https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/pkm/issue/feedJurnal PKM Setiadharma2025-08-27T14:34:40+07:00Lewi Nataniel Boralewibora52@gmail.comOpen Journal Systems<p>Jurnal PKM Setiadharma</p> <p>menghadirkan tema mengenai Pengabdian kepada Masyarakat. Tema bisa didapatkan dari berbagai bentuk pelayanan masyarakat secara khusus pengembangan pedesaan. Selain itu, Jurnal PkM Setiadharma juga menerima tema mengenai misi penginjilan di pedesaan.</p>https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/pkm/article/view/526Bimbingan Belajar Matematika dan Membaca bagi Siswa di Desa Damar Makmur Kecamatan Tualan Hulu2024-11-07T10:09:26+07:00Andra Andraandreasamdra@gmail.comAbad Jaya Zegaabadjayazega@gmail.com<p><em>This tutoring program aims to improve the reading and mathematics skills of elementary school students in Damar Makmur Village, Tualan Hulu District, Central Kalimantan, who face difficulties in formal learning. Limited time at school and parents’ busy schedules in the world of work mean that students need additional lessons. The program lasts for six months with a total of 72 sessions which include interactive teaching methods, initial tests, and regular evaluations to assess student progress. In its implementation, students are tutored for free at the GKSI Hosiana manse, with a study schedule three times a week. Evaluation results show significant improvements, where reading scores increased from 60 to 95, and mathematics scores from 55 to 100. This program succeeded in building students’ self-confidence and encouraging their interest in learning. With community support and parental involvement, it is hoped that this program can continue to improve the quality of education in the area. Keywords: Tutoring, Mathematics, Reading, and Elementary School Students</em><em>.</em></p> <p> </p> <p>Program bimbingan belajar ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan matematika siswa Sekolah Dasar di Desa Damar Makmur, Kecamatan Tualan Hulu, Kalimantan Tengah, yang menghadapi kesulitan dalam pembelajaran formal. Terbatasnya waktu di sekolah seta kesibukan orang tua dalam dunia kerja sehingga siswa membutuhkan pelajaran tambahan. Program berlangsung selama enam bulan dengan total 72 sesi yang mencakup metode pengajaran interaktif, tes awal, serta evaluasi berkala untuk menilai perkembangan siswa. Dalam pelaksanaannya, siswa dibimbing secara gratis di pastori GKSI Hosiana, dengan jadwal belajar tiga kali seminggu. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan signifikan, di mana nilai membaca meningkat dari 60 menjadi 95, dan nilai matematika dari 55 menjadi 100. Program ini berhasil membangun kepercayaan diri siswa dan mendorong minat belajar mereka. Dengan dukungan masyarakat dan keterlibatan orang tua, program ini diharapkan dapat berlanjut untuk meningkatkan kualitas pendidikan di wilayah tersebut.</p>2025-08-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Andra Andra, Abad Jaya Zegahttps://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/pkm/article/view/584Edukasi Hukum Bahaya Judi Online bagi Generasi Emas di Kalangan Siswa SMAN 2 Bambang Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat2025-08-07T10:31:28+07:00Dyulius Thomas Bilodyuliusthomasbilo@gmail.com<p><em>The rapid growth of digital technology brings both benefits and risks to young people, with online gambling emerging as a serious threat. This article presents a community service initiative focused on providing legal education about the dangers of online gambling to students of SMAN 2 Bambang. The program aims to strengthen the younger generation and guide them to remain free from harmful digital influences. Materials were gathered through literature studies, surveys, and educational analysis. The activities were designed in a structured and participatory way, using seminars, socialization, material presentations, group discussions, Q&A sessions, and simulations of legal cases related to online gambling. The main goal was to enhance students’ understanding of legal regulations prohibiting online gambling and the broader social and psychological impacts. The results indicated a significant improvement in awareness, with students recognizing the importance of their role as a golden generation capable of contributing positively to society. Moreover, participants collectively committed to avoid online gambling and to act as change agents within their communities. This program demonstrates that legal education can serve as an effective preventive strategy against online gambling, while shaping a law-conscious, responsible, and resilient generation able to navigate the challenges of the digital era wisely.