powerful authority of God's Word. Genesis 1-2 describes arguments against and refutation of Science's claims and philosophical views that contradict the validity of the Bible. Thus the existence of the world is because of the Creator. This article shows that God is the Creator of the universe, so the universe exists.
Pernyataan Alkitab mengenai penciptaan alam semesta sebenarnya telah tuntas sebagaimana di kemukakan dalam Kejadian 1-2. Jenis artikel konsep adalah hasil dari pemikiran atau analisis fenomena yang muncul. Kaum ateis mempercayai bahwa keberadaan alam semesta tidak memiliki awal. Namun orang Kristen mempercayai bahwa alam semesta ini ada karena ada penciptanya. Berdasarkan hal tersebut, artikel ini akan memaparkan konsep penciptaan alam semesta berdasarkan kitab Kejadian untuk menjawab pertanyaan mengenai pencipta alam semesta. Alam semesta ada karena ada penciptanya. Firman Tuhan menyatakan bahwa pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi dalam waktu enam hari lamanya Yang merupakan suatu fakta Alkitab yang tak terbantahkan sebagai tindakan Allah yang mahakuasa dan keagungan Allah yang menciptakan alam semesta dari yang tidak ada menjadi ada dengan firman-Nya atau creatio ex nihilo. Doktrin penciptaan merupakan landasan iman Kristen yang diuji dalam otoritas Firman Allah yang berkuasa. Pernyataan di dalam Kejadian pasal 1-2 merupakan sanggahan terhadap berbagai teori ilmu pengetahuan dan pandangan filsafat manusia yang bertentangan dengan kebenaran Alkitab. Jadi, dunia ada karena ada penciptanya dan artikel ini menunjukkan bahwa Allah adalah pencipta alam semesta.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2022-06-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/229
10.47457/phr.v5i1.229
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 5 No. 1 (2022): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 15-27
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v5i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/229/142
Copyright (c) 2022 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/237
2023-05-03T03:21:16Z
phr:ART
SEJARAH DAN DAMPAK KEHADIRAN JEMAAT GLORYA TUATUKA BAGI MASYARAKAT SEKITARNYA
DAMPAK KEHADIRAN JEMAAT GLORYA TUATUKA BAGI MASYARAKAT SEKITARNYA
Hawu Haba, Yuda D.
Pada, Maria R. A.
Sejarah Gereja
GMIT
Dampak Kehadiran
Jemaat
Masyarakat
Sejarah Gereja
Dampak kehadiran
Kehadiran Jemaat
Gereja dan Masyarakat
Dampak kehadiranJemaat Bagi Gereja dan masyarakat
This research aims to know the context of the GMIT Glorya Tuatuka Congregation and its presence from 1941 to 2021. The method used in this research is a qualitative method with a historical approach. From this research, the following results were obtained: GMIT Glorya Tuatuka congregation, in its history, has reached the age of 80 years on 19 September 2021. This congregation is located in Tuatuka Village, East Kupang, Kupang Regency, East Nusa Tenggara. From the context of the Tuatuka Village, it became a place where members of the GMIT Glorya Tuatuka Congregation grew and developed. The GMIT Glorya Tuatuka congregation has been around for 80 years. This congregation was founded on 19 September 2021. At that time, Rev. H. Haning baptized 25 members of the Tuatuka congregation. This congregation initially worshipped at Babau, then to Mukeana (Kefetoran Am Abi Oefeto), to Gunoedale/Tuatuka Lama, and established a new fellowship in Tuatuka (Laku). Since its founding in the 1970s – today, this congregation has been served by eight Pastors. Thus, for 80 years, members of the GMIT Glorya Tuatuaka Congregation have been served by 16 pastors. Members of this congregation started with 37 family heads, and now there are 224 family heads. Its presence has an impact on the fields of ecclesiastical spirituality, socio-economics, politics, education, customs, and culture.
ABSTRAK
Jemaat GMIT Glorya Tuatuka dalam perjalanan sejarahnya telah menempuh usianya yang ke-80 tahun pada 19 September 2021.
Jemaat ini berada di Kelurahan Tuatuka, Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Dari konteks Kelurahan Tuatuka menjadi tempat di mana anggota Jemaat GMIT Glorya Tuatuka bertumbuh dan berkembang. Persekutuan anggota Jemaat GMIT Glorya Tuatuka sudah ada sejak 80 tahun yang lalu.
Jemaat ini berdiri pada 19 September tahun 1941. Saat itu, Pdt. H. Haning membaptis 25 orang anggota jemaat Tuatuka. Ia tinggal di Babau dan hanya memimpin sakramen, sementara ibadah lainnya dipimpin oleh Penanggung Jawab, karena terbatasnya tenaga pelayan, dan wilayah pelayanan sangat luas.
Jemaat ini semula beribadah di Babau, meudian ke Mukeana (Kefetoran Am Abi Oefeto), ke Gunoedale/Tuatuka Lama, dan berdiri sebagai suatu persekutuan baru di Tuatuka (Laku).
Selanjutnya, pelayanan sakramen dilayani secara bergantian oleh para pendeta: P. Huandao (1927-1931), H. Haning (1931-1945), M.P. Haba (1946-1948), D.E. Liman (1949-1950), E.P. Amtiran (1954-1957), Markus Manafe (1957-1958), Guru Jumat Elias Hautias, dan Guru Jemaat S.P. Eluama. Sejak pemandiriannya pada tahun 1970-an – sekarang, jemaat ini dilayani oleh delapan orang Pendeta.
Dengan demikian, selama 80 tahun, anggota Jemaat GMIT Glorya Tuatuaka telah dilayani oleh 16 orang pendeta. Anggota jemaat ini bermula dengan 37 Kepala Keluarga, dan sekarang berjumlah 224 kepala keluarga.
Kehadirannya berdampak pada bidang kerohanian/kegerejaan, sosial-ekonomi, politik, pendidikan, adat-istiadat dan kebudayaan.
Kata Kunci: Dampak Kehadiran, Kehadiran Jemaat, Gereja dan Masyarakat
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2022-06-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/237
10.47457/phr.v5i1.237
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 5 No. 1 (2022): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 28-40
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v5i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/237/143
Copyright (c) 2022 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/240
2023-05-03T03:21:16Z
phr:ART
PENTINGNYA PENGAJARAN YANG BENAR BAGI GENERASI Z: SEBUAH KAJIAN INTEGRASI TEOLOGI & MEDIA SOSIAL
STUDI INTEGRATIF TEOLOGI DAN MEDIA SOSIAL
Supriadi, Made Nopen
Alpasa, Yohanes Dian
Integrative
Theology
Social Media
Generation Z
Teologi Integratif
Generasi Z
iman Kristen
Integratif
Media Sosial
Teologi
Teologi
Today's technological developments have provided effortless access for the current generation of Generation Z to get the information they need. However, the problem occurs when Generation Z misreads information, one which is information related to the doctrines of the Christian faith. This condition challenges teachers to make Z able to fill the social media space with the correct teachings. Therefore, it is necessary to formulate theological thoughts that are indeed following the development of today's social media. Through an integrative study approach between theology and social media and phenomenological studies related to the problems that arise. So this research produces a combination of theology and social media that contributes to social media content filled with true theology and theology that is open in general because social media bridge it. This research contributes so that Generation Z is not trapped in wrong doctrines in social media.
Today's technological developments have provided very easy access for the current generation or so-called generation Z to be able to get the information they need. However, the problem occurs when Generation Z misreads information, one of which is information related to the doctrines of the Christian faith. Therefore, it is necessary to formulate correct theological thinking with the development of today's social media. Through qualitative methods with an integrative study approach between theology and social media and phenomenological studies related to the problems that arise. So this research produces a combination of theology and social media that contributes in terms of social media content filled with true theology and theology that is open in general because it is bridged by social media. This research contributes so that Generation Z is not trapped in wrong doctrines in social media.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2022-06-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/240
10.47457/phr.v5i1.240
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 5 No. 1 (2022): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 41-55
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v5i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/240/144
Copyright (c) 2022 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/245
2023-05-03T03:21:01Z
phr:ART
ARGUMENTASI TEOLOGIS TENTANG DAMPAK DOSA TERHADAP PIKIRAN
Ramasin, Riswan
Ndruru, Fasmani
argument
human
mind
moral
sin
Systematic Theology
argumentasi
dosa
manusia
moral
pikiran
Teologi Sistematika
The mind, which is unique to man, is inseparable from sin after the fall into sin. Empiricists who always take the experience as the measure of human life reject this impact with the view that, although humans are mortal, humans are morally neutral. The impact of sin on the mind is that man cannot find the truth with his reason, but he always fails to do so. The death of the human spirit causes horrors that are incredibly disgusting and grieve the heart of God. However, worldly man does not care about all that but is proud of the sins and injustices he has committed. The discussion on this topic is presented descriptively based on theological arguments according to the views of several experts summarised in a prescriptive presentation. As a result, sin has made all aspects of human life experience terrible things. Three aspects are affected by the sinful mind, namely, "man no longer recognizes his existence as a creature of God (Spiritual Aspect), Man becomes a crisis of goodness and is unlikely to seek God (Moral Aspect), and man is younger to misunderstand, faster to judge and prefers to be alone than to associate with others (social aspect).
Pikiran yang merupakan keunikan dari pada manusia itu tidak terlepas dari pada dosa pasca kejatuhan kedalam dosa. Penganut empirisme yang selalu menjadikan pengalaman sebagai tolak ukur atas kehidupan manusia menolak akan dampak tersebut dengan pandangan bahwa, walaupun manusia bersifat fana, manusia bersifat netral secara moral. Dampak dosa terhadap pikiran adalah manusia tidak bisa menemukan kebenaran dengan akal sehatnya melainkan ia selau gagal dalam melakukanya. Kematian Rohani manusia menimbulkan kengerian yang begitu luar biasa menjijikan dan mendukakan hati Tuhan. Namun manusia duniawi tidak mempedulikan semuanya itu, melaikan berbangga atas dosa dan kelaliman yang telah diperbuatnya. Pembahasan mengenai topik ini disajikan secara deskriptif berdasarkan argumentasi secara teologis menurut pandangan beberapa ahli yang dirangkum dalam sebuah paparan secara preskriptif. Sebagai hasil yang didapatkan bahwa, dosa telah membuat seluruh aspek kehidupan manusia mengalami hal yang mengerikan. Ada Tiga aspek yang di pengaruhi oleh pikiran yang berdosa yakni, “manusia tidak lagi mengakui keberadaanya sebagai makhluk ciptaan Tuhan (Aspek Spritual), Manusia menjadi krisis akan kebaikan dan tidak mungkin mencari Allah ( Aspek Moral) dan manusia lebih muda salah mengerti, lebih cepat menghakimi dan lebih memilih untuk menyendiri dari pada bergaul dengan orang lain (aspek sosial).
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2022-12-14
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/245
10.47457/phr.v5i2.245
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 5 No. 2 (2022): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 152-165
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v5i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/245/162
Copyright (c) 2022 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/250
2023-05-03T03:21:16Z
phr:ART
THE URGENCY OF TEXTUAL CRITICISM OF THE NEW TESTAMENT INERRANCY
Wariki, Valentino
Gernaida Krisna R. Pakpahan
Greek
Inerrancy
New Testament
Text Variants
Textual Criticism
Library Research
Kritik Tekstual
Varian Teks
Ineransi
Perjanjian Baru Yunani
Penelitian Kepustakaan
Textual criticism has long existed as part of the hermeneutic discipline. However, many communities reject this approach. Even scientifically, textual criticism provides a new understanding of the scriptures, especially the New Testament. The many variants of the Greek New Testament make textual criticism present to reconstruct the original text of the Greek New Testament. Nevertheless, on the other hand, this scientific development deals with the doctrine of the inerrancy of the Bible. This study attempts to present the logical foundations of the urgency of textual criticism related to the doctrine of the inerrancy of the Bible. This study examines the importance of textual criticism of the inerrancy of the Bible. The approach used is exploratory qualitative. The results showed that the hermeneutic method of textual criticism did not weaken the truth of the Bible. The inerrancy of the Bible is maintained when an interpreter uses this method. The meaning of the text is more understandable and far from error because of the approach to the highlighted New Testament Greek.