</em></p> <p> </p> <p>Perkembangan teknologi digital membawa dampak positif sekaligus negatif bagi generasi muda, salah satunya maraknya judi online. Artikel ini menguraikan kegiatan pengabdian masyarakat berupa edukasi hukum mengenai bahaya judi online yang ditujukan kepada siswa SMAN 2 Bambang sebagai upaya membentuk generasi emas yang tangguh dan bebas pengaruh negatif. Materi diperoleh melalui studi literatur, survei, serta proses edukasi. Kegiatan dilaksanakan secara terstruktur dan partisipatif dengan metode seminar, sosialisasi, penyajian materi, diskusi kelompok, tanya jawab, dan simulasi kasus hukum terkait judi online. Tujuan utama kegiatan ini adalah meningkatkan pemahaman siswa mengenai aturan hukum yang melarang praktik judi online serta dampak sosial dan psikologis yang ditimbulkannya. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan signifikan pemahaman siswa terhadap bahaya judi online, diikuti dengan kesadaran akan pentingnya peran mereka sebagai generasi emas yang memberi kontribusi positif bagi masyarakat. Selain itu, siswa menunjukkan komitmen kolektif untuk menjauhi judi online dan berperan sebagai agen perubahan di lingkungan sekitar. Edukasi hukum ini diharapkan menjadi model preventif dalam menghadapi permasalahan judi online sekaligus membentuk generasi sadar hukum, bertanggung jawab, serta bijak menghadapi tantangan era digital.</p>2025-08-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Dyulius Thomas Bilohttps://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/pkm/article/view/607Mengungkap Misteri Bunuh Diri di Kupang, NTT: Seminar Interdisipliner dan Rekonstruksi Komunitas Pemulih Berbasis Teologi Trauma2025-07-02T13:02:32+07:00John Manonggajonstevi@gmail.com<p><em>The seminar “MENGUNGKAP MISTERI BUNUH DIRI: Antara Trauma, Mental Breakdown, dan Jejak Forensik (Unveiling the Mystery of Suicide:</em> <em>Between Trauma, Mental Breakdown, and Forensic Traces) represents a practical theological response to suicide as a multidimensional crisis—psychological, spiritual, and social. This article presents a systematic reflection on the seminar using a qualitative-reflective approach within the framework of trauma theology. Findings reveal that suicide should not be interpreted merely as a personal pathology or faith failure, but as an extreme expression of disrupted meaning caused by unresolved trauma. The interdisciplinary intervention—clinical psychiatry, forensic medicine, and trauma-informed theology—created dialogical spaces that dismantled taboos, nurtured collective empathy, and restructured pastoral practices within the church. The study shows that today’s church must shift from normative proclamation to becoming a healing community that dares to dwell within wounds. This seminar emerges as an ecclesiological moment that embodies an alternative liturgy, not in sacraments, but in the communion of woundedness. The article affirms that evangelism in the age of trauma begins not with doctrine, but with presence, non-judgment, and narratives that embrace suffering as an essential part of Christian spirituality.<br /><br /></em></p> <p>Kegiatan seminar “MENGUNGKAP MISTERI BUNUH DIRI: Antara Trauma, Mental Breakdown, dan Jejak Forensik” merupakan respon teologis berbasis praktik terhadap fenomena bunuh diri sebagai krisis multidimensional: psikis, spiritual, dan sosial. Tulisan ini menyajikan refleksi sistematis dari seminar tersebut dengan pendekatan kualitatif-reflektif dan kerangka teologi trauma. Hasilnya menunjukkan bahwa bunuh diri tidak dapat dipahami hanya sebagai patologi personal atau kegagalan iman, melainkan sebagai ekspresi ekstrem dari keterputusan makna akibat luka yang tidak diberi ruang untuk dimaknai. Intervensi lintas bidang yaitu psikiatri klinis, forensik medis, dan teologi trauma, menghasilkan ruang dialogis yang mampu membongkar tabu, menumbuhkan empati kolektif, dan mereformasi struktur pastoral gereja. Temuan menunjukkan bahwa gereja masa kini perlu bergeser dari posisi pewarta normatif menuju komunitas pemulih yang berani tinggal dalam luka. Seminar ini menjadi peristiwa eklesiologis baru yang merepresentasikan bentuk liturgi alternatif, bukan dalam sakramen, melainkan dalam perjamuan luka bersama. Kajian ini menegaskan bahwa penginjilan dalam era trauma tidak dimulai dari doktrin, melainkan dari kehadiran yang tidak menghakimi dan narasi yang merangkul penderitaan sebagai bagian sah dari spiritualitas Kristen.