Kritik tekstual sudah lama hadir sebagai bagian dari disiplin hermeneutik. Namun, banyak komunitas menolak pendekatan ini. Padahal secara keilmuan kritik tekstual banyak memberikan pemahaman baru akan kitab suci terlebih khusus Perjanjian Baru. Banyaknya varian Yunani perjanjian baru membuat kritik tekstual hadir untuk merekonstruksi teks aslinya Yunani Perjanjian Baru. Namun di sisi lain, perkembangan keilmuan ini berhadapan dengan doktrin ineransi Alkitab. Penelitian ini berupaya untuk mengemukakan dasar-dasar logis mengenai urgensi kritik tekstual terkait doktrin ineransi Alkitab. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kepentingan kritik teks terhadap ketidakbersalahan Alkitab. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif eksploratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode hermeneutic kritik teks tidak melemahkan kebenaran Alkitab. Ineransi Alkitab tetap terjaga ketika seorang penafsir menggunakan metode ini. Justru makna teks semakin dapat dimengerti dan jauh dari kesalahan karena pendekatan kepada bahasa Yunani Perjanjian Baru yang ditonjolkan.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2022-06-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/250
10.47457/phr.v5i1.250
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 5 No. 1 (2022): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 56-65
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v5i1
eng
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/250/145
Copyright (c) 2022 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/255
2023-05-03T03:21:16Z
phr:ART
"GENDER STRUCTURE" (BIBLICAL PERSPECTIVE ON GENDER EQUALITY)
Setianto, Yusak
gender equality
man
responsibility
theology
woman
Theology
Kesetaraan Gender
Teologi
Tanggungjawab
Teologi
The issue of Gender does not yet have a common ground. Women are always considered weak and helpless human beings. However, in some ethnic groups in Indonesia, the opposite is true. Men are deemed to have no value to women. This study aims to examine the concept of gender equality from a biblical perspective. As the primary source of teaching authority, the Bible provides a solid picture of gender equality. The research method used is exploratory qualitative. The results of the study state that the Bible consistently discusses the principle of gender equality. Because gender equality is essential, many activists voice this principle in the struggle for human rights. Therefore, viewing humans as the noblest created beings is the basis for this struggle for gender equality. Thus, opportunities and responsibilities in all aspects of life own by all humans and created by God.
Permasalah mengenai Gender belum memiliki titik temu. Wanita selalu dianggap sebagai manusia yang lemah dan tidak berdaya. Namun dibeberapa suku di Indonesia, berlaku sebaliknya. Laki-laki dianggap tidak memiliki harga dibanding dengan wanita. Karena pentingnya prinsip kesetaraan gender, banyak aktivis-aktivis menyuarakan prinsip ini sebagai perjuangan Hak Asasi Manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsep kesetaraan gender dari perspektif Alkitab. Sebagai sumber utama dalam otoritas mengajar, Alkitab memberikan gambaran yang solid terkait kesetaraan gender. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif eksploratif. Hasil penelitian menyatakan bahwa prinsip kesetaraan gender secara konsisten dibahas oleh Alkitab. Oleh karena itu, memandang manusia sebagai makhluk ciptaan yang paling mulia menjadi dasar untuk perjuangan kesetaraan gender ini. Dengan demikian, kesempatan dan tanggungjawab dalam seluruh aspek kehidupan dimiliki oleh semua manusia yang diciptakan oleh Tuhan.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2022-06-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/255
10.47457/phr.v5i1.255
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 5 No. 1 (2022): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 66-77
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v5i1
eng
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/255/146
Copyright (c) 2022 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/258
2023-05-03T03:21:16Z
phr:ART
MENGAMPUNI (ἀπολυω): SIKAP ETIS YESUS TERHADAP PERCERAIAN – BERDASARKAN MATIUS 19:1-9: Kajian Hermeneutik Matius 19:1-9
MENGAMPUNI (ἀπολυω) SIKAP ETIS YESUS TERHADAP PERCERAIAN: Kajian Hermeneutik Matius 19:1-9
Balebu, Elsye Mastika
etika Kristen
hermeneutik
pengampunan
perceraian
Yesus
biblical
Perceraian, Pengampunan, Etika Kristen, Hermeneutik, Yesus
Biblika
This article proposes a theological construction of Jesus’ ethical attitude towards divorce. The conflict between the socio-political practice that legalizes divorce and the narrative of religious rhetoric against divorce is the cause of many divorces in Christian families. An understanding of the ethical morality of Christians towards divorce shows that there is an excessive adherence to the biblical text without considering the context. I use hermeneutic principles through the dialectic of the text and the context of the Gospel of Matthew 19:1-9 as the method used by Jesus to understand the reality of the Torah text. This effort aims to assist Pastors in pastoral care when accompanying families who are about to divorce. This article uses a literature research method with a text centred (synchronic) approach and a qualitative method to examine the results of field research. The results showed that the text of Matthew 19:1-9 was about to criticize the attitude of Pharisees who wanted to trap Jesus through the question of divorce. It turns out that Jesus has His own Halakhah, that is, forgiveness to avoid divorce.
Artikel ini mengusulkan sebuah konstruksi teologis mengenai sikap etis Yesus terhadap perceraian. Adanya konflik yang terjadi antara praktik sosial politik yang melegalkan perceraian dengan narasi retorika agama yang menentang perceraian menjadi penyebab banyaknya perceraian dalam keluarga Kristen. Pemahaman mengenai moralitas etis orang Kristen terhadap perceraian memperlihatkan adanya ketaatan yang berlebihan pada teks Alkitab tanpa mempertimbangkan konteks dari teks. Saya menggunakan prinsip-prinsip hermeneutik melalui dialektika teks dan konteks dari Injil Matius 19:1-9, sebagai metode yang digunakan oleh Yesus untuk memahami realitas teks Taurat. Upaya ini bertujuan untuk membantu para Pendeta dalam pelayanan pastoral ketika mendampingi keluarga yang akan bercerai. Artikel ini menggunakan metode penelitian literatur dengan pendekatan kritik historis dan metode kualitatif untuk mengkaji hasil penelitian lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teks Matius 19:1-9 hendak mengkritisi sikap orang-orang Farisi yang ingin menjebak Yesus melalui pertanyaan mengenai perceraian. Ternyata Yesus memiliki halakhah sendiri yaitu pengampunan untuk menghindari perceraian.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2022-06-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/258
10.47457/phr.v5i1.258
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 5 No. 1 (2022): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 78-93
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v5i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/258/147
Copyright (c) 2022 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/259
2023-05-03T03:21:01Z
phr:ART
PRINSIP-PRINSIP PAK ANAK: SEBUAH KAJIAN EKSEGESIS ALKITAB DARI ULANGAN 6: 4-9
Hotmarlina, Evinta
Sondjaja, Maria A. S.
children
Christian religious education
globalization
religious education
anak-anak
globalisasi
pendidikan agama Kristen
pendidikan keagamaan
christian education
theology
This article seeks to research principles of Christian Religious Education through exegeting Deuteronomy 6:4-9. This research uses the qualitative-descriptive method. Principles of Christian Religious Education constructed based on Deuteronomy 6:4-9 could generate balanced emphases between academic ability and spiritual formation; both are vital to equip the younger generations to face global challenges. Thus, the purpose of Christian Religious Education for children is to build a younger generation that could contribute to the broader society based on solid Christian principles. Deuteronomy 6:4-9 is guidance for parents to practice Christian Religious Education in the family. Family should be the first place for children to confess that there is only one true God, love God, do His instructions, discuss His law, reflect upon it, and bear witness to the one true God.
Artikel ini bertujuan meneliti prinsip Pendidikan Agama Kristen (PAK) anak melalui kajian eksegesis Ulangan 6:4-9. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif kualitatif dengan mengambil dari beberapa sumber pustaka. Konstruksi prinsip-prinsip PAK anak berdasarkan Ulangan 6:4-9 dapat membantu untuk menciptakan penekanan yang lebih seimbang antara kemampuan akademis dan formasi spiritual. Keduanya dipandang dapat memperlengkapi generasi penerus untuk menghadapi tantangan global. Dengan demikian, tujuan utama dari PAK anak adalah untuk membangun suatu generasi penerus yang dapat berkontribusi kepada masyarakat luas dengan prinsip-prinsip iman Kristen yang kokoh. Ulangan 6:4-9 memberikan pedoman kepada orang tua dalam mempraktikkan pendidikan agama Kristen dalam keluarga. Keluarga perlu menjadi tempat pertama anak mengakui hanya ada Tuhan yang Esa, mengasihi Tuhan yang Esa, melakukan perintah Tuhan yang Esa, membicarakan perintah Tuhan yang Esa, merenungkan perintah yang Esa dan menjadi saksi Tuhan yang Esa.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2022-12-14
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/259
10.47457/phr.v5i2.259
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 5 No. 2 (2022): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 166-177
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v5i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/259/163
Copyright (c) 2022 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/262
2023-05-03T03:21:16Z
phr:ART
STRATEGI PENDEKATAN PASTORAL TERHADAP PERKAWINAN KEDUA
STRATEGI PENDEKATAN PASTORAL TERHADAP PERKAWINAN KEDUA
Illu, Jonidius
Nome, Nehemia
Silaen, Riste Tioma
gembala
Kristen
pastoral
perkawinan kedua
strategi pendekatan
Konseling
Strategi pendekatan
pastoral
perkawinan kedua
Pastoral
The main problems of writing this article are; first, some couples want to marry for the second time but do not show legal evidence of divorce from the first marriage. Second, they are not preparing for a second marriage through premarital counseling. Third, they are dishonest and open to the failure of the first marriage, so they choose to marry secretly, and certain pastors or churches can accept this. The author would like to explain the pastoral strategy a church pastor carried out in preparing for a second marriage so that it can be accepted in terms of Christian faith, law and culture. The research method used is qualitative research. So it can be concluded that there needs to be a strategy carried out by a pastor in carrying out pastoral care for second marriages so that marriages that will run for a lifetime or are expected to avoid divorce again are guided by a pastoral approach to second marriages. This is necessary to reflect to the world that the church or His people are salt and light so that the name of Jesus Christ is glorified.
Masalah utama dari penulisan artikel ini yaitu pertama, ada pasangan yang mau menikah untuk kedua kalinya namun tidak menunjukkan bukti secara legal mengenai perceraian perkawinan yang pertama; kedua, tidak mempersiapkan perkawinan kedua melalui konseling pranikah; ketiga, tidak jujur dan terbuka terhadap gagalnya perkawinan ke satu sehingga memilih untuk secara diam-diam menikah dan ini dapat diterima oleh pendeta atau gereja tertentu. Penulis ingin menjelaskan tentang strategi pastoral yang dilakukan oleh seorang gembala jemaat dalam mempersiapkan perkawinan kedua sehingga dapat diterima dari segi iman Kristen, hukum dan budaya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Jadi dapat disimpulkan bahwa perlu ada strategi yang dilakukan oleh seorang gembala jemaat dalam melakukan pastoral terhadap perkawinan kedua agar pernikahan yang akan dijalankan sampai seumur hidup atau diharapkan tidak terjadi perceraian lagi dengan berpedoman pada pendekatan pastoral terhadap perkawinan kedua. Hal ini perlu sebagai cerminan bagi dunia bahwa gereja atau umat-Nya menjadi garam dan terang sehingga nama Yesus Kristus dimuliakan.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2022-06-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/262
10.47457/phr.v5i1.262
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 5 No. 1 (2022): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 94-107
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v5i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/262/148
Copyright (c) 2022 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/264
2023-05-03T03:21:16Z
phr:ART
PERSAMAAN STATUS LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM PANDANGAN ALLAH MENURUT 1 KORINTUS 11:7-11: Indonesia
PERSAMAAN STATUS LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM PANDANGAN ALLAH MENURUT 1 KORINTUS 11:7-11: Indonesia
Hutahaean, Hasahatan
M., Yusuf L.
Marumbona, Arung P
Siregar, Nurliani
Equality
male
female
gender
1 Corinthians 11:7-12
New Testament
Gender
gender
laki-laki
perempuan
persamaan
1 Korintus 11:7-12
Alkitab
In ancient near eastern times, the phenomenon of status differences or degrees between men and women was considered normal. Even at the time of Jesus, this phenomenon was still powerful. In the religious community, this difference can still be seen by referring to one of the texts of 1 Corinthians 11:7-12. In the text, it can be seen that there is an emphasis on the different positions of men and women who are considered wildly different when they enter into a fellowship. However, theologically all humans are equal before God. Can it be said that it is just and right if this phenomenon continues to be maintained without a more robust and biblical reason? For a reason, analysis verses 7-12, the meaning of the text and context does not emphasize the differences in the degrees of men and women. Instead, it emphasizes the equality of status in the sight of God. Even if women had to cover their heads when entering the worship room at the time, that only referred to the customs or culture of that era which emphasized the element of politeness in the community so that women would not become a stumbling block in the fellowship.
Pada zaman timur dekat kuno, fenomena perbedaan status atau derajat antara laki-laki dan perempuan sudah dianggap biasa. Pada zaman Yesus pun fenomena ini masih sangat kental. Sampai pada masa kini di lingkungan persekutuan gerejawi masih terlihat adanya perbedaan ini dengan berpedoman pada salah satu teks 1 Korintus 11:7-12. Di dalam teks terlihat adanya penekanan perbedaan posisi laki-laki dan perempuan yang dianggap sangat berbeda ketika masuk dalam persekutuan. Padahal secara teologis semua manusia itu sama di hadapan Allah. Apakah dapat dikatakan adil dan benar apabila fenomena ini terus dipertahankan tanpa adanya alasan yang lebih kuat dan alkitabiah? Untuk itu, melalui analisis terhadap teks ayat 7-12 ini memberi jawaban yang bersifat klarifikasi bahwa maksud teks dan konteks di atas tidak memberi penekanan pada hal perbedaan derajat laki-laki dan perempuan tetapi justru memberi penekanan pada persamaan status di dalam pandangan Allah. Kalaupun pada zaman itu perempuan harus menudungi kepalanya ketika masuk dalam ruang ibadah pada zaman itu, semua itu hanya mengacu kepada kebiasaan atau budaya pada zaman itu yang menekankan unsur kesopanan dalam persekutuan supaya perempuan tidak menjadi batu sandungan dalam persekutuan.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2022-06-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/264
10.47457/phr.v5i1.264
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 5 No. 1 (2022): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 108-121
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v5i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/264/149
Copyright (c) 2022 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/265
2023-05-03T03:21:16Z
phr:ART
PENCIPTAAN MANUSIA SEBAGAI REPRESENTATIF ALLAH UNTUK MEWUJUDKAN MANDAT BUDAYA BERDASARKAN KEJADIAN 1:26-28
PENCIPTAAN MANUSIA SEBAGAI REPRESENTATIF ALLAH UNTUK MEWUJUDKAN MANDAT BUDAYA MENURUT KEJADIAN 1:26-28
Karlau, Sensius Amon
Gambar dan Rupa Allah
Kejadian 1:26-28
Mandat Budaya
Penciptaan Manusia
Representatif Allah
Biblikal
Penciptaan manusia, Gambar dan Rupa Allah, Representatif Allah, Mandat Budaya, Kejadian 1:26-28.
The understanding of human origins according to philosophical anthropology greatly elevates humans to become equal or even higher than God. On the other hand, there is also a view that tends to reduce the position of humans to be equal like the concept of Homo Sapiens, or lower with other creations which is certainly contrary to the text of the Bible. And ironically, today there are some Christians who are confused about the purpose of God's creation in His Image and Likeness. This study uses a qualitative method with literature study as a data collection technique that is correlated with observation and theological interpretation. Therefore, it is emphasized that humans are creatures created by God in His Image and likeness as men and women who are commensurate with representing themselves as micro theos and microcosms because they are endowed with a unique potential to realize the imperative cultural mandate, namely “to multiply, to multiply. and fill the earth and rule over it according to God's purpose according to Genesis 1:26-28.”
Abstrak
Pemahaman mengenai asal-usul manusia menurut antropologi filsafat sangat meninggikan manusia hingga menjadi sejajar atau bahkan lebih tinggi dari Allah. Dan, ada juga pandangan yang cenderung menurunkan posisi manusia menjadi sejajar atau lebih rendah dengan ciptaan lainnya seperti konsep Homo sapiens yang tentunya bertentangan dengan teks Kitab Suci. Ironisnya, saat ini ada sebagian orang Kristen yang kebingungan tentang maksud penciptaan Allah menurut Gambar dan Rupa-Nya. Penelilitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kepustakaan sebagai teknik pengumpulan data. Maka ditegaskan bahwa manusia adalah mahkluk yang diciptakan Allah menurut Gambar dan Rupa-Nya untuk merepresentasikan dirinya sebagai mikrotheos dan mikrokosmos karena dianugerahi potensi yang unik untuk mewujudkan mandat budaya yang bersifat imperatif yakni “beranakcucu, bertambah banyak dan penuhi bumi serta menguasainya sesuai dengan maksud Allah menurut Kejadian 1:26-28”. Dan, mandat ini harus diwujudkan melalui keterlibatan laki-laki dan perempuan sebagai ciptaan yang sepadan dalam koteks memuliakan Allah.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2022-06-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/265
10.47457/phr.v5i1.265
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 5 No. 1 (2022): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 122-138
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v5i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/265/150
Copyright (c) 2022 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/270
2023-05-03T03:21:01Z
phr:ART
PERUBAHAN KEBIJAKAN JABATAN PENGAJAR DI GMIT: DARI JABATAN PENUH WAKTU, KE JABATAN PERIODIK
PERUBAHAN KEBIJAKAN JABATAN PENGAJAR DI GMIT: DARI JABATAN PENUH WAKTU, KE JABATAN PERIODIK
Luji, Daud Saleh
Saetban, Sem
church
GMIT
policy
position
teaching
Church Managenemt
gereja
GMIT
jabatan
kebijakan
pengajar
Manajemen Gereja
The Evangelical Christian Church in Timor (GMIT) has had a policy regarding full-time teaching positions since 1999. However, in 2010 a new policy was born on teaching positions that are periodically elected. The purpose of this research is to find out 1). The rationale behind the GMIT Synod's decision on the periodically elected church teaching position. 2). The relevance of teaching positions at GMIT and Calvin's views on teaching positions and teaching ministry. With a qualitative approach, the research results found regarding the rationale for the birth of the new policy are as follows: 1). Teaching positions are not only for those who have a PAK or Theology background because service positions in GMIT refer to the ecclesiology principle of institutional principles, namely the principle of priesthood and believers and ecclesia reformata semper reformanda 2). GMIT is faced with minimal financing capacity, so the absorption capacity of the little church is limited. 3). Many teaching staff with a Christian religious education background prefer to be teachers in schools (PNS), so they have not given themselves entirely to become teachers in churches, 4). The GMIT congregations are generally not financially able to finance a pastor and a teacher. According to the author, GMIT's policy regarding recruiting teaching staff who serve as teachers periodically is irrelevant to Calvin's view.
Gereja Masehi Injili Di Timor (GMIT) sudah memiliki kebijakan tentang jabatan pengajar penuh waktu sejak tahun 1999, namun kemudian tahun 2010 lahir kebijakan baru tentang jabatan pengajar yang dipilih secara periodik. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mencari tahu 1). Latar belakang pemikiran penetapan keputusan Sinode GMIT tentang jabatan pengajar jemaat yang dipilih secara periodik. 2). Relevansi antara jabatan pengajar di GMIT dengan pendapat Calvin tentang jabatan pengajar dan pelayanan pengajaran. Dengan pendekatan kualitatif maka hasil penelitian yang ditemukan tentang latar belakang pemikiran lahirnya kebijakan baru tersebut sebagai berikut: 1). Jabatan pengajar tidak saja bagi mereka yang memiliki latar belakang PAK atau Teologi saja karena jabatan pelayanan dalam GMIT mengacu pada pokok eklesiologi tentang prinsip kelembagaan yakni prinsip imamat am orang percaya dan ecclesia reformata semper reformanda 2).GMIT diperhadapkan dengan kemampuan pembiayaan yang minim sehingga daya serap dari gereja terbatas. 3). Banyak tenaga Pengajar yang berlatarbelakang Pendidikan Agama Kristen lebih memilih menjadi guru di sekolah (PNS) sehingga belum memberi diri sepenuhnya untuk menjadi pengajar di gereja, 4). Jemaat-jemaat GMIT pada umumnya secara finansial belum mampu membiayai seorang pendeta sekaligus dengan seorang pengajar. Kebijakan GMIT tentang rekruitmen tenaga pengajar yang menjabat sebagai pengajar secara periodik menurut penulis tidak relevan dengan pandangan Calvin.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2022-12-14
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/270
10.47457/phr.v5i2.270
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 5 No. 2 (2022): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 178-192
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v5i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/270/164
Copyright (c) 2022 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/277
2023-05-03T03:21:01Z
phr:ART
KEADILAN DI TEMPAT ASING: TEOLOGI GĒR DALAM KITAB ULANGAN DAN RELEVANSINYA BAGI KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
Vienshe, Nugraha
Book of Deuteronomy
gēr
injustice
racism
social life
Perjanjian Lama
gēr
Kitab Ulangan
ketidakadilan
kehidupan bermasyarakat
rasisme
Studi Biblika
This paper wants to show that the ethics toward strangers, shown in the Book of Deuteronomy, is relevant to use as a guide in living together and is an antithesis to the phenomenon of racism that still occurs today. Racism is a phenomenon of injustice against certain races or groups that are considered different, foreign, and weak. The phenomenon of racism can lead to more significant problems in life, such as conflicts and human tragedies. In contrast, the law in Deuteronomy expressly denies oppression of the "strangers." Thus, understanding can be a basis for living a harmonious life together and far from injustice, including racism. Therefore, this paper offers an approach from a biblical point of view in the Book of Deuteronomy in recognizing whom a stranger (gēr) is while simultaneously demonstrating ethics in behaving towards them. This understanding guides building a harmonious life together in the present context.
Tulisan ini ingin menunjukkan bahwa etika terhadap orang asing yang ditampilkan dalam Kitab Ulangan relevan untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan bersama sekaligus menjadi sebuah antitesis bagi fenomena rasisme yang masih terjadi dewasa ini. Rasisme merupakan suatu fenomena diskriminasi terhadap ras atau kelompok tertentu yang dianggap berbeda, asing, dan lemah. Fenomena rasisme dapat mengakibatkan masalah yang lebih besar dalam kehidupan, seperti konflik dan tragedi kemanusiaan. Kontras dengan hal tersebut, hukum yang tertulis dalam Kitab Ulangan secara tegas menolak penindasan terhadap mereka yang “asing.” Dengan demikian, pemahaman tersebut relevan untuk dijadikan sebuah dasar dalam menjalani kehidupan bersama yang harmonis dan jauh dari ketidakadilan, termasuk rasisme. Oleh karena itu, tulisan ini menawarkan sebuah pendekatan dari sudut pandang biblis dalam Kitab Ulangan dalam mengenal siapa itu orang asing (gēr) sekaligus memperlihatkan etika dalam berperilaku terhadap mereka. Pemahaman tersebut kemudian dijadikan pedoman dalam usaha untuk membangun kehidupan bersama yang harmonis pada konteks masa kini.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2022-12-20
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/277
10.47457/phr.v5i2.277
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 5 No. 2 (2022): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 193-205
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v5i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/277/166
Copyright (c) 2022 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/279
2023-05-03T03:21:01Z
phr:ART
KOINONIA DALAM SURAT FILEMON 1:6: SUATU ANALISIS TERHADAP RELASI FILEMON DAN ONESIMUS
Tantama, Epafroditus Cahya
koinonia
Onesimus
Philemon
relationship
transformation
Perjanjian Baru
Filemon
Onesimus
Hubungan
Koinonia
Transformasi
persekutuan
surat filemon
biblika
Fellowship (Greek: koinonia), as one of the church's vocations, should be able to bridge differences and change social life. However, the reality is the opposite. Christian fellowship sometimes becomes closed to people with certain social status differences. This paper aims to show that fellowship among believers can break down barriers and change lives. Through qualitative research that uses social and textual criticism methods on the Epistle of Philemon with the help of some related literature, an understanding is shown that an enslaved person who is guilty repents. Returns to his master are still counted in the Christian community and involved in the ministry. In the end, this paper concludes that a healthy Christian fellowship can transform lives. Within the Christian community, there is acceptance of one another and giving space for all people with different social statuses to actualize themselves in the life of the church, including in the community's social life.
Persekutuan (Yun.: koinonia) sebagai salah satu tugas panggilan gereja seharusnya dapat menjembatani perbedaan dan mengubahkan kehidupan sosial. Namun, kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Persekutuan Kristen terkadang menjadi tertutup bagi orang yang memiliki perbedaan status sosial tertentu. Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa persekutuan di antara orang percaya mampu meruntuhkan sekat-sekat penghalang dan mengubahkan kehidupan. Melalui penelitian kualitatif yang menggunakan metode kritik sosial dan tekstual atas Surat Filemon dengan dibantu beberapa literatur terkait, diperlihatkan pemahaman bahwa seorang budak yang bersalah, bertobat dan kembali kepada tuannya tetap diperhitungkan di dalam persekutuan Kristen dan dilibatkan dalam pelayanan. Pada akhirnya, tulisan ini menyimpulkan bahwa persekutuan Kristen yang sehat dapat mentransformasi kehidupan. Di dalam persekutuan Kristen ada penerimaan satu sama lain dan memberi ruang bagi semua orang dengan status sosial yang berbeda untuk mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan gereja, termasuk dalam kehidupan sosial masyarakat.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2022-12-20
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/279
10.47457/phr.v5i2.279
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 5 No. 2 (2022): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 206-219
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v5i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/279/167
Copyright (c) 2022 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/290
2023-05-03T03:21:01Z
phr:ART
PERAN ORANGTUA DAN PEMBINA REMAJA KRISTEN TERHADAP FENOMENA PERILAKU REMAJA CITAYAM
PERAN ORANGTUA DAN PEMBINA REMAJA KRISTEN TERHADAP FENOMENA PERILAKU REMAJA CITAYAM
Widjaja, Linda
Hermanto, Yanto Paulus
Tatang, Josep
adolescent behavior
Christian youth
Citayam phenomenon
next generation of Christian youth
parenting to teenager
Peranan Orangtua dan Pembina Kristen
fenomena Citayam,
kaum muda
Kristen
orangtua
perilaku
Remaja
The role of parents and youth coaches in the growth and development of adolescent life is significant. This is because there is much news about teenage problems, such as teenage fights, school shootings, alcohol-related accidents, drugs, early pregnancy outside marriage, and teen suicide. Juvenile delinquency due to dropping out of school and lack of parental attention is also often a problem. Adolescent problems can extend to whole communities, schools, churches, cities, and countries. Teenagers at their critical age are trying to find their identity after going through childhood to adult humans. All positive and negative influences in teenagers' lives tend to be easily absorbed, studied, and carried out, even though many are developed as innovations from their creativity. The presence of the adolescent phenomenon from Citayam has recently become the author's interest to examine the role of parents and youth coaches in responding to their influence on teenagers as the next generation of the Kingdom of God. The phenomenon of Citayam youth brings positive and negative impacts and brings a new challenge for parents and youth coaches to answer the challenges of today's youth. This research was made using a qualitative literature study from the Bible, books about teenagers, articles, and social media content about the Citayam youth phenomenon.