</p>2025-08-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 John Manonggahttps://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/pkm/article/view/625Penguatan Eksistensi Guru PAK di Era Digital: Fungsi Transformatif Spiritualitas Guru PAK dalam Dimensi Inkarnatif Kristus di Kabupaten Bolaang Mongondow2025-07-02T13:12:47+07:00Valentino Warikivalentino.wariki@sttbi.ac.idOlivia C. Wuwungoliviawuwung@gmail.comWolter Weolwolterweol@gmail.comSubaedah Lumasubaedahluma@gmail.comArianto Bataraariantobatara@gmail.com<p><em>On May 6, 2025, IAKN Manado, in collaboration with the North Sulawesi Teachers and Education Personnel Center, conducted a Community Service Program (PKM) entitled Strengthening the Existence of Teachers in the Digital Era, held in Bolaang Mongondow Regency. This PkM aims to strengthen the existence of teachers in the aspects of soft skills and spirituality. This PkM was attended by teachers in the Bolaang Mongondow area. Through implementation methods such as presentations, discussions, practical skills training, and learning design in the digital era, participants gained a comprehensive understanding of their existence as teachers in this digital era. The issue of how participants should respond to various challenges in the digital era, including controlling the use of digital devices, became one of the main focuses of this activity. In addition, a comprehensive reflection on the role of incarnate teachers was also a substantial aspect that received a positive response from the participants. The results of the activity showed that participants were able to understand their calling as teachers in the digital era and design learning models that are relevant to the digital context.</em></p> <p> </p> <p>Pada tanggal 6 Mei 2025 IAKN Manado bekerja sama dengan Balai Guru dan Tenaga Kependidikan Sulut melaksanakan kegiatan PkM bertajuk <em>Penguatan Eksistensi Guru Pak Di Era Digital</em> yang diselenggarakan di kabupaten Bolaang Mongondow. PkM ini bertujuan untuk memperkuat eksistensi guru dalam aspek <em>soft skills</em> dan spiritualitas. PkM ini diikuti oleh guru-guru di wilayah Bolaang Mongondow. Melalui metode pelaksanaan dengan presentasi, diskusi, pelatihan keterampilan praktis, dan desain pembelajaran di era digital peserta mendapatkan pemahaman secara menyeluruh terhadap eksistensi mereka sebagai guru di era digital ini. Isu mengenai bagaimana para peserta harus merespons berbagai tantangan di era digital, termasuk pengendalian terhadap penggunaan perangkat digital, menjadi salah satu fokus utama dalam kegiatan ini. Selain itu, refleksi menyeluruh mengenai peran guru yang inkarnatif turut menjadi aspek substansial yang memperoleh respons positif dari para peserta. Hasil kegiatan menunjukkan para peserta mampu memahami panggilan mereka sebagai guru di era digital dan mendesain model pembelajaran yang relevan dengan konteks digital.</p>2025-08-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Valentino Wariki, Olivia C. Wuwung, Wolter Weol, Subaedah Luma, Arianto Batarahttps://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/pkm/article/view/633Dari Dunia Bermain ke Dunia Firman: Pendekatan Interaktif untuk Meningkatkan Literasi Alkitab Anak GKSI Anugerah Limo2025-07-02T13:19:07+07:00Suarman Mezuari Waruwumezuary@gmail.comYeremia Hiahia.yeremia@gmail.com<p>This Community Service Program (PkM) aims to improve Bible literacy among the children of the GKSI Anugerah Limo congregation through an interactive approach that combines play with an introduction to the Word of God. The low interest in reading the Bible and children's understanding of biblical narratives form the primary basis for this initiative. The community service team employed a descriptive research method using observation and field surveys. Based on initial findings, a creative approach was developed through educational games, simple dramas, and visual activities centred on biblical stories. This activity resulted in a significant increase in children's active participation, their ability to remember biblical characters and messages, and deeper emotional engagement with God's Word. The results of this activity indicate that a play-based approach is an effective strategy for building the foundation of biblical literacy in children from an early age. Therefore, this method is recommended for integration into Sunday school ministry on an ongoing basis.<br /><br /></p> <p>Program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini bertujuan untuk meningkatkan literasi Alkitab pada anak-anak jemaat GKSI Anugerah Limo melalui pendekatan interaktif yang memadukan dunia bermain dengan pengenalan firman Tuhan. Rendahnya minat baca Alkitab dan pemahaman anak-anak terhadap narasi-narasi biblika menjadi dasar utama pelaksanaan kegiatan ini. Pengabdi menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan observasi dan survei lapangan. Menurut Sugiyono, penelitian deskriptif merupakan prosedur ilmiah yang bertujuan untuk memperoleh data yang memiliki maksud dan kegunaan tertentu. Berdasarkan temuan awal, dikembangkan pendekatan kreatif melalui permainan edukatif, drama sederhana, dan aktivitas visual yang bertumpu pada kisah-kisah Alkitab. Kegiatan ini menghasilkan peningkatan signifikan dalam partisipasi aktif anak-anak, kemampuan mereka dalam mengingat tokoh serta pesan Alkitab, serta keterlibatan emosional yang lebih dalam terhadap firman Tuhan. Hasil dari kegiatan ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis dunia bermain merupakan strategi efektif dalam membangun fondasi literasi Alkitab anak sejak usia dini. Oleh karena itu, metode ini direkomendasikan untuk diintegrasikan dalam pelayanan sekolah minggu secara berkelanjutan.</p>2025-08-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Suarman Mezuari Waruwu, Yeremia Hiahttps://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/pkm/article/view/641Pelatihan Expository Preaching sebagai Strategi Pemberdayaan Pelayan Jemaat di GPIBI Immanuel Worship Yogyakarta2025-07-02T13:21:20+07:00Winardi Tariganwinardi_tarigan@ukrimuniversity.ac.idYohanna Cristiani Oktavia Malauyohana_malau@ukrimuniversity.ac.idFrendy Sfrendy.s@mail.ukrim.ac.idGilberth Ebzan Onoragilberth.ebzan.o@mail.ukrim.ac.id<p><em>This community service program aimed to empower the congregation of GPIBI Immanuel Worship Yogyakarta in the ministry of the Word. Many members, especially youth, lacked confidence to preach due to the absence of formal training. There was also a common belief that preaching is solely the responsibility of pastors or those with special spiritual gifts. In fact, preaching is a communication skill that can be learned and developed. To address this need, an expository preaching training was conducted to equip participants with the ability to interpret Scripture contextually and deliver it systematically. The training methods included interactive lectures, group discussions, sermon simulations, evaluations, and mentoring. The research method used is qualitative with a descriptive approach, where data is collected through observation, questionnaires, interviews, and literature analysis. The results showed significant improvement in participants’ biblical understanding, confidence, and engagement in preaching, both in church and within their communities. This training strengthened a participatory and text-centered preaching culture, contributing to healthier and more contextual church growth.</em></p> <p> </p> <p>Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan memberdayakan jemaat GPIBI Immanuel Worship Yogyakarta dalam pelayanan firman. Banyak jemaat, khususnya pemuda, merasa kurang percaya diri untuk berkhotbah karena belum pernah mendapat pelatihan formal. Masih berkembang anggapan bahwa berkhotbah hanya tugas gembala atau mereka yang memiliki karunia khusus. Padahal, berkhotbah adalah keterampilan komunikasi yang dapat dipelajari. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, diselenggarakan pelatihan <em>expository preaching</em> guna membekali jemaat memahami teks Alkitab secara kontekstual dan menyampaikannya secara sistematis. Kegiatan yang dilakukan dalam pelatihan ini meliputi ceramah interaktif, diskusi kelompok, simulasi, evaluasi, dan pendampingan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif, data dikumpulkan melalui observasi, kuesioner, wawancara, serta analisis literatur. Hasil pelatihan menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman, kepercayaan diri, dan keterlibatan jemaat dalam pelayanan firman, baik di gereja maupun dalam komunitas mereka. Pelatihan ini memperkuat budaya pelayanan yang partisipatif, berbasis teks Alkitab, serta mendukung pertumbuhan gereja yang lebih sehat dan kontekstual.</p>2025-08-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Winardi Tarigan, Yohanna Cristiani Oktavia Malau, Frendy S, Gilberth Ebzan Onorahttps://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/pkm/article/view/670Pemahaman Taurat dalam Terang Injil: Pendidikan Doktrinal Kontekstual bagi Pemimpin GBI di BPD Palu2025-08-05T11:35:35+07:00Gernaida Krisna R. Pakpahangernaidapakpahan@sttbi.ac.id<p><em>This community service program addresses the theological confusion among GBI leaders in Palu regarding the relevance of the Mosaic Law in the light of the Gospel. The tension between legalistic interpretations and the liberating message of Christ has resulted in doctrinal inconsistencies within congregational teachings, especially concerning dietary laws and ritual observances. This study aims to develop a contextual doctrinal education program that equips church leaders to understand the role of the Torah within the framework of redemptive history. Using a qualitative-descriptive approach, the program included literature reviews, participatory observations, and semi-structured interviews. Educational interventions were delivered through interactive seminars, case-based discussions, and contextual theological reflections. The program was grounded in Robert Banks’ framework of theological leadership formation, emphasizing the integration of biblical studies, systematic theology, and pastoral application. The results show significant growth in theological understanding, with participants demonstrating the ability to differentiate between timeless moral principles and ceremonial laws fulfilled in Christ. Participants also showed readiness to implement the new understanding through catechetical materials and contextual teaching plans. This project proves that contextual doctrinal education fosters not only cognitive clarity but also spiritual and pastoral transformation, which is vital for maintaining the integrity and unity of the church's witness in pluralistic contexts.