Peran orangtua dan pembina remaja dalam pertumbuhan dan perkembangan kehidupan remaja sangatlah penting. Hal ini dikarenakan banyaknya berita-berita permasalahan remaja seperti perkelahian remaja, penembakan di sekolah, kecelakaan terkait alkohol, penyalahgunaan narkoba, kehamilan usia dini di luar pernikahan, dan bunuh diri remaja. Kenakalan remaja karena putus sekolah dan kurangnya perhatian orangtua juga sering menjadi masalah. Permasalahan remaja merupakan masalah yang dapat meluas menjadi masalah keseluruhan keluarga bahkan komunitas, sekolah, gereja, kota dan negara. Remaja di usia kritisnya berusaha menemukan jati dirinya setelah melewati masa kanak-kanak untuk menjadi manusia dewasa. Segala pengaruh, baik positif maupun negatif dalam kehidupan remaja, cenderung mudah diserap, dipelajari, dilakukan, bahkan banyak yang dikembangkan sebagai inovasi dari kreativitasnya. Kehadiran fenomena remaja Citayam akhir-akhir ini menjadi ketertarikan penulis untuk mengkaji peran orangtua dan pembina remaja dalam menanggapi pengaruhnya terhadap anak remaja sebagai generasi penerus pemuridan bagi Kerajaan Allah. Fenomena perilaku remaja Citayam membawa dampak positif dan negatif dan membawa suatu tantangan baru bagi peran orangtua dan pembina remaja untuk menjawab tantangan remaja zaman ini. Penelitian ini dibuat dengan menggunakan metode kualitatif studi pustaka dari alkitab, buku-buku tentang remaja dan artikel-artikel serta konten media sosial mengenai fenomena perilaku remaja Citayam.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2022-12-20
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/290
10.47457/phr.v5i2.290
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 5 No. 2 (2022): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 220-231
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v5i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/290/168
Copyright (c) 2022 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/293
2023-05-03T03:21:01Z
phr:ART
KESETIAAN NABI YESAYA DAN RELEVANSINYA BAGI PENGABDIAN HAMBA TUHAN MASA KINI
Nggebu, Sostenis
Agustina, Viceta Pomida
commitment,
faithful to serve
God's servant
prophet Isaiah
Bible Character
hamba Tuhan
komitmen
Nabi Yesaya
setia melayani
Tokoh Alkitab
The problem studied in this article is to answer the importance of God's servants remaining faithful in serving the work of God entrusted to them. Loyalty in serving God's work is a servant character that is required from God from the start of serving until reaching the finish line. The method used in this article is a literature study method. The result shows that the faithfulness of a servant of God reflects his personal character. He is a man who holds strong commitments before God as shown by the prophet Isaiah. Despite rejection from the leaders and people of Judah, Isaiah remained faithful in prophesying until the end of his life. This model of a servant of God is needed in today's ecclesiastical ministry to serve the congregation so that they remain faithful in their faith even though they are faced with current turmoil and challenges.
Problem yang dikaji dalam artikel ini untuk menjawab pentingnya para hamba Tuhan tetap setia melayani pekerjaan Allah yang dipercayakan kepadanya. Kesetiaan dalam melayani pekerjaan Allah merupakan karakter pelayan yang dituntut dari Allah sejak awal mengabdi hingga mencapai garis finis. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode studi literatur. Hasilnya, memperlihatkan bahwa kesetiaan seorang hamba Tuhan mencerminkan karakter pribadinya. Ia seorang yang memegang kuat komitmennya di hadapan Allah sebagaimana diperlihatkan Nabi Yesaya. Sekalipun mendapat penolakan dari para pemimpin dan masyarakat Yehuda, Yesaya tetap setia bernubuat sampai akhir hayatnya. Model hamba Tuhan seperti ini dibutuhkan dalam pelayanan gerejawi masa kini untuk melayani jemaat agar tetap setia dalam imannya sekalipun berhadapan dengan gejolak dan tantangan pada masa kini.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2022-12-20
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/293
10.47457/phr.v5i2.293
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 5 No. 2 (2022): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 232-246
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v5i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/293/169
Copyright (c) 2022 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/294
2023-06-27T05:22:00Z
phr:ART
SIKAP HKBP TERHADAP OKULTISME DAN EKSORSISME DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA: KAJIAN ATAS PRAKTIK OKULTISME DI HKBP NAULI DANOHORBO
Sihombing, Jhon Ferdinand
Sitanggang , Asigor P.
exorcism
HKBP Church
occultism
Toba Batak
Occultism and exorcism
Batak Toba
eksorsisme
Gereja HKBP
okultisme
Okultisme dan Eksorsisme
The Church's encounter with culture makes it possible for the Church to accept or reject cultures. HKBP Church is one of the tribal churches in Indonesia that accepts and takes care of the Toba Batak tradition. The HKBP Church's acceptance of culture has been accompanied by prohibitions and teachings in the Confession Book and Ruhut Parmahanion Paminsangon (RPP) books. However, there are still congregations that carry out occult practices. This article aims to discuss the current and future manners of the HKBP Church towards occult practices and exorcism in the Toba Batak community. The author will use a qualitative method with literature studies, namely contextualization efforts based on Stephen B. Bevans' theory, especially the synthesis model and based on Richard Niebuhr's views on Christ and Culture, Edgar H. Schein on the cultural structure and Martin Luther on Exorcism. This study finds that the Toba Batak tradition contains positive and negative values. Therefore, this study suggests that the Church needs to conduct a cultural review to find the correct tradition, and the Church must take part in the practice of exorcism.
Perjumpaan Gereja dengan budaya memungkinkan terjadinya penerimaan atau penolakan gereja terhadap budaya. Gereja HKBP salah satu gereja kesukuan di Indonesia yang menerima dan menjaga tradisi Batak Toba. Penerimaan Gereja HKBP terhadap budaya telah disertai dengan larangan dan pengajaran yang tertuang dalam buku Konfessi dan Ruhut Parmahanion Paminsangon (RPP), namun masih ada jemaat yang melaksanakan praktik okultisme. Tulisan ini bertujuan mempercakapkan sikap Gereja HKBP saat ini dan di waktu yang akan datang terhadap praktik okultisme dan eksorsisme dalam masyarakat Batak Toba. Penulis akan menggunakan metode kualitatif dengan studi kepustakaan, yaitu upaya kontekstualisasi berbasis teori Stephen B. Bevans khususnya model sintesis dan berdasarkan pandangan Richard Niebuhr tentang Kristus dan Kebudayaan, Edgar H. Schein tentang struktur kebudayaan dan Martin Luther tentang Eksorsisme. Kajian ini menemukan bahwa tradisi Batak Toba mengandung nilai positif dan juga nilai negatif, oleh karena itu kajian ini menawarkan bahwa Gereja perlu melakukan kajian ulang terhadap budaya sehingga ditemukan tradisi yang benar, dan Gereja harus ambil bagian dalam praktik Eksorsisme.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2023-06-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/294
10.47457/phr.v6i1.294
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 6 No. 1 (2023): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 1-16
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v6i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/294/192
Copyright (c) 2023 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/302
2023-06-27T06:00:58Z
phr:ART
IMPLEMENTASI AJARAN KASIH DALAM MEWUJUDKAN SILA PERSATUAN INDONESIA DI TENGAH-TENGAH KEMAJEMUKAN
Suratman, Efesus
Sugiono, Sadrakh
Indonesian unity
pancasila
pluralism
religion
teachings of love
Theology
ajaran kasih
agama
kemajemukan
pancasila
persatuan Indonesia
Teologi
Indonesia is a country of diverse ethnicities, races, cultures and religions. Diversity often triggers conflicts, one of which is religion. The number of religious conflicts shows the discrepancy between the teachings of love and the facts that exist. Inter-religious conflicts require the realisation of the Precepts of Indonesian Unity with the foundation of love. The realisation of the precepts of Indonesian Unity is related to the precepts. It is a concrete manifestation of the teachings of love that religions teach so that conflict can be prevented and not repeated. The research method used is a descriptive qualitative method, and the approach used is a literature study describing the teachings of love and the precepts of Indonesian Unity. The purpose of this research is so that conflicts in the name of religion that are very detrimental to the Unity of Indonesia can be resolved and can be a preventive measure before the conflict occurs. The findings in the research are that the realisation of the precepts of Indonesian Unity is related to the precepts and is a concrete manifestation of the teachings of love that religions teach so that conflict can be prevented and not repeated. The Indonesian people can realise the spirit and values of Unity and integrity of the founders of this nation.
Indonesia merupakan Negara yang beraneka ragam suku, ras, budaya dan agama. Keberagaman sering memicu terjadinya konflik salah satunya adalah agama. Banyaknya konflik agama memperlihatkan ketidaksesuaian antara ajaran kasih dengan fakta yang ada. Konflik antar agama yang terjadi memerlukan perwujudan Sila Persatuan Indonesia dengan landasan kasih. Perwujudan sila Persatuan Indonesia ada keterkaitannya dengan sila-sila yang dan itu merupakan wujud nyata dari ajaran kasih yang agama-agama ajarkan, sehingga konflik dapat dicegah serta tidak terulang kembali. Adapun metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan metode kualitatif deskriptif, serta pendekatan yang digunakan yaitu studi literatur dalam memaparkan ajaran kasih serta sila Persatuan Indonesia. Tujuan dari peneliti ini adalah supaya konflik yang mengatasnamakan agama yang sangat merugikan bagi kesatuan Indonesia dapat terselesaikan dan dapat menjadi suatu tindakan preventif sebelum konflik itu terjadi. Temuan dalam penelitian yaitu Perwujudan sila Persatuan Indonesia ada keterkaitannya dengan sila-sila yang dan itu merupakan wujud nyata dari ajaran kasih yang agama-agama ajarkan, sehingga konflik dapat dicegah serta tidak terulang kembali. Bangsa Indonesia dapat mewujudkan kembali marwah dan nilai-nilai kesatuan dan persatuan para pendiri bangsa ini.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2023-06-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/302
10.47457/phr.v6i1.302
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 6 No. 1 (2023): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 17-35
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v6i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/302/187
Copyright (c) 2023 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/304
2023-05-03T03:21:01Z
phr:ART
STRATEGI MANAJEMEN KONFLIK YANG DITERAPKAN PAULUS DI JEMAAT KORINTUS BERDASARKAN TEKS 1 KORINTUS 3:1-17
Putra, Adi
konflik dalam Gereja
Korintus
manajemen konflik
Paulus
Biblika Teologi
conflict management
conflict in the Church
Corinth
Paul
This research focuses on finding Paul's conflict management strategies to resolve conflicts in the Corinthian Church. For this reason, this study analyzes the text of 1 Corinthians 3:1-17. Moreover, by using the exegesis study of the passage above, the researcher found several conflict management strategies that were applied by Paul there. Such as accommodative strategies (Paul gives advice and warnings), avoiding (Paul explains the substance of a servant), collaboration (the Church puts aside the ego and explanations that Paul and Apollos are just servants), and compromise (prioritizes common interests and sees the Church as a building of God that must unite).
Abstrak: Penelitian ini tentang fokus untuk mencari tahu atau menemukan strategi manajemen konflik yang diterapkan oleh Paulus untuk menyelesaikan konflik di jemaat Korintus. Untuk itu, dalam penelitian ini menganalisis teks 1 Korintus 3:1-17. Dan dengan menggunakan kajian eksegesis terhadap perikop di atas, maka peneliti menemukan beberapa strategi manajemen konflik yang diterapkan oleh Paulus di sana. Seperti: strategi akomodatif (Paulus memberikan nasihat dan peringatan), avoiding (Paulus menjelaskan substansi seorang pelayan), kolaborasi (gereja mengesampingkan ego dan penjelasan Paulus dan Apolos hanyalah hamba) dan kompromi (lebih mengutamakan kepentingan bersama dan melihat Gereja sebagai bangunan Allah yang harus bersatu).
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2022-12-20
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/304
10.47457/phr.v5i2.304
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 5 No. 2 (2022): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 247-263
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v5i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/304/170
Copyright (c) 2022 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/311
2023-06-27T07:36:50Z
phr:ART
HUBUNGAN ANTARA TUAN DAN HAMBA DALAM DUNIA KERJA BERDASARKAN KOLOSE 3:22-4:1
Siagian, Pestaman
Malik, Malik
employer
relationship
servant
worker
Theolgy
pekerja
pelayan
pemberi kerja
relasi
Teologi
In Indonesia, the relationship between workers and employers is regulated in a legal regulation that aims to balance interests and justice. However, many disputes between workers and employers are caused by unequal interests and injustice. A more appropriate relationship is needed to ensure fairness and, at the same time, be able to encourage workers and employers to give their best in their relationships. This paper seeks to provide an alternative relationship between workers and employers to ensure justice and provide the best for workers and employers who depart from the spirit of serving and are centred on Christ. This paper is qualitative research that offers a model of servant relations obtained through the excavation of Colossians 3: 22 – 4:1 with the exegesis method. This paper concludes that the servant relationship between workers and employers centred on Christ, with the motive of serving each other based on the values given by Colossians 3: 22 – 4: 1. This awareness will undoubtedly encourage workers and employers to give their best.
Di Indonesia, hubungan pekerja dan pemberi kerja diatur dalam suatu aturan legal yang bertujuan untuk menjamin keseimbangan kepentingan dan keadilan. Namun pada kenyataannya banyak terjadi perselisihan antara pekerja dan pemberi kerja yang diakibatkan oleh ketimpangan kepentingan dan ketidakadilan. Diperlukan relasi yang lebih tepat untuk menjamin keadilan dan pada saat yang sama mampu mendorong pekerja dan pemberi kerja untuk memberikan yang terbaik di dalam relasi mereka. Tulisan ini berusaha untuk memberikan alternatif relasi pekerja dan pemberi kerja yang bertujuan untuk memastikan keadilan dan memberikan yang terbaik bagi pekerja dan pemberi kerja yang berangkat dari semangat melayani dan berpusat pada Kristus. Tulisan ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menawarakan model relasi pelayan yang didapatkan melalui penggalian Kolose 3:22–4:1 dengan metode eksegesis. Tulisan ini menyimpulkan bahwa relasi pelayan adalah suatu relasi antara pekerja dan pemberi kerja yang berpusat pada Kristus, dengan motif saling melayani yang didasarkan atas nilai-nilai yang diberikan oleh Kolose 3:22–4:1. Kesadaran ini tentu saja akan mendorong pekerja dan pemberi kerja memberikan yang terbaik.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2023-06-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/311
10.47457/phr.v6i1.311
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 6 No. 1 (2023): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 36-51
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v6i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/311/193
Copyright (c) 2023 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/317
2023-05-03T03:21:01Z
phr:ART
SINERGI DI TENGAH PERGUMULAN INSTITUSI BERDASARKAN ANALISIS STRUKTUR SASTRA MAZMUR 20
Prabowo, Paulus Dimas
institusi
mazmur 20
sinergi
struktur
Perjanjian Lama
institution
psalm 20
structure
synergy
Old Testament
Any institution in the world certainly experiences challenges, including service institutions. When this happens, the synergy between leaders and followers is needed to find a way out. Nevertheless, often synergy does not occur because followers are passive in participating in the crisis that hit. Follower support has a positive impact on leaders. Psalm 20 can provide a biblical basis for synergy between leaders and followers during institutional struggles. The approach used is the hermeneutics of poetry, especially the analysis of its structure and themes. The structure and coherence of the theme can help find the concept of synergism in Psalm 20. The results show that Psalm 20 contains a chiasm structure. With an assessment of the group of persons, repetition of keywords, and types of parallelism, the chiasmus is composed as follows: A (v. 2), B (vv. 3-6), C (v. 7), B' (v. 8 - 9), A' (v. 10). Part C is action while part AA' is inclusion, and both of these parts contain the word 'answer' as a guide to the theme. Part B parallels part B' and supports the theme. The theme of Psalm 20 is waiting for an answer, namely protecting the king's life and victory. The findings show the synergy between leaders and followers. First, evidenced by cooperative behaviour in the action and inclusive sections; second, evidenced by the supportive followers in verses 3-6; and third, by the inspirational leader in verses 7-9.
Institusi apapun di dunia tentu mengalami tantangan, termasuk institusi pelayanan sekalipun. Ketika hal ini terjadi, sinergi antara pemimpin dan pengikut diperlukan dalam menemukan jalan keluar. Namun seringkali sinergi tidak terjadi karena pengikut pasif untuk berperan serta dalam krisis yang melanda. Padahal, dukungan pengikut memiliki dampak positif bagi pemimpin. Mazmur 20 dapat memberi dasar biblika mengenai konsep sinergi antara pemimpin dan pengikut di tengah pergumulan insitusional. Pendekatan yang dipakai adalah hermeneutika kitab puisi, terutama analisi struktur dan temanya. Struktur dan koherensi tema dapat membantu menemukan konsep sinergisme di dalam Mazmur 20. Hasilnya menunjukkan, Mazmur 20 mengandung struktur kiasmus. Dengan pengamatan terhadap kelompok persona, repetisi kata kunci, dan jenis paralelisme, maka struktur kiasmus tersusun dengan komposisi: A (ay. 2), B (ay. 3-6), C (ay. 7), B’ (ay. 8-9), A’ (ay. 10). Bagian C merupakan aksis sedangkan bagian AA’ merupakan inklusio, dan kedua bagian ini memuat kata ‘jawaban’ sebagai petunjuk tema. Bagian B sejajar dengan bagian B’ dan bersifat sebagai pendukung tema. Tema Mazmur 20 adalah penantian jawaban, yakni perlindungan terhadap nyawa raja dan kemenangan. Dalam temuan tersebut terlihat sinergi pemimpin dan pengikut. Pertama, dibuktikan dengan perilaku yang kooperatif dalam bagian aksis dan inklusio; kedua, dibuktikan dengan pengikut yang suportif di ayat 3-6; ketiga, dibuktikan dengan pemimpin yang inspiratif di ayat 7-9.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2022-12-20
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/317
10.47457/phr.v5i2.317
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 5 No. 2 (2022): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 264-278
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v5i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/317/171
Copyright (c) 2022 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/318
2023-06-27T05:21:38Z
phr:ART
ANALISIS TERANG AMORIS LAETITIA DAN ECCLESIA DOMESTICA PADA KONTEN YOUTUBE DESAHAN FOKUS MINOMARTANI
Sulistyo, Stefanus Krisna Bayu
Antony, Rian
Mulyatno, Carolus Borromeus
church document
family
marriage
youtube
Philosophy
religion
dokumen gereja
keluarga
perkawinan
youtube
filsafat
agama
The rapid development of technology changes the warmth and intimacy between family members. Technology has succeeded in keeping everyone busy with their gadgets and the convenience of surfing virtual media. This situation results in a lack of warmth in the family. This study uses a qualitative method with a case study approach. This study aims to explore youtube content DESAHAN Minomartani Parish to proclaim the faith in the light of Amoris Laetitia and Ecclesia Domestica. This evangelization is also an effort to make Christian families feel increasingly warm in the family amid increasingly rapid technological developments. The research subject is the content of DESAHAN at Fokus Minomartani, which talks about family. This research is qualitative by applying a case study approach. The research subject is the content of DESAHAN in Minomartani Focus which raises about family. This research uses the theoretical framework of Pope Francis' thought in the documents of Amoris Laetitia and Ecclesia Domestica. The results showed three essential points. First, content with a family theme is always discussed every month. Second, a meditation on the family theme discusses messages relevant to the documents of Amoris Laetitia and Ecclesia Domestica. Third, content with a family theme is delivered to help families stay faithful to their marriage vows.
Pesatnya perkembangan teknologi membawa perubahan pada kehangatan dan keintiman antar anggota keluarga. Teknologi berhasil membuat setiap orang sibuk dengan gadget dan kenyamanannya dalam berselancar di media maya. Keadaan ini berakibat pada renggangnya kehangatan di tengah keluarga. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini mempunyai tujuan hendak mengeksplorasi Konten Youtube DESAHAN Paroki Minomartani sebagai upaya untuk pewartaan iman dalam terang Amoris Laetitia dan Ecclesia Domestica. Pewartaan ini juga sebagai upaya agar keluarga kristiani semakin menghayati kehangatan dalam keluarga di tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat. Subjek Penelitian adalah konten DESAHAN di Fokus Minomartani yang berbicara tentang keluarga. Penulis akan menggunakkan kerangka teori pemikiran Paus Fransiskus dalam dokumen Amoris Laetitia dan Salam Rasul Paulus kepada Priska dan Akwila yang disebut dengan Ecclesia Domestica (Gereja Rumah Tangga). Penelitian menghasilkan data yakni konten tentang keluarga selalu diwartakan tiap bulan. Renungan tentang keluarga berisi poin-poin yang relevan dan sebagai usaha untuk membantu keluarga agar tetap setia dengan janji perkawinan.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2023-06-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/318
10.47457/phr.v6i1.318
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 6 No. 1 (2023): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 52-66
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v6i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/318/188
Copyright (c) 2023 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/320
2023-05-03T03:21:01Z
phr:ART
REVITALIZING HARVEST THEOLOGY FOR AN EFFECTIVE MISSION TODAY
Silalahi, Frans M. H.
Harvest theology
receptive people
relocating
repositioning
revitalizing
Harvest Theology
Mission
Evangelism
There is a decline in the population of Christians in the world from 2010 to 2020, and the primary cause is the slowing down of mission and evangelization efforts. Christians no longer see the urgent need of reaping the harvest of souls. Therefore, there is a need for Harvest Theology based on a solid biblical foundation to revitalize today’s mission. This paper uses exploratory and explanatory research methods to come up with a conclusion that churches need to develop Harvest Theology that creates effective strategies as well as focuses resources to reach receptive people; especially among the unreached people group. Harvest Theology is a counter to search theology that emphasizes finding the lost and multiplication of churches. Harvest Theology is very important to be revitalized because of the declining percentage of Christians in the period 2010 to 2020. Through exploratory and explanatory research methods, the author tries to convince readers that Harvest Theology is based on a solid biblical foundation and is vital to revitalizing today's mission. In revitalizing Harvest Theology, we need to develop mission strategies that focus on receptive people, which will give a great harvest in today's mission.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2022-12-21
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/320
10.47457/phr.v5i2.320
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 5 No. 2 (2022): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 279-288
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v5i2
eng
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/320/172
Copyright (c) 2022 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/331
2023-06-27T05:21:48Z
phr:ART
PERAN GEREJA DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI UNTUK BERIBADAH SECARA TATAP MUKA PASCA PANDEMI COVID
Sodikdiana, Martinus Hartono
Hermanto, Yanto Paulus
Santoso, Christopher
face-to-face worship
motivation
online worship
post-pandemic
Practice Theology
ibadah daring
ibadah tatap muka
motivasi
pasca pandemi
Teologi praktika
After two years of a pandemic where worship activities could not be carried out and were limited, the government began to relax the rules for worship, and churches resumed their activities and held face-to-face worship. Even though some congregations are starting to come to worship face-to-face enthusiastically, others are still choosing to worship online. During the hybrid worship period, where online services are still held simultaneously as face-to-face services, the church seeks various ways to invite the entire congregation back to attend services. Based on direct observations and interviews with pastors and congregations that have attended, various factors have been found that can be a driving force for congregations longing to attend face-to-face activities; the church also uses various creative ways to provoke the desire of congregations that are not present to be able to feel and remember the enjoyment worship directly. Efforts to attract the congregation to return to attendance, thanks to the role of the pastor's attention to the congregation and various supporting factors, have resulted in the return of almost the entire congregation for face-to-face worship.