<br /><br />Program pengabdian kepada masyarakat ini merespons kebingungan teologis di kalangan pemimpin GBI BPD Palu terkait relevansi hukum Taurat dalam terang Injil. Ketegangan antara interpretasi yang octrinal dan pesan pembebasan dari Kristus telah menimbulkan inkonsistensi octrinal dalam pengajaran jemaat, khususnya menyangkut hukum makanan dan ritus ibadah. Penelitian ini bertujuan merancang pendidikan octrinal yang kontekstual guna memperlengkapi para pemimpin gereja agar memahami peran Taurat dalam kerangka sejarah keselamatan. Dengan pendekatan deskriptif-kualitatif, data dikumpulkan melalui studi literatur, observasi partisipatif, dan wawancara semi-terstruktur. Intervensi edukatif dilakukan melalui seminar interaktif, diskusi berbasis kasus, serta refleksi teologis yang kontekstual. Program ini merujuk pada kerangka formasi kepemimpinan teologis dari Robert Banks yang menekankan integrasi kajian biblika, teologi sistematika, dan aplikasi pastoral. Hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman teologis, peserta mampu membedakan prinsip moral yang bersifat kekal dari hukum seremonial yang telah digenapi dalam Kristus. Peserta juga menunjukkan kesiapan untuk menerapkan pemahaman ini melalui materi katekisasi dan rencana pengajaran jemaat yang kontekstual. Program ini membuktikan bahwa pendidikan octrinal kontekstual tidak hanya membawa kejelasan kognitif, tetapi juga transformasi spiritual dan pastoral yang penting bagi integritas dan kesatuan kesaksian gereja di tengah masyarakat yang majemuk.<br /></em></p>2025-08-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Gernaida Krisna R. Pakpahanhttps://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/pkm/article/view/678Internalisasi Nilai-nilai Pancasila dalam Bingkai Filsafat Perenial Kristen bagi Pemuka Agama di Era Pluralisme2025-08-25T19:41:34+07:00Frans Pantanfranspantan@gmail.com<p><em>This article discusses the internalization of Pancasila values within the framework of perennial philosophy as a strategy to strengthen tolerance and harmony among religious leaders in the era of pluralism. This approach integrates the understanding of Pancasila as a philosofische grondslag and interreligious hermeneutics, drawing on the thoughts of T.B. Simatupang, Eka Darmaputera, and Andreas A. Yewangoe. The method employed is a qualitative, descriptive-reflective, and participatory approach, encompassing orientation, material presentation, focus group discussions (FGDs), written reflections, and follow-up through interfaith networking. The results indicate that Pancasila can serve as a common ground for interfaith engagement, fostering active appreciation of differences, reducing potential conflicts, and strengthening social solidarity. This strategy ensures that Pancasila values are not only understood conceptually but also embodied in collaborative actions. Thus, Pancasila functions as a unifying national ethos, relevant for building an Indonesian society that is peaceful, just, and united amid diversity.</em><br /><br /><br />Indonesia sebagai bangsa plural masih menghadapi tantangan intoleransi dan diskriminasi berbasis agama, sehingga internalisasi nilai-nilai Pancasila bagi pemuka agama menjadi sangat mendesak. Artikel ini membahas internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam bingkai filsafat perenial sebagai strategi penguatan toleransi dan kerukunan bagi pemuka agama di era pluralisme. Pendekatan ini memadukan pemahaman Pancasila sebagai philosofische grondslag dan hermeneutika antaragama, dengan merujuk pada pemikiran T.B. Simatupang, Eka Darmaputera, dan Andreas A. Yewangoe. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif-reflektif berbasis partisipasi, meliputi orientasi, pemaparan materi, diskusi kelompok terfokus (FGD), refleksi tertulis, serta tindak lanjut jejaring lintas iman. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa Pancasila dapat menjadi titik temu lintas iman yang mendorong apresiasi aktif terhadap perbedaan, mengurangi potensi konflik, dan memperkuat solidaritas sosial. Strategi ini memastikan nilai-nilai Pancasila tidak hanya dipahami secara konseptual, tetapi juga dihidupi dalam aksi kolaboratif. Dengan demikian, Pancasila berfungsi sebagai perekat kebangsaan yang relevan untuk membangun masyarakat Indonesia yang damai, adil, dan bersatu di tengah keberagaman.</p>2025-08-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Frans Pantan