Setelah dua tahun pandemi dimana kegiatan beribadah tidak dapat dilakukan dan dibatasi, pemerintah mulai melonggarkan aturan beribadah, gereja memulai kembali beraktifitas dan mengadakan ibadah tatap muka. Walaupun sebagian jemaat mulai antusias datang beribadah tatap muka, sebagian jemaat yang tetap memilih beribadah daring. Dalam masa ibadah hybrid dimana ibadah on line masih dilaksanakan bersamaan ibadah tatap muka, gereja mencari berbagai cara kembali mengajak seluruh jemaat kembali hadir dalam ibadah. Berdasarkan pengamatan dan wawancara secara langsung dengan gembala dan jemaat yang telah hadir didapati berbagai faktor yang dapat menjadi pendorong untuk jemaat rindu untuk hadir dalam kegiatan tatap muka, gereja juga menggunakan berbagai cara yang kreatif untuk memancing keinginan jemaat yang belum hadir dapat merasakan dan mengingat kembali kenikmatan beribadah secara langsung. Usaha untuk menarik jemaat untuk kembali hadir berkat peran perhatian gembala kepada jemaat dan berbagai faktor pendukungnya membuahkan hasil dengan kembali hadirnya hampir seluruh jemaat untuk beribadah tatap muka.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2023-06-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/331
10.47457/phr.v6i1.331
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 6 No. 1 (2023): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 67-80
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v6i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/331/194
Copyright (c) 2023 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/338
2023-06-27T05:22:03Z
phr:ART
PERDUKUNAN, SIHIR, DAN RAGAMNYA: SEBUAH UPAYA UNTUK MEMAHAMI PRAKTIK RAHASIA DALAM NARASI-NARASI KISAH PARA RASUL
Silooy, Claudie Valda
Kisah Para Rasul 8, 13, 19
konsep mukjizat dan sihir
praktik perdukunan
perjamuan kudus
teori Andy Reimer
A Several Narration of Acts
Acts 8; 13; 19
Andy Reimer's theory
holy communion
shamanic practice
the concept of miracles and magic
A Several Narration of Acts
This article will discuss shamanic practices still preserved today by people in Indonesia. In general, this paper will examine the variety of definitions that existed long before the practice of shamanism. Specifically, it will discuss the sources of knowledge, their functions and uses in shamanic practice. It will then show the critical theological attitude that is a significant part of today's Christians by using some of the narratives in Acts 8, 13, and 19. The characters in the narrative of Acts 8, 13, and 19 will be dissected using Andy Reimer's theory of the perspective embodied in the definition of magic. This paper uses qualitative research methods from books, scientific journal articles, and internet articles to obtain helpful knowledge. This method gives birth to several main points: 1) God has absolute power, while man is only a finite being; 2) The powers of darkness cannot compete with God's miracles; 3) God's consecration and protection are bestowed upon man through the celebration of the Lord's Supper as a form of miracles that can be used for all time; 4) Holy Communion is a healing process that man can use to ward off magical powers.
Artikel ini akan membahas praktik perdukunan yang masih dilestarikan hingga kini oleh masyarakat di Indonesia. Secara umum, tulisan ini akan mengkaji tentang ragam definisi yang telah ada jauh sebelum praktik perdukunan. Secara spesifik, akan membahas tentang sumber ilmu, fungsi dan penggunaannya dalam praktik perdukunan. Kemudian akan memperlihatkan sikap teologis kritis yang menjadi bagian utama dari orang Kristen masa kini dengan menggunakan beberapa narasi dalam kitab Kisah Para Rasul 8, 13, dan 19. Tokoh dan karakter dalam narasi Kisah Para Rasul 8, 13, 19 akan dibedah menggunakan teori Andy Reimer tentang perspektif yang terkandung dalam definisi sihir. Tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersumber dari buku, artikel jurnal ilmiah, artikel internet guna memperoleh khazanah pengetahuan yang bermanfaat. Dengan demikian, melahirkan beberapa poin utama: 1) Tuhan memiliki kekuatan yang bersifat mutlak, sedangkan manusia hanyalah makhluk yang terbatas; 2) Kuasa-kuasa kegelapan tidak dapat bersaing dengan mukjizat Tuhan; 3) Penyertaan dan perlindungan Tuhan dianugerahkan kepada manusia melalui perayaan Perjamuan Kudus sebagai wujud mukjizat yang dapat digunakan sepanjang masa; 4) Perjamuan Kudus merupakan sebuah proses penyembuhan yang dapat dipakai manusia untuk menangkal kuasa magis.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2023-06-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/338
10.47457/phr.v6i1.338
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 6 No. 1 (2023): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 81-99
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v6i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/338/189
Copyright (c) 2023 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/356
2023-06-27T05:21:45Z
phr:ART
KEMAJEMUKAN GEREJA DALAM BINGKAI PROMISSIO YANG MEMAKNAI MISSIO DAN COMPROMISSIO
Wibowo, Cahyono Budi
compromise
mission
plurality
promise
unity
Church
compromissio
kemajemukan
kesatuan
missio
promisio
Gereja
The church is a visible fellowship of people from different cultures and plural societies in the name of Jesus. This is what is called the real church. Believing in the church means believing in the Lord Jesus' promise that when two or three people gather in His name, that is where He will be in the midst of them (Matthew 18:20). Believing in the church is believing that the church is a "sign" and "foretaste" of the fellowship between humans and God from His kingdom to come. This view of the church implies that the church has the characteristics of the presence of Jesus and the destiny of eschatology, as waiting for the kingdom to come, the church remains part of this world. It is marked by sin, unbelief, and division. For a structured approach, the author will use qualitative research to describe the situation and phenomenon of today's church pluralism which implies hidden problems and tensions between denominations within diversity. I will also use descriptive, correlational, and exploratory methods. This article closes with a church that must unite and understand that the church cannot alone but compromise in mission based on God's promises.
Gereja adalah sebuah visible fellowship dari orang yang datang dari perbedaan dan kemajemukan secara bersama di dalam nama Yesus. Inilah yang disebut gereja yang sesungguhnya. Percaya di dalam gereja berarti percaya kepada janji Tuhan Yesus yang mengatakan bahwa ketika dua tiga orang berkumpul di dalam namaNya, di situlah Ia akan ada di tengah-tengah mereka (Mat. 18:20). Percaya kepada gereja adalah percaya bahwa gereja adalah sebuah “sign” dan “foretaste” dari persekutuan antara manusia dengan Allah dari kerajaanNya yang akan datang. Pandangan gereja ini mengimplikasikan bahwa gereja mempunyai ciri khas tentang kehadiran Yesus dan takdir dari eskatologi, sebagai yang menantikan kerajaan yang akan datang, gereja tetap menjadi bagian dari dunia ini dan ditandai dengan dosa, ketidakpercayaan, dan perpecahan. Untuk pendekatan terstruktur, penulis akan menggunakan penelitian kualitatif untuk menggambarkan situasi dan fenomena kemajemukan gereja dewasa ini yang menyiratkan permasalahan dan ketegangan terselubung antar denominasi di dalam keberagaman. Saya juga akan menggunakan metode deskriptif, korelasional, dan eksploratif. Artikel ini ditutup dengan gereja harus bersatu, dan memahami bahwa ia tidak bisa sendiri tanpa bersama dengan gereja lain tetapi gereja perlu berkompromi dalam menjalankan misi di atas dasar janji Allah.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2023-06-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/356
10.47457/phr.v6i1.356
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 6 No. 1 (2023): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 100-118
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v6i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/356/195
Copyright (c) 2023 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/366
2023-06-27T05:21:57Z
phr:ART
PEMAKNAAN DAN IMPLEMENTASI BAHASA LIDAH DARI PERSPEKTIF MAHASISWA TEOLOGI SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BETHEL INDONESIA
Ibrani, Allen Jordi
Susanto, Gidion Hery
bahasa lidah
Kisah Para Rasul
Korintus
pentakosta
Teologi
Acts
Corinthians
glossolalia
pentecost
Theology
The term Tongues originates from the event of Pentecost. Even though there are differences in the context and concept of Tongues in Acts 2:1-13 and 1 Corinthians 12-14, it cannot be denied that both of them were events of the power of the Holy Spirit, which, in terminology, according to Luke and Paul used the word Tongues. The problem of speaking in tongues today often refers to 1 Corinthians 12-14, where this phenomenon is seen as something abnormal. This study aimed to measure the suitability between the understanding of Tongues and the implementation of Tongues. This is a descriptive qualitative research and text analysis with an exegesis approach. The research subjects in this study were 6 (six) Postgraduate students from Bethel Indonesia Theological College, where data collection was carried out using primary data by conducting in-depth interviews. At the same time, data analysis consists of data reduction, data display, and conclusion. Through research that has been done, it was found that the meaning of Tongues is a gift from God to carry out duties and functions for the body of Christ, the implementation of Tongues in worship is still carried out but is not an obligation, and Tongues is still relevant and valuable in congregational life.
Istilah Bahasa Lidah berawal dari peristiwa Pentakosta. Sekalipun terdapat perbedaan konteks dan konsep Bahasa Lidah dalam Kisah Para Rasul 2:1-13 dengan 1 Korintus 12-14, tidak dapat disangkal bahwa sejatinya, keduanya merupakan peristiwa dari kuasa Roh Kudus yang secara terminologi menurut Lukas maupun Paulus menggunakan kata Bahasa Lidah. Permasalahan Bahasa Lidah dewasa ini sering merujuk pada 1 Korintus 12-14, yang mana fenomena tersebut banyak dipandang sebagai hal yang abnormal. Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur kesesuaian antara pemahaman Bahasa Lidah dengan implementasi Bahasa Lidah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dan analisis teks dengan pendekatan eksegesis. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah 6 (enam) orang mahasiswa Pascasarjana dari Sekolah Tinggi Teologi Bethel Indonesia, yang mana pengumpulan data dilakukan dengan memakai data primer dengan melakukan wawancara mendalam. Sedangkan analisis data terdiri atas reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Melalui penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa pemaknaan Bahasa Lidah adalah karunia dari Tuhan untuk menjalankan tugas dan fungsi bagi tubuh Kristus, implementasi Bahasa Lidah dalam ibadah masih dilakukan tetapi bukan sudah kewajiban, dan Bahasa Lidah masih relevan dan bermanfaat dalam kehidupan berjemaat.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2023-06-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/366
10.47457/phr.v6i1.366
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 6 No. 1 (2023): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 119-131
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v6i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/366/196
Copyright (c) 2023 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/368
2023-06-27T05:21:41Z
phr:ART
PENERAPAN PENGAJARAN DOGMATIK DI GEREJA LOKAL UNTUK PENGUATAN IMAN JEMAAT
Illu, Jonidius
Tambun, Mariduk
Gulo, Eliyunus
application of dogmatics
local church
strengthening the faith of the congregation
Dogmatics
gereja lokal
penerapan dogmatik
penguatan iman jemaat
Dogmatika
The main problems of writing this article are, first, the emergence of dogmas in the local church that contradict or deviate from the Bible; secondly, dogmatic teaching in local churches is not a fundamental emphasis because it is considered difficult and impractical, unpleasant to discuss, and ministers in local churches do not understand and study dogmatics. The author wants to explain the application of dogmatics in the local church to strengthen the congregation's faith so that the congregation is not led astray by other dogmas or that the congregation's faith can be strengthened because of a perspective following the Bible. The research method used is qualitative research. So, it can be concluded that there needs to be dogmatics so that the local church is not influenced by dogmas that do not follow the Bible. This dogma is helpful for the firmness of the congregation's faith in the local church so that the congregation's faith becomes more substantial and can become a witness.
Masalah utama dari penulisan artikel ini yaitu pertama, munculnya dogma di Gereja lokal yang bertentangan atau menyimpang dari Alkitab; kedua, pengajaran dogmatik di Gereja lokal tidak menjadi penekanan yang mendasar karena dianggap sulit dan tidak praktis, tidak menyenangkan untuk dibahas, dan para pelayan di Gereja lokal tidak memahami dan mendalami dogmatika. Penulis ingin menjelaskan tentang penerapan dogmatika di Gereja lokal untuk penguatan iman jemaat agar jemaat tidak disesatkan dengan dogma lain atau agar iman jemaat dapat dikuatkan oleh karena cara pandang yang sesuai dengan Alkitab. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Jadi dapat disimpulkan bahwa perlu ada dogmatika agar Gereja lokal tidak terpengaruh dengan dogma yang tidak sesuai dengan Alkitab. Dogma ini berguna untuk keteguhan iman jemaat di Gereja lokal agar iman jemaat semakin teguh dan dapat menjadi saksi.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2023-06-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/368
10.47457/phr.v6i1.368
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 6 No. 1 (2023): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 132-146
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v6i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/368/197
Copyright (c) 2023 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/371
2023-06-27T05:21:51Z
phr:ART
PERSEKUTUAN DEWASA MUDA KONTEKSTUAL YANG PEDULI ISU KESEHATAN MENTAL DI GEREJA KRISTEN INDONESIA (GKI) BROMO
Setyono, Vania Sharleen
Jeanette Josephine Mintardjo
Pingkan, Christiani Pratika
community-based action research
GKI
perkembangan iman
perkembangan psikososial
quarter life crisis
Manajemen Gereja
community-based action research
GKI
psychosocial development
stages of faith development
quarter life crisis
Church Managenemt
Koinonia is one of the vocations of the church. As a good fellowship of believers, each individual in the congregation should be seen as a holistic human with four main aspects: physical, mental, social, and spiritual. This research examines mental health issues, specifically the Quarter Life Crisis experienced by the young adult congregation of GKI Bromo. By conducting field research using community-based action research (CBAR), the method found that the young adults of GKI Bromo were struggling with mental health issues in the context of building the congregation. It was necessary to design a fellowship involving the human mental aspect. The fellowship needs to concern and accommodate young adults to share their real experiences and give them space to do individual reflection. The follow-up action needed to be based on the findings of this research is that GKI Bromo needs to create a forum that facilitates contextualized peer support groups of young adults.
Salah satu tugas panggilan gereja adalah koinonia atau persekutuan umat percaya. Persekutuan yang baik harus melihat manusia sebagai pribadi yang holistik yang mempunyai 4 aspek utama: fisik, mental, sosial dan spiritual. Penelitian ini mencoba untuk melihat fenomena kesehatan mental (Quarter Life Crisis) yang dialami oleh jemaat dewasa muda GKI Bromo. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Dengan melakukan penelitian lapangan menggunakan metode community-based action research (CBAR), ditemukan bahwa dewasa muda GKI Bromo bergumul dengan persoalan kesehatan mental dan dalam rangka pembangunan jemaat maka perlu untuk mendesain persekutuan yang juga melibatkan aspek mental manusia. Persekutuan yang dimaksud tidak hanya mementingkan aspek ritual tetapi persekutuan yang reflektif dan mengakomodir pengalaman jemaat secara jujur. Aksi tindak lanjut yang dibutuhkan berdasarkan temuan penelitian ini adalah GKI Bromo perlu menciptakan forum yang memfasilitasi peer support group jemaat dewasa muda yang kontekstual.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2023-06-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/371
10.47457/phr.v6i1.371
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 6 No. 1 (2023): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 147-163
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v6i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/371/190
Copyright (c) 2023 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/373
2023-06-27T05:46:34Z
phr:ART
PRINSIP PEMIMPIN KRISTEN: ANALISA TEOLOGIS 1 PETRUS 5:1-11
Yowei, Philipus
Sutikto, Sutikto
Manno, Daud
Teologi Petrus; 1 Petrus 5; Pemimpin Kristen; Kepemimpinan
article
Spiritual leaders play a very important role in the development and growth of the church. They are not only responsible for leading and teaching the congregation, but must also be concerned for the spiritual and emotional well-being of its members. Being competent is not an easy job. A spiritual leader in the context of the New Testament can be seen from the lives of Jesus' disciples. They were also competent pastors who had the leadership skills and qualities required of the day. They lead the congregation and guide according to the purpose that God calls leaders in every context.
Pemimpin rohani memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan dan pertumbuhan gereja. Mereka tidak hanya bertanggung jawab untuk memimpin dan mengajarkan jemaat, tetapi juga harus memperhatikan kesejahteraan spiritual dan emosional dari para anggotanya. yang kompeten bukanlah pekerjaan yang mudah. Seorang pemimpin rohani dalam konteks Perjanjian Baru terlihat dari kehidupan murid Yesus. Mereka adalah juga gembala jemaat yang kompeten yang memiliki keterampilan dan kualitas kepemimpinan yang diperlukan saat itu. Mereka memimpin jemaat dan membimbing sesuai dengan tujuan daripada Allah memanggil pemimpin di setiap konteks.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2023-06-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/373
10.47457/phr.v6i1.373
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 6 No. 1 (2023): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 164-177
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v6i1
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/373/191
Copyright (c) 2023 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/374
2023-12-29T06:33:40Z
phr:ART
PEMBERSIHAN RITUAL DAN SPIRITUALITAS: ANALISIS LUKAS 11:39 DALAM KONTEKS PERIBADATAN
Ndruru, Elvinniska
cleaning
cup
dish
the pharisees
tradition
New Testament
cawan
membersihkan
Orang Farisi
pinggan
tradisi
Perjanjian baru
This article analyzes ritual and spiritual cleansing in the context of worship according to Luke 11:39. According to the Pharisees' point of view, religious traditions or rituals must be carried out to maintain holiness because the Pharisees are religious leaders, who have the power to teach other people in worship and determine the regulations for carrying out worship. One of them is washing your hands before eating. The act is considered a necessity to show purity. In reality, the religious rituals of the Pharisees were only to justify themselves, while their hearts were far from God. Christians perform ritual cleansing in worship. This tradition is not wrong; it can only result in a shift in the focus of worship. The desire to appear spiritual is a ritual cleansing many people can see. Spiritual cleansing is the most important thing to do. The method used in this research is a qualitative analytical-theological approach using a literature study method. This research concludes that Jesus' words to the Pharisees about cleaning the cup and plate contain a figurative meaning: the human body, namely the heart. The heart needs to be cleansed from all evil and hypocrisy.
Artikel ini menganalisis pembersihan ritual dan spiritual dalam konteks peribadatan menurut Lukas 11:39. Menurut sudut pandang orang Farisi, tradisi atau ritual agama harus dilakukan untuk menjaga kekudusan, karena orang Farisi merupakan pemimpin agama, yang memiliki kekuasaan untuk mengajar orang lain dalam beribadah dan menentukan ketetapan-ketetapan dalam menjalankan ibadah. Salah satunya mencuci tangan sebelum makan. Tindakan tersebut dianggap suatu keharusan untuk menunjukkan kesucian. Kenyataannya, ritual agama orang Farisi hanya untuk membenarkan diri sedangkan hati mereka jauh dari Tuhan. Orang Kristen melakukan pembersihan ritual dalam peribadatan. Tradisi ini tidaklah salah, hanya dapat mengakibatkan pergeseran fokus peribadatan. Keinginan untuk terlihat rohani merupakan pembersihan ritual yang dapat dilihat orang banyak. Pembersihan spiritual merupakan hal yang paling utama dikerjakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif analisis-teologis dengan metode studi kepustakaan. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa perkataan Yesus terhadap orang Farisi tentang membersihkan cawan dan pinggan mengandung makna kiasan yang artinya tubuh manusia, yakni hati. Hati perlu dibersihkan dari segala kejahatan dan kemunafikan.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2023-12-29
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/374
10.47457/phr.v6i2.374
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 6 No. 2 (2023): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 304-318
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v6i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/374/213
Copyright (c) 2023 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/395
2023-12-22T01:18:02Z
phr:ART
DAMPAK TEKNOLOGI DIGITAL TERHADAP PEWARTAAN INJIL DALAM KONTEKS MENGGEREJA
Hia, Yeremia
Waruwu, Elfin Warnius
dampak teknologi digital
pewartaan Injil,
gereja
Indonesia
Church
impact of digital technology
proclamation of the Gospel
Mission
The development of digital technology has provided new opportunities and challenges in efforts to proclaim the Gospel. Through social media, websites, and other online platforms, evangelizers can reach a wider audience and communicate directly with individuals or groups. However, not all evangelizers or churches can utilize technology effectively to get new souls into evangelism. In this research, the author uses a qualitative approach, which cannot be separated from observation methods and literature studies, to support comprehensive and valid data. To make good use of the potential of digital technology, this article invites churches and Christian missionaries to continue learning, adapting, and using digital tools in ways that support evangelists' vision. By holistically understanding and using digital technology's impact wisely, churches can strengthen their evangelisation efforts and present the Christian message to an increasingly digitally connected generation.
Perkembangan teknologi digital telah memberikan peluang baru dan tantangan dalam upaya pewartaan Injil. Melalui media sosial, situs web, dan platform online lainnya, pewarta Injil dapat mencapai audiens yang lebih luas dan berkomunikasi secara langsung dengan individu atau kelompok. Namun, pada kenyataannya tidak semua pewarta Injil atau gereja memiliki kemampuan untuk memanfaatkan teknologi dengan efektif untuk mendapatkan jiwa-jiwa baru dalam penginjilan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif serta tidak lepas dari metode observasi dan studi kepustakaan untuk mendukung data secara komprehensif dan valid. Dalam rangka memanfaatkan potensi teknologi digital dengan baik, artikel ini mengajak gereja dan misionaris Kristen untuk terus belajar, beradaptasi, dan menggunakan alat-alat digital dengan cara yang mendukung visi pewarta Injil. Dengan memahami dampak teknologi digital secara holistik dan menggunakannya dengan bijaksana, gereja dapat memperkuat upaya pewarta Injil dan menghadirkan pesan-pesan kristiani kepada generasi yang semakin terhubung secara digital.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2023-12-22
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/395
10.47457/phr.v6i2.395
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 6 No. 2 (2023): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 178-192
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v6i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/395/205
Copyright (c) 2023 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/396
2024-01-04T04:13:50Z
phr:ART
PRINSIP POLITIK YESUS DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PERADABAN INJIL KERAJAAN ALLAH
Nggebu, Sostenis
Sitepu, Edward
Pote, Dominggus
Natanael, Okki
Gandaputra, Edwin
Kurnia, Imanuel
belas kasih
kebenaran
Kerajaan Allah
prinsip politik
Yesus
Kajian Teologi
Jesus
Kingdom of God
mercy
political principles
truth
New Testament Theology
The problem of this article is that it examines the importance of understanding the political context at the time of Jesus's life, which became a challenge in His ministry. The Son of God offers true political principles compared to the motives of the socio-political movements of that time. The purpose of this article is to explain the political principles of Jesus to promote the values of the Kingdom of God. As a result, the political principle of Jesus offers human redemption to become citizens of God's Kingdom. Jesus' teachings became the standard that inspired the world order regarding love and truth as the main points of His message (Mk 1:15). In carrying out His redemptive mission, Jesus did not carry guns and swords. However, Jesus' political principles were based on love and truth. In conclusion, the essence of Jesus' politics emphasizes God's mercy for sinners.
Problem dari artikel ini mengkaji pentingnya memahami konteks politik pada zaman hidup Yesus yang menjadi tantangan dalam pelayanan-Nya. Anak Allah itu menawarkan prinsip politik sejati dibandingkan dengan motif gerakan sosial politik masa itu. Tujuan artikel ini menjelaskan tentang prinsip perpolitikan Yesus guna memasyarakatkan nilai-nilai Kerajaan Allah. Hasilnya, prinsip politik Yesus menawarkan penebusan manusia agar menjadi warga Kerajaan Allah. Ajaran Yesus menjadi standar yang menginspirasi tatanan dunia tentang kasih dan kebenaran sebagai poin utama pemberitaan-Nya (Mrk 1:15). Dalam menjalankan misi penebusan-Nya, Yesus tidak memanggul senjata dan pedang tetapi prinsip politik Yesus didasarkan pada kasih dan kebenaran. Kesimpulannya, hakikat dari politik Yesus menekankan tentang belas kasihan Allah bagi orang berdosa.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2023-12-22
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/396
10.47457/phr.v6i2.396
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 6 No. 2 (2023): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 193-208
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v6i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/396/209
Copyright (c) 2023 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/407
2023-12-22T01:19:20Z
phr:ART
MEMBANGUN MULTI KOMPETENSI PENDETA GBI (STUDI PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA PENDETA DI ERA POSTMODERN)
Yonathan, Ruben
era postmodern
kualitas sumber daya
membangun multi kompetensi
pemimpin
Kepemimpinan
building multi-competence
GBI Pastor
leader
postmodern era
resource quality
Leader
This research is motivated by the fundamental need to manage tasks and responsibilities in church ministry in the postmodern era, ensuring the availability of human resources with above-average multi-competencies. The rapid development of science and technology significantly impacts human life in various aspects. Specifically, we are currently facing the issue of Artificial Intelligence (AI). The method employed in this research is descriptive qualitative research. Findings from this research indicate that the postmodern era demands church leaders to possess multi-competencies. The presence of the postmodern era has altered the dynamics of social, cultural, and spiritual aspects of society. The biblical foundation is crucial in developing efforts for the Multi-Competence of Pastors in the Church of Bethel Indonesia to enhance the quality of resources as fitting leaders in the postmodern era. The conditions of society in the postmodern era are sporadic and dynamic, characterized by idealistic and individualistic traits, along with social life trending towards advancement, rationality, and even skepticism. Pastoral leadership also has a sustainability dimension, considering the holistic needs of individuals within the church and nation's communities. This research aims to build the multi-competence of Bethel Indonesia church pastors to have multi-competencies in this postmodern era.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan fundamental dalam mengelola tugas dan tanggung jawab pelayanan gerejawi di era postmodern, agar tersedia sumber daya manusia yang memiliki multi kompetensi di atas rata-rata. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat memberikan dampak bagi kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Secara khusus, kita saat ini dihadapkan pada isu kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa era postmodern menuntut pemimpin gereja memiliki multi kompetensi. Kehadiran era postmodern telah mengubah dinamika sosial, budaya, dan spiritualitas dalam masyarakat. Pentingnya landasan Alkitab untuk mengembangkan upaya Multi Kompetensi Pendeta Gereja Bethel Indonesia guna meningkatkan kualitas sumber daya sebagai pemimpin yang sesuai di era postmodern . Kondisi masyarakat di era postmodern sangatlah sporadis dan dinamis, dengan ciri-ciri yang idealis dan individualis, serta kehidupan sosial yang cenderung maju, rasional, dan bahkan skeptis. Kepemimpinan pendeta juga memiliki dimensi keberlanjutan, mengingat kebutuhan manusia yang tergabung dalam komunitas gereja dan bangsa bersifat holistik. Tujuan dari penelitian ini yaitu membangun multi kompetensi pendeta gereja bethel indonesia untuk memiliki multi kompetensi di era postmodern ini.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2023-12-22
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/407
10.47457/phr.v6i2.407
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 6 No. 2 (2023): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 209-228
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v6i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/407/210
Copyright (c) 2023 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/410
2023-12-22T01:17:47Z
phr:ART
TO REACH THE UNREACHED PEOPLE: MENGKAJI MISI DAN PELAYANAN MATHEUS MANGENTANG
Putra, Adi
Matheus Mangentang
SETIA
GKSI
Trimisi Yesus
Imitasi Yesus
Teologi Misi
GKSI
Imitating Jesus
Matheus Mangentang
Rural Mission
SETIA
trimission of Jesus
Mission Theology
One of Indonesia's most critical mission figures is Matheus Mangentang (MM). His project was carried out across nearly all of Indonesia through SETIA and GKSI. Nevertheless, there is a paucity of literature and studies analyzing the missions that MM has completed. Researchers discovered numerous findings through qualitative approaches, particularly literature or literature studies. First, MM's compassion for oppressed souls—the bulk of whom lived in isolated or rural areas—was the catalyst for the birth of his mission. Therefore, that inspired him to reach out to them, uplift them, and share the good news of redemption with them to ultimately free them from spiritual, educational, and even economic weakness.
Di Indonesia, salah satu tokoh misi penting adalah Matheus Mangentang (MM). Misinya dilaksanakan hampir di seluruh Indonesia melalui SETIA dan GKSI. Namun demikian, terdapat kekurangan literatur dan studi yang menganalisis misi yang telah diselesaikan MM. Banyak temuan yang ditemukan peneliti melalui penggunaan pendekatan kualitatif, khususnya studi pustaka atau literatur. Pertama, belas kasih MM terhadap jiwa-jiwa tertindas—yang sebagian besar tinggal di daerah terpencil atau pedesaan—adalah katalis lahirnya misinya. Oleh karena itu, hal itu mengilhami dia untuk menjangkau mereka, mengangkat semangat mereka, dan membagikan kabar baik tentang penebusan kepada mereka agar pada akhirnya membebaskan mereka dari kelemahan rohani, pendidikan, dan bahkan ekonomi.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2023-12-22
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/410
10.47457/phr.v6i2.410
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 6 No. 2 (2023): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 229-244
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v6i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/410/206
Copyright (c) 2023 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/413
2023-12-22T01:22:03Z
phr:ART
KAJIAN TEOLOGIS YOHANES 10:1-18 MEMBENTUK ULANG KONSEP GEMBALA SEBAGAI TELADAN
Pasau, Manuel Marto
Heryanto, Doni
Manno, Daud
gembala yang baik
gembala sidang
Injil Yohanes
pelayanan Gereja
Theology
John Theology
Metaphora
church services
good shepherd
Gospel of John
pastor
Theology of John
The call to be a pastor in the post-truth era has resulted in the birth of church leaders who lack competence. This problem is challenging for the church to rethink what a true shepherd looks like. This research examines a very famous metaphor from John chapter 10:1-18. It describes how a good shepherd is a characteristic every church leader must have. This research provides three profiles of a good shepherd: content, character, and competence. These three values make a pastor an impactful leader. Here, pastors need to be seen as others who are present as role models, not just leaders with various functions and characters. By studying theology, it is necessary to understand pastors in the current context.
Panggilan menjadi seorang gembala di zaman pasca kebenaran menyebabkan lahirnya pemimpin-pemimpin gereja yang tidak memiliki kompetensi. Masalah itu menjadi tantangan bagi gereja untuk memikirkan ulang seperti apa gembala yang sejati. Penelitian ini mengkaji satu metafora yang sangat terkenal dari Yohanes pasal 10:1-18. Digambarkan bagaimana gembala yang baik menjadi ciri yang harus ada pada setiap pemimpin gereja. Hasil dari penelitian ini menyodorkan tiga profil gembala yang baik yaitu konten, karakter dan kompetensi. 3 nilai tersebut menjadikan seorang gembala pemimpin yang berdampak. Di sini gembala perlu dilihat sebagai sesama yang hadir menjadi teladan bukan sekadar pemimpin dengan berbagai fungsi dan karakternya saja. Dengan mengkaji secara teologi maka perlu memahami gembala dalam konteks masa kini.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2023-12-22
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/413
10.47457/phr.v6i2.413
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 6 No. 2 (2023): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 245-259
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v6i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/413/211
Copyright (c) 2023 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/414
2023-12-22T01:19:26Z
phr:ART
KAJIAN TEOLOGIS-PRAKTIS TENTANG DOA PUASA MENURUT KITAB ESTER 4:1-17 DAN IMPLIKASINYA BAGI ORANG PERCAYA
Ernawaty, Febe Seatle
Sutikto
Nelly
doa syafaat
Ester
puasa dan doa
rendah hati
perjanjian lama
Esther
fasting and prayer
humble
intercessory prayer
Old Testament
The fasting prayer in the Book of Esther has not been studied seriously in Indonesia. On the one hand, prayer and fasting are central practices for every believer. On the other hand, some churches seem to be increasingly ignoring the teaching of fasting prayer to believers. This study wants to respond to theological and practical problems in the Indonesian context, although the book of Esther is not the only book that records people praying and fasting. However, this research highlights the implications it could have for modern believers. This research applies literature study using qualitative methods. This research shows that God acted appropriately following Esther's faith, which removed doubts and worries. Fasting prayer became a means for Esther to strengthen her faith in facing the problems.
Kajian tentang doa puasa dalam kitab Ester belum dikaji dengan serius di Indonesia. Satu sisi sekalipun doa dan puasa merupakan praxis yang sentral bagi setiap orang percaya. Di sisi lain sebagian gereja nampaknya semakin mengabaikan pengajaran doa puasa kepada orang percaya. Kajian ini ingin merespon masalah teologis dan praktis dalam konteks Indonesia, walaupun kitab Ester bukan satu-satunya kitab yang mencatat tentang umat yang berdoa dan puasa. Tetapi penelitian ini menyoroti implikasi yang bisa diberikan kepada orang percaya modern. Penelitian ini menerapkan studi kepustakaan dengan menggunakan metode kualitatif. Hasilnya penelitian ini menunjukkan jika Allah bertindak dengan tepat sesuai dengan iman Ester yang menghapus keraguan dan kekhawatiran. Doa puasa menjadi sarana bagi Ester menguatkan imannya dalam menghadapi masalah saat itu.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2023-12-22
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/414
10.47457/phr.v6i2.414
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 6 No. 2 (2023): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 260-272
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v6i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/414/212
Copyright (c) 2023 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/415
2023-12-30T01:04:25Z
phr:ART
KUALIFIKASI PENGAJAR ALKITAB MELAWAN AJARAN SESAT ANTI- TRITUNGGAL BERDASARKAN 1 TIMOTIUS 4:1-16
Sihite, Franseda
ajaran sesat
kualifikasi
pengajar Alkitab
Hermeneutik
Bible Teacher
heresy
qualification
Hermeneutic
Heresy teachings that reject the doctrine of the Triune God (anti-Trinity) have emerged since the beginning of Christianity in the world. The form exists in various variants, in principle, denying God's divinity and personal equality existing in the Trinity. New variants, such as Oneness Pentecostalism and Dwitunggal teachings, are still emerging in the current global era. Anti-Trinity teachings are a threat to lead the church astray. A Bible teacher needs to have special qualifications to combat anti-Trinitarian teachings. What qualifications are needed for a Bible teacher against anti-Trinitarian teachings as stated in 1 Tim? 4:1-16 is the research question asked. For this reason, this scientific article was written to explain these qualifications. By using exegesis and literature study methods, it was found that the qualifications that a Bible teacher should have against Anti-Trinitarian teachings are living out the teachings of the apostles by adhering to them and faithfully teaching them, having biblical spiritual-theological competence by understanding the basic principles of the Christian faith (Basic Beliefs), has Pneumatic Inspirational Hermeneutics, and can monitor himself and his teachings.
Ajaran sesat yang menolak doktrin Allah Tritunggal (Anti-Tritunggal) sudah muncul sejak awal kekristenan lahir di dunia. Bentuknya ada dalam berbagai varian yang pada prinsipnya menolak keallahan dan kesetaraan pribadi Allah yang eksis dalam Tritunggal. Bahkan di era global saat ini, masih bermunculan varian baru seperti ajaran Oneness Pentacostalism dan Dwitunggal. Ajaran Anti-Tritunggal menjadi ancaman yang menyesatkan gereja. Seorang pengajar Alkitab perlu memiliki kualifikasi khusus untuk melawan ajaran Anti-Tritunggal. Kualifikasi apa yang diperlukan seorang pengajar Alkitab melawan ajaran Anti-Tritunggal seperti yang tertuang dalam 1 Timotius 4:1-16, merupakan pertanyaan penelitian yang diajukan. Untuk itu, artikel ilmiah ini ditulis dengan tujuan memaparkan kualifikasi tersebut. Dengan memakai metode eksegesis dan studi literatur, ditemukan kualifikasi yang patut dimiliki seorang pengajar Alkitab melawan ajaran Anti-Tritunggal yaitu menghidupi ajaran para rasul dengan cara berpegang teguh padanya dan setia mengajarkannya, memiliki kompetensi spiritual-teologis alkitabiah dengan cara memahami pokok-pokok iman Kristen (Basic Beliefs), memiliki Hermeneutika Inspirational Pneumatik, dan mampu mengawasi diri juga ajarannya.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2023-12-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/415
10.47457/phr.v6i2.415
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 6 No. 2 (2023): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 319-331
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v6i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/415/214
Copyright (c) 2023 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs2.jurnal.sttsetia.ac.id:article/418
2023-12-22T01:24:12Z
phr:ART
ANALISA PANGGILAN TUHAN DALAM KONTEKS MASYARAKAT MAJEMUK DI TINGKAT SEKOLAH
Hutahaean, Hasahatan
Borrong, Robert Patannang
Paparang, Stenly Reinal
Silaen, Riste Tioma
Purba, Asmat
amanat agung
mandat budaya
masyarakat majemuk
panggilan Tuhan
Mission
cultural mandate
great commisio
God’s Call
plural society
Mission
This study aims to find a conception for Christian students of how to understand God's call for Christian students, especially in roles in a pluralistic society. As a large nation consisting of various elements, Christian students in Indonesia cannot stand still and surrender. At the same time, it is asked to answer God's call by portraying oneself elegantly in plurality. Research is conducted with qualitative methods to find clear and correct understanding and guidance. Data was obtained from selected literature based on the suitability of variables and needed part of the answer to the research problem. The result is that differences in ethnicity, culture, religion, and social level are loopholes to carry out God's call in a pluralistic society. Practising a calm attitude and acting out religious moderation is the right way for students to attend school. Research emphasizes that student fellowship in schools is a measured and guided effort to maintain students' faith and trust. Through the fellowship, Christian values and education can be instilled. God's call becomes light, and salt in society can be realized. The diversity of society is precisely God's way for Christian students to answer the divine call.
Tujuan penelitian ini untuk menemukan konsepsi bagi siswa-siswi Kristen bagaimana pemahaman panggilan Allah bagi siswa-siswa kristen khususnya dalam peran di tengah masyarakat majemuk. Sebagai bangsa yang besar dan terdiri dari ragam unsur, siswa Kristen di Indonesia tidak bisa diam saja dan pasrah. Pada saat yang sama justeru diminta untuk menjawab panggilan Allah dengan memerankan diri secara elegan di tengah kemajemukan yang ada. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan mengeksplorasi dari untuk menemukan pemahaman dan tuntunan yang jelas dan benar. Data diperoleh dari literatur yang dipilih dengan berdasar pada kesesuaian variabel dan data merupakan kebutuhan dan bagian dari jawaban atas masalah penelitian. Hasilnya yaitu perbedaan suku, budaya, agama dan tingkat sosial merupakan celah yang ada untuk menjalankan panggilan Allah di tengah masyarakat majemuk. Menjalankan sikap yang tenang dan memerankan moderasi beragama adalah cara yang patut untuk ditempuh oleh siswa di sekolah. Penelitian menekankan bahwa persekutuan siswa di sekolah adalah upaya yang terukur dan terpimpin menjaga iman dan kepercayaan siswa. Melalui persekutuan itu edukasi nilai-nilai Kristen dapat ditanamkan. Dengan demikian panggilan Allah menjadi terang dan garam di tengah masyarakat dapat diwujudkan. Keragaman (majemuk) masyarakat justeru menjadi jalan dari Allah agar siswa Kristen menjawab panggilan Ilahi.
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
2023-12-22
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/418
10.47457/phr.v6i2.418
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; Vol. 6 No. 2 (2023): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi; 273-291
2723-6617
2621-2684
10.47457/phr.v6i2
ind
https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/phr/article/view/418/207
Copyright (c) 2023 Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
b6f7a4513f70a84239e43228df0fdc37